Ini disebabkan adanya permainan perusahaan-perusahaan yang memperdagangkan komoditas pangan di pasar keuangan.
Oleh. Siti Komariah
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Harga beras sampai saat ini masih enggan turun, bahkan harganya terus naik. Tidak hanya harga beras, harga kebutuhan pokok lainnya juga terpantau ikut mengalami kenaikan. Pasalnya, hal ini akibat cuaca ekstrem yang menyebabkan gagal panen.
Dilansir dari bisnis.com, (16/03/2024), harga pangan terpantau terus mengalami kenaikan, dari mulai beras; bawang merah; kedelai; gula; telur; dan lainnya. Menurut panel harga Badan Pangan Nasional (Bapanas), rata-rata harga beras mengalami kenaikan, yakni sekitar 1,95% menjadi Rp16.750 per kilogram pada beras kualitas premium pada 16 Maret. Sedangkan, harga beras pada kualitas medium turun tipis 0,07% menjadi Rp14.280 per kilogram.
Harga ini pun masih berada di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditentukan oleh pemerintah yang termaktub dalam Peraturan Badan Pangan Nasional (Perbadan) No.7/2023. UU tersebut menyebutkan HET beras medium sebesar Rp10.900 - Rp11.800 per kilogram dan Rp14.900 - Rp15.800 per kilogram untuk beras premium.
Kemudian, bahan pokok lainnya juga mengalami kenaikan seperti bawang merah. Harganya kini naik sebesar Rp2.090 menjadi Rp36.310 per kilogram dan bawang putih bonggol naik Rp1.720 menjadi Rp42.430 per kilogram. Begitu pun dengan harga-harga bahan lainnya.
Stok Aman, Harga Beras Enggan Turun
Menurut Menteri Pertanian RI, Andi Amran Sulaiman, mengatakan bahwa dirinya memastikan selama bulan Maret, April, dan Mei 2024 stok beras untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat aman. Ia juga mengungkapkan bahwa masyarakat tidak perlu khawatir terhadap kebutuhan beras pada Ramadan dan Idulfitri. Ia juga memastikan bahwa harga beras akan segera turun dikarenakan sejumlah lumbung pangan nasional sedang dan segera panen (liputan.com, 17/03/2024).
Hal senada juga disampaikan oleh beberapa pimpinan Bulog di daerah masing-masing, salah satunya daerah Probolinggo. Di daerah tersebut dipastikan bahwa stok beras aman hingga Idulfitri, bahkan bisa sampai 3 bulan ke depan. Hal ini karena adanya ribuan ton beras impor tiba di Dermaga II Terminal Umum DABN Kota Probolinggo. Hal ini dibenarkan oleh Wakil Pimpinan Cabang Bulog Probolinggo, Yoga Prastiyadi, yang mengatakan impor beras tiba sebanyak 8.200 ton (detik.com, 17/03/2024).
Ironisnya, di tengah stok aman dan masuknya ribuan ton beras impor, harga beras masih tinggi bahkan sampai saat ini terpantau terus mengalami kenaikan. Lantas, apa yang menyebabkan harga beras enggan turun? Bukankah dalam teori ekonomi, ketika stok melimpah harga stabil, bahkan bisa turun?
Kesalahan Konsep Politik Pangan Kapitalisme
Memang benar, bahwa naiknya harga beras ini disebabkan oleh dampak cuaca ekstrem yang menyebabkan para petani gagal panen hingga akhirnya stok beras berkurang. Namun, faktor cuaca tersebut sejatinya hanya bagian kecil dari beberapa faktor lainnya yang saling keterkaitan.
Penyebab naiknya harga pangan ini dipengaruhi oleh sektor hulu hingga hilir.
Pertama, kesalahan di sektor hulu. Pemerintah tidak memperhatikan dengan baik sektor pertanian yang mengakibatkan panen tidak bisa maksimal memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Pemerintah membiarkan masifnya alih fungsi lahan dari lahan pertanian ke lahan nonpertanian. Hal ini membuat lahan pertanian mulai menyempit sehingga produksi pertanian juga ikut berkurang. Kemudian, pemerintah juga tidak memberikan perhatian kepada para petani, yakni dengan mempermudah akses untuk memperoleh bibit unggul, pupuk, obat-obatan, dan lainnya.
Kedua, kesalahan di sektor hilir. Pengelolaan dan pendistribusian hasil pertanian saat ini pun tidak sepenuhnya dilakukan oleh penguasa. Sektor hilir saat ini lebih dikuasai oleh para pemilik modal. Alhasil, ketika para pemilik modal yang menjalankan, bisa dipastikan bahwa bukan kesejahteraan rakyat yang menjadi dasar pendistribusian bahan pokok, melainkan keuntungan sebesar-besarnya. Pemilik modal akan mencari keuntungan dengan berbagai cara, seperti melakukan penimbunan, memonopoli harga, dan aktivitas lainnya yang mendatangkan keuntungan besar bagi mereka. Maka tidak heran jika harga pangan melambung tinggi.
Di sisi lain, perlu diketahui bahwa ada sisi gelap lainnya yang dilakukan oleh para pemiliki modal di dalam sistem ekonomi kapitalisme ini. Hal itu membuat harga pangan menjulang tinggi, tetapi stok pangan melimpah di pasaran, sebagaimana kita lihat stok beras saat ini. Kita pahami bahwa sistem ekonomi kapitalisme menghendaki adanya sektor nonriil, seperti penjualan saham atau kertas-kertas berharga. Ternyata, pangan merupakan salah satu komoditas yang masuk ke dalam bursa efek yang disebut sebagai bursa komoditas.
Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Ustazah Iffah Ainur Rohcmah, yang mengatakan bahwa spekulasi bursa efek tidak hanya dilakukan oleh perusahaan-perusahaan multinasional atau perusahaan besar lainnya. Namun, spekulasi di bursa efek ini juga menimpa pada bursa komoditas pangan yang mempengaruhi harga pangan.
Ia menjelaskan, bagaimana bursa pangan bisa mempengaruhi dan membuat harga pangan global melonjak? Ini karena ada permainan para perusahaan-perusahaan yang memperdagangkan komoditas pangan di pasar keuangan. Kita pahami, ketika ada impor dan ekspor bahan pangan, sejatinya di dalamnya ada perusahaan-perusahaan yang melakukan impor dan ekspor tersebut. Perusahaan inilah yang memiliki kertas-kertas saham tersebut yang dipertaruhkan atau diperdagangkan di bursa komoditas.
Dalam konteks global, di perdagangan nonriil ini ada yang namanya trader. Trader ini adalah mereka yang memperdagangkan instrumen keuangan, dia membeli dan menjual instrumen keuangan itu di bursa efek. Misalkan, ada kebutuhan untuk impor di 6 bulan ke depan, kemudian diopinikan bahwa harga pangannya akan makin melonjak naik. Di sini, trader akan membeli bahan-bahan pangan dari negara-negara produsen, lalu ia akan menyimpannya dan tidak menjualnya kepada yang lain sampai pada waktu tertentu. Kemudian mereka menjualnya dikemudian hari dengan harga yang mahal. Inilah yang memengaruhi harga pasokan pangan mahal, sedangkan stok melimpah.
Mereka telah mempermainkan harga pangan di tingkat global. Ketika mereka sudah mendapatkan keuntungan, mereka tidak peduli lagi apakah rakyat bisa membeli bahan pangan tersebut ataukah tidak. Sungguh mengerikan sistem ekonomi kapitalisme.
Konsep Politik Ekonomi Islam Menstabilkan Harga Beras
Islam memiliki paradigma yang jelas dalam mengatur segala aspek kehidupan manusia, salah satunya masalah pangan. Pangan merupakan kebutuhan penting bagi keberlangsungan kehidupan manusia sehingga negara memiliki kewajiban untuk menjamin terpenuhinya pangan bagi setiap individu rakyatnya, begitu pun dalam menstabilkan harga agar bahan pangan bisa dijangkau oleh rakyat.
Dalam mekanismenya, politik ekonomi Islam berasas pada kesejahteraan rakyat, pelaksanaannya pun wajib diemban oleh negara, tidak boleh diserahkan kepada asing atau swasta. Ini sebagai wujud pertanggungjawaban negara sebagai pengurus urusan rakyat, Rasulullah saw. bersabda, “Imam (khalifah) adalah raa’in (pengurus hajat hidup rakyat) dan ia bertanggung jawab terhadap rakyatnya.” (HR. Muslim dan Ahmad).
Mekanisme yang dilakukan oleh negara Islam dalam menstabilkan harga yakni dengan memperhatikan sektor hilir hingga hulu. Yang mana dalam sektor hulu, negara menerapkan sistem pertanian dengan dua strategi, yakni intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian, ditambah lagi dengan adanya pengaturan pertanahan pertanian. Dalam hal ini negara tidak membiarkan adanya tanah-tanah pertanian mati atau tidak dikelola, adanya alih fungsi lahan pertanian yang masif, dan lainnya. Dengan memaksimalkan produksi pertanian, negara akan bisa memenuhi kebutuhan pangan rakyat dan cadangan pangan negara. Para petani pun akan sejahtera karena biaya produksi dibantu oleh negara.
Kemudian, dalam sektor hilir pun demikian. Negara hadir untuk mendistribusikan bahan pangan agar sampai ke seluruh pelosok negeri. Negara tidak membiarkan asing atau pemilik modal berkuasa dalam pendistribusian. Negara pun melakukan pengawasan pasar agar penawaran dan permintaan terjadi secara riil, bukan nonriil sehingga harga akan tercipta secara wajar sebagaimana hukum pasar. Praktik-praktik nakal di dalam pengembangan harta pun akan diawasi seperti menjual menggunakan trik, kecurangan, dan penimbunan, sehingga praktik distorsi harga tidak akan terjadi. Ketika ada seseorang yang melakukan aktivitas nakal dalam penjualan, negara akan memberikan sanksi tegas.
Dengan penerapan sistem politik ekonomi Islam, maka rakyat tidak kesulitan untuk menjangkau harga pangan, seperti dalam sistem ekonomi kapitalisme saat ini. Harga pangan tidak akan melejit karena adanya praktik-praktik nakal yang dilakukan oleh para pengusaha. Sungguh sistem Islam begitu sempurna dan menyejahterakan manusia.
Wallahu a'lam bissawab.[]
Harga beras yang enggan turun merupakan masalah kompleks yang butuh penanganan sistematis. Karena salah satu penyebabnya adalah mahalnya harga pupuk. Sehingga jika harga beras turun, petani pun merasa rugi. Itu yang saya dapat dari para petani secara langsung.