Rusaknya generasi sesungguhnya tidak bisa dilepaskan dari sistem pendidikan yang ada. Di mana, sistem pendidikan saat ini mengadopsi sekularisme
Oleh. Erdiya Indrarini
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Gadis remaja dirudapaksa, seorang pemuda dibiarkan mati sia-sia. Padahal, mereka adalah aset bangsa. Di mana peran negara yang harusnya menjaga?Dilansir dari kompas.com (15/03/2024), seorang pelajar SMP berusia 15 tahun berinisial N, dirudapaksa oleh 10 pria. Awalnya, Rabu (14/2/2024) korban dijemput pelaku D untuk menonton futsal. Namun, D membelokkan kendaraan ke arah gubuk di perkebunan Desa Tanjung Baru, Lampung.
Ternyata, di gubuk tersebut sudah ada sembilan pelaku lainnya. Korban disekap selama tiga hari tanpa diberi makan kecuali dicekoki dengan minuman keras.Tak hanya itu, korban juga dirudapaksa para pelaku yang berjumlah 10 orang. Hingga saat ini, korban mengalami trauma mendalam akibat peristiwa tersebut. Hal itu diungkapkan Kepala Bidang (Kabid) Humas Polda Lampung, Komisaris Besar (Kombes) Umi Fadilah pada Senin, (11/3/2024).
Polisi telah mengamankan enam pelaku, yakni AD, DA, dan R yang masih di bawah umur, serta tiga pria dewasa yakni AL alias IR, A, dan MI. Sementara, empat pelaku lainnya masih buron. Selain itu, cnnindonesia.com (16/03/2024) juga memberitakan maraknya tawuran perang sarung di bulan Ramadan. Salah satunya terjadi pada Jumat, (15/3) di Kabupaten Bekasi yang menewaskan seorang pelajar berusia 17 tahun berinisial AA. Kapolsek Cikarang Barat, Kompol Gurnald Patiran mengatakan, bahwa aksi tawuran 'perang sarung' itu berawal dari ajakan korban melalui pesan WhatsApp.
Generasi Merupakan Aset Bangsa
Sebagaimana diketahui, pemuda merupakan aset bangsa. Mereka akan menjadi generasi penerus peradaban. Peradaban di masa mendatang, akan tergantung dari kualitas generasi saat ini. Oleh karenanya, sudah seharusnya setiap generasi dijaga, dan dilindungi dari segala pengaruh buruk. Lebih dari itu, mereka juga harus dibina agar memiliki pemikiran maupun perilaku dan sikap yang benar.
Namun sayang, sebagaimana fakta yang ada, para pemuda dan generasi saat ini mengalami kerusakan yang sangat parah. Banyak dari mereka yang tidak sekadar menjadi korban, tetapi banyak pula yang menjadi pelaku berbagai kejahatan. Bagi orang-orang yang peduli, tentu hal ini menjadi sesuatu yang mengiris hati.
Hasil Pendidikan Saat Ini
Kerusakan generasi sesungguhnya tidak bisa dilepaskan dari sistem pendidikan yang ada. Di mana, sistem pendidikan saat ini mengadopsi sekularisme, yaitu sebuah asas yang memisahkan agama dari seluruh aspek kehidupan. Demikian juga dalam menetapkan kurikulumnya, kurikulum pendidikan saat ini pun telah menjauhkan agama dari pelajaran sekolah.
Kita bisa melihat kurikulum sekolah hari ini, bahwasanya pendidikan agama hanya diberikan dua jam pelajaran saja setiap pekannya. Lebih dari itu, sering terjadi diskriminasi ketika ada siswa yang ingin memegang teguh aturan agamanya, seperti pemakaian jilbab, mendakwakan syariat, dan lain-lain. Lingkungan yang sekuler tentu sangat berpengaruh pada kualitas pembentukan kepribadian generasi. Padahal, fitrah sebagai manusia adalah terikat pada aturan Sang Maha Pencipta, Allah Swt.
Di sisi lain, negeri Pancasila ini juga mengadopsi liberalisme, yaitu kebebasan. Akibatnya, generasi bebas lepas kendali dalam berbuat apa pun, termasuk untuk berbuat maksiat. Ketika ada masyarakat yang menasihati, mereka akan bersembunyi dibalik hak asasi manusia. Ditambah lagi, negeri ini sangat permisif terhadap budaya dan apa pun yang berasal dari Asing. Maka, sangat wajar kerusakan terjadi pada generasi saat ini.
Pemerintah juga membiarkan generasi mengonsumsi konten-konten kekerasan dan berbau seksualitas. Dampaknya, hal itu menjadi kewajaran, dan dinikmati sehari-hari oleh setiap generasi. Tak heran jika generasi saat ini menjadi amburadul, rusak jiwa dan raganya, bahkan senang membuat kerusakan, serta tidak peduli terhadap lingkungan.
Sistem Demokrasi Gagal Mendidik Generasi
Inilah akibat nyata jika pendidikan generasi tidak dilandaskan pada syariat agama. Kekacauan dan kerusakan akan terus berlangsung, dan kehancuran generasi akan terjadi. Fenomena ini menjadi bukti bahwa pendidikan di bawah sistem kapitalisme demokrasi yang sekuler dan liberal telah terbukti gagal mencetak generasi yang berkualitas.
https://narasipost.com/opini/08/2022/sistem-pendidikan-islam-lahirkan-generasi-cemerlang/
Selama ini, di bawah sistem kapitalisme demokrasi, generasi hanya dididik menjadi individu yang pintar dalam ilmu alat saja, tetapi miskin dalam keimanan dan akhlak. Akibatnya, lahir generasi-generasi yang bermoral bejat dan suka berbuat kerusakan. Walaupun masih sekolah, mereka berani melakukan kejahatan seperti memerkosa, tawuran, atau membunuh. Semua itu karena sekularisme yang meracuni benak mereka, menimbulkan rasa tidak takut lagi terhadap Ilahi. Mereka tidak takut dosa, aturan, dan larangan Allah Swt.
Generasi di Bawah Naungan Islam
Sangat jauh berbeda jika generasi dididik dengan sistem Islam. Sistem Islam tidak sekadar memberi pendidikan yang teoretis semata, tetapi juga diterapkan secara praktis. Islam mengajarkan bahwa segala sesuatu dalam kehidupan, berkaitan erat dengan aturan Sang Pencipta, Allah Swt.
Dalam menjalankan pemerintahan, negara pun akan menerapkan sistem pemerintahan Islam. Hal ini berdasarkan pada firman Allah Swt.,
وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰٓى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ
"Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, niscaya Kami akan membukakan untuk mereka berbagai keberkahan dari langit dan bumi." (TQS. Al-A'raf: 96).
Atas dasar itu, maka negara akan menjalankan pemerintahannya berdasarkan aturan Islam. Hal itu sebagai bentuk ketakwaan kepada Sang Maha Pencipta, Allah Swt. agar keberkahan menaungi negeri.
Demikian juga dalam bidang pendidikan, sistem Islam memandang bahwa generasi adalah aset yang akan menjadi pilar-pilar peradaban. Di pundak merekalah masa depan peradaban yang mulia akan digantungkan. Karena itu, sistem pemerintahan Islam mengharuskan negara terjun langsung dalam mendidik, menjaga, serta membentuk anak bangsa agar menjadi generasi yang berkualitas dan cemerlang. Langkah yang digunakan adalah melalui bidang pendidikan.
Hal ini karena melalui pendidikan, generasi mendapatkan ilmu dan pemahaman. Dengan memiliki ilmu dan pemahaman yang benar, maka generasi akan terhindar dari kebodohan dan kekufuran. Oleh karena itu, negara akan menerapkan sistem pendidikan Islam dengan asas akidah Islam. Tujuannya adalah agar generasi memiliki kepribadian Islam, yaitu berpola pikir dengan berlandaskan Islam, juga berperilaku sesuai dengan syariat Islam.
Dengan demikian, generasi tidak sekadar mengejar kesenangan dalam hidupnya, tetapi semua demi mendapat rida Tuhannya, Allah Swt. Yang demikian itu menjadikan generasi takut untuk berbuat maksiat, melakukan kejahatan, dan semua perbuatan dosa lainnya. Hal ini karena standar perbuatan mereka bukan kesenangan atau kepuasan, tetapi halal dan haram.
Di sisi lain, negara pun akan melarang semua bentuk tayangan maupun aksi yang merusak, seperti kekerasan, porno, dan semacamnya. Negara hanya memberi izin pada kegiatan dan konten-konten yang bersifat edukasi, seperti syariat Islam, kemajuan sains dan teknologi, berita terbaru, dan lain-lain. Dengan demikian, terciptalah atmosfer generasi yang baik, penuh keimanan dan ketakwaan, serta jauh dari kerusakan dan kejahatan.Pendidikan dengan model seperti itu pernah terwujud pada masa peradaban Islam selama 13 abad lamanya. Di era tersebut telah banyak melahirkan generasi yang cemerlang, para cendekiawan, dan ilmuwan yang ahli di berbagai bidang. Hebatnya, ilmu-ilmu yang dahulu mereka hasilkan, masih diterapkan di seluruh belahan dunia hingga sekarang.
Demikianlah suasana generasi dalam sistem pemerintahan Islam. Oleh karenanya, hanya dengan menerapkan sistem pendidikan Islam, maka akan lahir dan terbentuk generasi yang unggul, bertakwa, dan berakhlak mulia. Tidakkah kita rindu dengan yang demikian itu? Wallahua'lam Bisshowab. []
Miris, sedih, dan geram melihat kondisi generasi saat ini. Kerusakan moral makin tampak. Inilah dampak penerapan sistem sekuler. Sudah saatnya masyarakat sadar bahwa untuk menyelamatkan generasi hanya bisa dengan menerapkan sistem Islam
Sudah 12 kali ganti kurukulum yang memakan biaya besar, tetapi hasilnya zonk. Malah kian hari kondisi pelajar makin memprihatinkan. Bukannya membahas demoralisasi di kalangan pelajar, isu toleransi malah yang terus dideraskan.