Prevalensi Stunting Masih Genting

Prevalensi

Prevalensi stunting akan berakhir dengan melakukan perubahan sistem, mengganti sistem kapitalisme dengan sistem Islam yang solutif terhadap permasalahan stunting.

Oleh. Arum Indah
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Prevalensi stunting masih menjadi masalah genting di negeri ini. Bertepatan dengan peringatan Hari Nutrisi Anak Dunia tanggal 1 April kemarin, target pemerintah untuk menurunkan prevalensi stunting masih perlu dipertanyakan. Pasalnya, angka stunting masih tinggi. Sungguh suatu hal yang menyedihkan, negeri ini kaya dan berlimpah sumber daya alamnya. Bahkan, kekayaan laut Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang bisa memenuhi kebutuhan gizi harian. Seharusnya anak-anak negeri ini tak layak mengalami stunting.

Prevalensi stunting di tahun 2023 mencapai 21,6%. Pemerintah menargetkan agar prevalensi stunting menurun hingga angka 14% di tahun 2024. Anggaran APBN untuk kesehatan pun turut dinaikkan menjadi Rp 186,4T. Meningkatnya anggaran ini, diharapkan akan mampu mempercepat penurunan stunting di Indonesia

Beberapa wilayah di Indonesia masih memiliki prevalensi stunting yang tinggi, seperti di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan Aceh. (dpr.go.id 16/1/2024)

Secara Global, berdasarkan data dari UNICEF dan WHO, angka prevalensi stunting di Indonesia menempati peringkat ke-27 dari 154 negara. Hal ini menjadikan prevalensi stunting di Indonesia berada di urutan ke-5 di antara negara-negara Asia lainnya. Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan, Satya Sananugraha, mengatakan bahwa pemerintah butuh terobosan dan intervensi secara tepat sasaran yang melibatkan semua sektor, mulai dari pemerintah sendiri, perguruan tinggi, akademisi, hingga mitra dan dunia usaha. (kemenkopmk.go.id 23/7/2023)

“Kolaborasi kerja berbagai pihak menjadi kunci untuk memastikan konvergensi antar program dari pusat hingga ke tingkat desa dan kelurahan untuk menurunkan stunting, angka stunting kita masih termasuk tinggi, sebesar 21,6%,” kata Satya saat menjadi pembicara kunci dalam acara Executive Forum dengan tema “Menuju Indonesia Bebas Stunting”.

Tentang Stunting

Menurut WHO, stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi yang berulang, yang ditandai dengan panjang atau tinggi badannya di bawah standar. Masih menurut WHO, stunting adalah kondisi pendek atau sangat pendek pada anak berdasarkan panjang atau tinggi badan menurut usia yang kurang dari 2 SD (Standar Deviasi) pada kurva pertumbuhan WHO yang terjadi karena irreversibel akibat asupan nutrisi yang tidak adekuat dan infeksi berulang atau kronis yang terjadi dalam 1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan) anak.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan kondisi stunting, di antaranya:

1. Asupan gizi yang tidak adekuat. Asupan yang minim gizi ini juga bisa disebabkan oleh faktor lain, seperti faktor ekonomi atau kemiskinan, minimnya edukasi terkait pemberian MPASI dan batita, dan ketersediaan bahan pangan di suatu daerah.

2. Adanya penyakit bawaan seperti sakit jantung bawaan, kelainan metabolisme sejak lahir, dan bayi lahir dengan berat badan yang rendah

3. Infeksi kronik yang disebabkan kebersihan personal, lingkungan yang buruk (diare kronis), dan penyakit-penyakit seperti TBC, difteri, pertussis, serta campak.

Kondisi stunting sangat ditentukan oleh kondisi sang ibu, awal kehamilan, pemberian ASI eksklusif, dan pemberian MPASI. Semuanya ini yang terjadi dalam 1000 awal HPK anak.

Dampak stunting pada anak dapat meliputi dua poin, yakni:

Pertama, gagal tumbuh pada anak (berat badan rendah, kecil, pendek, dan kurus) sehingga mengganggu pertumbuhan kemampuan kognitif dan motoriknya.

Kedua, gangguan metabolik pada anak, anak akan rentan terserang PTM (Penyakit Tidak Menular), seperti: diabetes, stroke, gangguan jantung, dan lain sebagainya.

Langkah Pemerintah Atasi Stunting

Pemerintah bersama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) telah menyusun strategi penurunan prevalensi stunting melalui progran RAN PASTI (Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Angka Stunting).

Adapun langkah yang telah dilakukan adalah:

Pertama, pemberian tablet TTD (Tablet Tambah Darah) bagi remaja putri.

Kedua, pemeriksaan kehamilan secara berkala dan pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil guna mencukupi kebutuhan gizi dan zat besi.

Ketiga, pemberian makanan tambahan berupa protein hewani seperti telur, ikan, ayam, dan daging pada anak usia 6-24 bulan.

Stunting, Permasalahan Sistem

Upaya pemerintah menurunkan angka stunting hingga 14% di tahun 2024 ini agaknya masih membutuhkan perjuangan ekstra. Pasalnya realitas di lapangan belum sepenuhnya berjalan secara ideal. Gelontoran dana yang besar, rawan disalahgunakan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Dana yang harusnya digunakan untuk penyediaan makanan tambahan pada bayi berupa protein hewani, justru sering kita temukan posyandu yang memberi makan tambahannya tidak berupa protein hewani, melainkan makanan dan minuman kemasan (UPF) yang minim bahkan tidak bergizi sama sekali.

Lalu bagaimana bayi akan terpenuhi gizinya? Jika kehidupan sehari-harinya saja orang tuanya kesulitan. Jika pun ada posyandu yang memberikan makanan bergizi, program ini hanya terlaksana sesekali saja, jika orang tua si anak mengalami kesulitan ekonomi, tetap saja asupan protein hewani untuk si anak tidak mencukupi kebutuhan hariannya.

https://narasipost.com/opini/07/2021/pontang-panting-atasi-stunting-islam-memberikan-jawaban/

Belum lagi pemberian makanan tambahan untuk ibu hamil yang juga minim gizi. Biasanya makanan yang dibagikan kepada para ibu hamil hanya berupa biskuit, yang secara penggolongan makanannya, biskuit juga termasuk kategori UPF yang minim akan gizi. Seperti poin di atas, jika pun ada pembagian makanan yang benar-benar bergizi kepada para ibu hamil, kondisi itu hanya terjadi sesekali saja, padahal ibu hamil butuh gizi yang cukup dan sehat setiap harinya, bukan sesekali saja. Ditambah lagi jika kondisi sang ibu berada di dalam kesulitan ekonomi.

Ini masih dari satu sisi, belum lagi dari sisi minimnya edukasi dan sedikitnya literasi pada kebanyakan orang tua yang mengakibatkan ketidaktahuan mereka terhadap jenis makanan yang baik dan yang diperlukan tubuh anak. Tak sedikit orang tua yang memberikan makanan instan saat MPASI anak, belum lagi camilan anak yang juga sering berasal dari makanan-makanan ekstra proses (UPF), keberbahayaan UPF ini bisa dibaca dalam tulisan saya yang berjudul “Real Food dan Bahaya UPF”.

Semua kondisi di atas, diperparah dengan pembiaran oleh pemerintah dengan pemberian izin kepada industri-industri kapitalisme untuk memproduksi pangan secara besar-besaran tanpa memperhatikan dampaknya pada kesehatan masyarakat terutama para anak-anak.

Inilah realitas hidup dalam sistem kapitalisme. Kerusakan sistem telah mengakibatkan kerusakan pada seluruh lini, termasuk masalah stunting ini.

Khilafah, Solusi Tuntas Atasi Stunting

Permasalahan stunting tidak akan selesai jika masih bersandar kepada sistem kapitalisme. Sistem inilah yang telah menumbuhsuburkan perilaku tidak amanah bagi para peguasa dan aparat negara. Kapitalisme telah menjadikan materi sebagai paradigma kehidupan. Sehingga seluruh aktivitas bercermin dari keuntungan materi.

Berbeda dengan sistem kapitalisme, Khilafah akan menerapkan sistem Islam secara menyeluruh dan totalitas. Sistem Islam yang penuh dengan kebaikan akan melahirkan para pemimpin dan aparat negara yang taat kepada Allah. Mereka tidak akan berani untuk melakukan pengambilan dana ilegal, karena mereka paham bahwa tugas mereka untuk me-riayah rakyat, akan dimintai pertanggungjawaban kelak oleh Allah Swt.

Dari sisi lain, Khilafah akan menjamin terpenuhinya bahan pangan bergizi bagi seluruh rakyatnya. Kebijakan ini akan direalisasikan dengan harga pangan bergizi yang terjangkau, penyediaan lapangan pekerjaan bagi para suami, pendistribusian makanan-makanan bergizi ke berbagai daerah yang mungkin tidak memiliki pangan bergizi tersebut, penyediaan fasilitas kesehatan yang memadai serta mudah dijangkau, mengatur peredaran makanan-makanan yang membahayakan kesehatan, edukasi lewat sekolah tentang pangan bergizi sedari dini, edukasi kepada masyarakat oleh para tenaga medis, dan langkah-langkah lain yang mendukung terpenuhinya gizi bagi seluruh rakyat.

Allah berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 57:

ۗ كُلُوْا مِنْ طَيِّبٰتِ مَا رَزَقْنٰكُمْ ۗ وَمَا ظَلَمُوْنَا وَلٰكِنْ كَانُوْٓا اَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُوْنَ

Artinya: “Makanlah (makanan) yang baik-baik dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu. Mereka tidak menzalimi Kami, tetapi justru merekalah yang menzalimi diri sendiri.”

Khatimah

Prevalensi stunting tidak akan selesai selama negeri ini tetap berada dalam koridor kapitalisme. Sistem hidup itu laksana lingkaran yang saling berpengaruh dan terikat antara satu dengan yang lain. Stunting tidak hanya disebabkan karena buruknya pemahaman seseorang tentang tumbuh kembang anak dan ketidakpahaman tentang makanan apa yang diperlukan anak untuk tumbuh kembangnya. Lebih dari itu, masalah stunting adalah masalah sistem.

Dengan demikian, jika kita ingin prevalensi stunting berakhir, maka kita juga harus melakukan perubahan terhadap sistem di negeri ini, mengganti sistem kapitalisme dengan sistem Islam. Islam akan memberikan solusi yang komprehensif dan fundamental terhadap permasalahan stunting yang ada di negeri ini.

Wallahu a'lam bishawab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Arum Indah Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Pajak dan Pembangunan dalam Islam
Next
Sambiloto: si Pahit Kaya Khasiat
5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

2 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Firda Umayah
Firda Umayah
6 months ago

Stunting adalah masalah kompleks. Faktanya, baik ibu hamil, remaja putri, dan balita memang masih banyak yang belum terurus dengan baik. Sehingga tingkat stunting pun masih tinggi

Mahyra senja
Mahyra senja
6 months ago

Gizi buruk akibat kemiskinan masih menjadi polemik bangsa kita, miris.

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram