Food Loss, Bukti Gaya Hidup Bermasalah

Food loss, bukti gaya hidup yang bermasalah

Ketika food loss dan waste terjadi, maka Khilafah akan segera mengambil langkah untuk menguranginya bahkan menghilangkannya

Oleh. Suryani
(Kontributor NarasiPost.Com & Pegiat Literasi)

NarasiPost.Com-Lebaran, tidak hanya menyisakan kemenangan dan kebahagiaan, tapi juga sampah yang tidak terhindarkan dan butuh penanganan. Suka cita di hari raya, dengan segala makanan yang tersedia tentu menyisakan tumpukan sisa-sisa yang terbuang sia-sia.

Dari sinilah kemudian dikenal istilah food loss dan food waste, yang menggambarkan banyaknya sisa makanan yang terbuang percuma karena pembelian atau penyediaan yang berlebihan. Akibatnya masalah sampah pun timbul, bahkan konon negeri ini menduduki peringkat kedua setelah Arab Saudi dalam menghasilkan sampah makanan terbanyak.

Beberapa tahun belakangan, istilah ini sering menjadi bahan perbincangan beberapa kalangan. Sebagian dari mereka menyatakan ini adalah masalah serius yang harus segera ditangani agar ke depannya tidak ada makanan yang terbuang, karena bisa memengaruhi ketahanan pangan suatu bangsa. Salah satunya dengan terus menerus mengedukasi rakyat untuk mendukung upaya pengurangan food loss dan food waste ini. (Hibar.pgrikabupatenbandung.id, 23 April 2024)

Food loss adalah sampah makanan yang berasal dari sayur-sayuran dan buah-buahan atau bahan mentah yang sudah tidak bisa diolah yang pada akhirnya dibuang. Penyebabnya bisa beragam salah satunya penyediaannya yang berlebih, akhirnya berjamur bahkan busuk sehingga tidak layak untuk dimakan. Atau bisa jadi karena cara penyimpanan yang kurang tepat di gudang yang menyebabkan umur simpan menjadi pendek.

Sementara food waste adalah makanan olahan yang siap dikonsumsi namun dibuang, penyebabnya bisa jadi karena penyediaannya yang terlalu banyak pada akhirnya basi dan dibuang. Atau bisa juga membeli makanan yang ternyata tidak disukai, atau olahan yang sudah kedaluarsa. Tidak tanggung-tanggung, Indonesia negara yang penduduk muslimnya terbesar di dunia, menjadi penyumbang kedua yang diperkirakan menghasilkan 13 ton sampah makanan pada setiap tahunnya.

Padahal sampah makanan yang membusuk dapat menghasilkan gas metan yang merupakan salah satu penyebab terjadinya pemanasan global, tentunya itu sangat berbahaya bagi keberlangsungan hidup manusia termasuk alamnya. Maka, diperlukan solusi tuntas untuk mengatasi hal ini.

Adanya sampah makanan tidak terlepas dari budaya konsumtif masyarakat. Hal ini sangat dipengaruhi oleh sistem kehidupan yang mengaturnya yakni kapitalisme sekuler. Di mana tolok ukur kebahagiannya adalah materi termasuk kenikmatan jasmani, salah satunya adalah makanan. Manusia berlomba-lomba untuk memenuhinya bukan hanya untuk kebutuhan tetapi lebih kepada gaya hidup. Hal ini didukung pula oleh berbagai iklan di berbagai jenis media cetak, televisi, ataupun media sosial.

Dalam sistem kapitalisme, hal ini sudah dianggap biasa dan lumrah terjadi di tengah masyarakat. Hingga telah menjadi budaya yang mengakar dan sulit dihilangkan. Di samping itu kebiasaan itu tidak lepas dari kampanye zero waste yang ada kaitannya dengan target SDGs 12 (Responsible Consumption and Production).

Permasalahan ini juga timbul dari kurangnya perhatian pemerintah dalam mengedukasi masyarakat dari kebiasaan konsumtif, juga buruknya pengelolaan sampah. Sistem yang saat ini diberlakukan lebih mengutamakan keuntungan materi hingga mengakibatkan kepentingan rakyat tersisihkan, serta memprioritaskan program-program yang bisa mendatangkan keuntungan sebanyak-banyaknya.

Lain halnya dengan Islam. Sungguh negara hadir dalam mengurus kepentingan rakyatnya, bertanggung jawab kepada setiap individunya. Tidak akan membiarkan masyarakat berperilaku berlebih-lebihan, karena hal ini dilarang Allah Swt. dalam firman-Nya:

" ... Makan dan minumlah, dan janganlah berlebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan." (TQS. Al-Araf ayat 31)

Dalam pandangan Islam, makan dan minum merupakan sarana untuk memenuhi kebutuhan jasmani. Dalam pemenuhannya, di samping harus halal dan tayib juga tidak boleh dilakukan secara berlebih-lebihan hingga orang tersebut kekenyangan. Terlebih hingga menimbulkan masalah sampah seperti food loss dan waste. Rakyat diedukasi untuk hidup sederhana dan saling memberi pada sesama jika pun mereka berlebih, tak akan dibiarkan makanan menjadi basi atau busuk hingga terbuang percuma.

https://narasipost.com/opini/03/2021/islam-atasi-sampah-tanpa-masalah/

Pun ketika food loss dan waste terjadi, maka negara akan segera mengambil langkah untuk menguranginya bahkan menghilangkannya, tidak akan dibiarkan apalagi sampai mengganggu ketahanan pangan negerinya. Misalnya dengan menerapkan praktik budidaya yang baik, dengan teknologi yang modern, penyuluhan pertanian, menyediakan akses pasar juga distribusi yang benar. Menyediakan infrastruktur dan media peyimpanan, pengemasan, juga penyaluran yang tidak terjual, mengedukasi konsumen, mengatur porsi pangan dengan bijak sesuai kebutuhan.

Dengan langkah-langkah tersebut maka sampah makanan akan bisa diatasi. Tidak ada lagi bahan makanan atau pun olahan yang terbuang sia-sia karena penanganan, pengolahan, serta penyaluran, dan pemanfaatannya telah tepat dilakukan.

Itulah istimewanya sistem Islam, negara dan penguasanya benar-benar hadir dalam mengurus kepentingan rakyatnya, bukan semata dalam kebutuhan jasmaninya tetapi bertanggung jawab kepada keimanan setiap individu masyarakat. Dari itu akan didapati mereka mempunyai pola hidup sederhana tidak berlebihan-lebihan apalagi boros, karena semua itu adalah perbuatan yang dilarang Allah Swt.

Berbagai keteraturan hidup yang didambakan hanya akan terwujud saat syariat Allah diterapkan secara sempurna pada setiap aspek kehidupan. Hanya dalam naungan sebuah kepemimpinan Islam saja lah semua itu akan terlaksana. Maka, sudah sepatutnya kita bersungguh-sungguh dalam mewujudkannya.
Waallahu alam bi sawwab. []

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Suryani Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Di Balik Gurita Perusahaan Ilegal Asal Tiongkok
Next
Nasib Buruh Makin Keruh
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

7 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Sartinah
Sartinah
2 months ago

Miris memang, gaya hidup banyak orang saat ini yang cenderung memenuhi keinginan, bukan kebutuhan. Semua makanan yang diinginkan dibelinya, padahal bisa saja melampaui kemampuan perutnya. Akhirnya dibuang.

Netty al Kayyisa
Netty al Kayyisa
2 months ago

Kadang sedih lihat makanan dibuang2 karena saking banyaknya. Ingat di Palestina saudara2 kita banyak yang kelaparan. Makanya di rumah apalagi lebaran kemarin kakak tertua saya itu kayak polisi yang selalu mengingatkan kami, terutama ponakan2 bocilnya untuk selalu menghabiskan makan. Ambil secukupnya.

angesti widadi
2 months ago

Bener ini! semua ahli yg berkaitan dengan food loss dan waste harus dikerahkan agar efek dominonya bisa ditekan!

Suryani
Suryani
2 months ago

Selain kesadaran pd individu rakyat juga aturan yg diterapkan haruslah tepat untuk mengatasi masalah ini
Sukses terus Narasipost beserta pemred dan tim..jazakunnallah semuanya

Novianti
Novianti
2 months ago

Saya makan buah tiap pagi. Sampah kulitnya suka numpuk. Saya jadikan sampah organiik dengan memasukkan ke tong yang sudah ada tanah lalu disemprot cairan yang membantu mempercepat pembusukan. Untuk menu, sekali habis agar semua masuk perut. Tidak ada makanan dipanaskan.

bubblemenu-circle

You cannot copy content of this page

linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram