“Kaum muslim berserikat dalam tiga perkara, yakni padang rumput, air, dan api.” (HR. Abu Dawud dan Ahmad)
Oleh. Bunga Padi
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Air terdiri dari tiga huruf, namun memegang peranan penting bagi keberlangsungan hidup makhluk di dunia. Air merupakan kebutuhan primer, tidak seorang pun bisa hidup tanpanya. Oleh karenanya, keberadaan air sangat vital untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari manusia, hewan maupun tumbuhan. Lalu bagaimana jika benda yang diperlukan tidak ada. Mengapa krisis air sampai terjadi? Bagaimana Islam memandang permasalahan krisis air?
Akses Air Bersih Sulit
Sebagaimana yang diwartakan media kaltim.tribunnews.com, (11 Mei 2024) Masyarakat Desa Perangat Selatan, Kecamatan Marangkayu, Kabupaten Kutai Kartanegara menyampaikan keluhan sulitnya akses air bersih. Fasilitas air bersih di desa tersebut tidak berfungsi dengan maksimal sejak dua bulan terakhir.
Padahal fasilitas tersebut telah dibangun melalui program Kukar Idaman pada 2023 lalu atau disebut BKKD (Bantuan Keuangan Khusus Desa) sejumlah RP600 juta. Kemudian, fasilitas air bersih itu diresmikan oleh Bupati Edi Darmansyah.
Namun sudah 2 bulan belakangan airnya macet dikarenakan debitnya kurang, sementara jumlah pemakaian meningkat.
sehingga warga kesulitan akan ketersediaan air bersih.
Untuk memenuhi kebutuhannya, warga terpaksa membeli dengan harga kisaran Rp90 ribu per tandon. Bagi warga yang tidak mampu membeli akan mengambil di Sungai. (prokal, 19-5-2024)
Sulitnya mendapatkan air bersih ternyata juga dialami warga Balikpapan dan Penajam Paser Utara (PPU) Perumda Air Minum Danum Taka (AMDT) tidak mengalir sejak Sabtu, 17 Februari 2024. Karena ada kegiatan pengurasan bak penampungan air baku di Instalasi Pengolahan Air (IPA) Unit Lawe-Lawe. Sehingga distribusi benda vital ini ke pelanggan jadi terhambat. Dampak pengurasan itu mengakibatkan ribuan pelanggan di sembilan kelurahan dan desa di Kecamatan Penajam tidak dapat menikmati air maksimal.
Ironisnya, PPU dan Balikpapan ini berseberangan dengan pembangunan IKN, yang keberadaannya di depan mata. Namun mengalami krisis air bersih dan sangat sulit untuk mendapatkannya. Sementara, di IKN air bersih dengan mudah dinikmati bahkan bisa langsung diminum.
Krisis air dan BBM yang sulit membuat Pengamat Ekonomi Unmul Purwadi Purwoharsojo angkat bicara. Ia menilai kebutuhan air dan BBM sama-sama darurat, sedangkan Kaltim memiliki sumber daya alam yang besar, bahkan dengan predikat provinsi terkaya. Seperti Balikpapan yang mempunyai kilang minyak sebagai aset negara. Namun, realitas warganya satu dekade masih berjuang mati-matian untuk mendapatkan air bersih. Sampai kini belum memukan solusi. "Bagaikan tikus mati dilumbung padi.” ucapnya.
Purwadi juga mengingatkan kepada pejabat publik untuk membantu masyarakat yang belum mendapatkan air bersih. Karena pejabat telah digaji dari pajak rakyat, jadi sepantasnya menjadi pelayan rakyat bukan ingin di layani publik. (kaltimpost.jawapost.com, 17-5-2024)
Masyarakat Kota Samarinda pun tak kalah memprihatinkan terkait penyediaan air. Sebagaimana yang dikeluhkan warga di RT 41, Perum Borneo Mukti 2, Kelurahan Mugirejo, Kecamatan Sungai Pinang, Samarinda, Kalimantan Timur. Pemerintah Kota Samarinda, melalui Walikota Andi Harun berupaya menenangkan masyarakat dengan menyampaikan beberapa poin program jangka pendek, dan jangka panjang untuk mengatasi krisis air bersih tersebut.
Masyarakat di Desa Muara Pantuan, Kecamatan Anggana, Kutai Kartanegara juga mengalami hal yang sama yaitu kesulitan air bersih, bahkan pasokan listrik.
Fenomena krisis air bersih hampir dialami semua daerah yang ada di Kalimantan Timur. Nyaris semua daerah kesulitan mendapatkan air bersih. Jika ada kualitas air buruk dan suplai masih tersendat. Padahal air adalah kebutuhan primer warga yang harus mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah. (nomorsatukaltim.disway.id, 3-5-2024)
Akar Masalah Liberalisasi Air
Krisis dan sulitnya air bersih di sejumlah daerah di Kaltim tak lepas dari adanya liberalisasi Sumber Daya Alam. Air yang seharusnya bisa dinikmati oleh masyarakat luas, akan tetapi tidak didapatkan. Namun, justru air dinikmati oleh segelintir orang kaya dan para pengusaha yang menguasai perusahaan-perusahaan di Kalimantan.
Terpampang jelas kesenjangan kehidupan dalam lingkaran kapitalistik liberal. Yang mana sudah menjadi watak para pemodal, mereka itulah yang berkuasa. Sehingga dengan mudah mengatur dan menguasai hajat dasar publik. Seperti kebutuhan akan ketersediaan air di IKN. Air bersih mengalir lancar. Sementara, warga di sekelilingnya setengah mati berjuang untuk mendapatkan setetes air.
Kepemilikan legal penguasaan atas air bersih telah disahkan melalui UU Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. Peraturan yang memayungi privatisasi air tersebut sama halnya telah mengangkangi UUD 1945 pasal 3 ayat 3 yang menyatakan bahwa, “Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.” Jadilah, peraturan dibuat namun tidak untuk direalisasikan dalam mengurus kebutuhan masyarakat.
Dalam lingkaran kehidupan kapitalistik liberal sudah menjadi wataknya, yang bermodal itulah yang berkuasa. Seperti kebutuhan ketersediaan air di IKN mengalir lancar dari Bendungan Sepaku Semoi dan Intake dari Sungai Sepaku. Sementara warga di sekitarnya setengah mati berjuang untuk mendapatkan setetes air. (detik.com, 9-8-2023)
Pandangan Islam
Islam melarang adanya privatisasi air. Sebab air merupakan kepemilikan umum dan hak dasar umat untuk mendapatkannya. Air tidak boleh dikuasai oleh individu, kelompok, atau perusahaan swasta.
Apatah lagi swasta hanya mengejar keuntungan. Pemberian hak kepada swasta untuk mengelola sumber daya air akan mengakibatkan air menjadi barang komoditi yang diperjualbelikan, bukan untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat.
Inilah yang akhirnya memunculkan ketidakseimbangan sosial dan sulitnya akses air bersih.
https://narasipost.com/opini/03/2024/hari-air-sedunia-krisis-air-terus-melanda/
Rasulullah saw. telah menuturkan, “Kaum muslim berserikat dalam tiga perkara, yakni padang rumput, air, dan api.” (HR. Abu Dawud dan Ahmad)
Dengan demikian, sudah menjadi tugas negara mengelola air dengan memakai syariat. Kemudian mendistribusikan secara merata ke masyarakat. Peran pemimpin sangat menentukan kebijakan. Dalam Islam pemimpin orang yang paling bertanggung jawab atas urusan hajat dasar rakyatnya. Kelak kepemimpinannya akan dimintai pertanggungjawaban. Tegas Rasul saw. mengingatkan soal ini, "Siapa saja yang mengurusi suatu urusan kaum muslim, lalu dia tidak memenuhi hajat dan keperluan mereka, maka Allah tidak akan memenuhi kebutuhan hajat dan keperluan dia di akhirat.” (HR. Bukhari)
Sayangnya, keadilan dan keadaan ini tidak akan kita temui di zaman sekarang. Tersebab umat menganut sistem buatan manusia kapitalisme-liberal, kecuali umat kembali menegakkan hukum-hukum yang sahih berasal dari Allah Swt. dalam naungan Khilafah Rasyidah. Wallahua’lam bishawab. []
Sepertinya negeri ini sedang mengalami darurat segalanya, termasuk air. Miris ya, untuk persoalan air saja, negara tidak mampu menjamin kebutuhan rakyatnya.
Betul sekali, negeri ini darurat di semua lini. Termasuk pasokan air bersih pun sulit. Akan tetapi jika yg butuh itu orang kecil, anehnya air akan ada mengalir deras jika itu di ladang kapitalis.
Air bersih itu kebutuhan pokok manusia. Ketika air bersih sulit didapat dan harus beli mahal, maka semakin membebani masyarakat. Semoga pemerintah segera mengatasi masalah ini
Semoga pemerintah mendengar rintihan rakyatnya akan kebutuhan air ya mbak.
Krisis air sudah di depan mata, tetapi negara tetap abai. Padahal ini menyangkut hajat hidup orang banyak dan kebutuhan mendasar. Malah sibuk dengan seremoni seperti WWF yang nirguna. Selemparan batu dari lokasi acara, masyarakat susah air. Biaya sudah dihambur, tapi solusi masih nampak kabur. Tulisan ini makin membukakan mata dan menambah fakta di lapangan yang kontradiktif.
Jika saja mereka mau membuka mata dan hati nurani. Mengapa tak mencoba konsep-konsep yang Islam tawarkan dalam mengatasi problem air.
Bukan lagi berkutat di solusi pragmatis, parsial apalagi abal-abal tetapi menyentuh akar masalah.
Jauhnya negara memfasilitasi kebutuhan rakyatnya. Hanya air bersih saja negara tak sanggup menyediakannya. Timpangnya layanan negara terhadap rakyatnya sendiri. Semoga dengan nafkah ini banyak pemimpin yang menyadarinya
Berharap banget pemimpin sadar sesadar-sadarnya ya bun...agar tanggap dan peduli kepada rakyatnya, betapa air bersih sangat dibutuhkan.