“Akan tiba pada manusia tahun-tahun penuh kebohongan. Saat itu para pendusta dianggap jujur. Orang jujur dianggap pendusta. Pengkhianat dianggap amanah. Orang amanah dianggap pengkhianat. Ketika itu yang banyak bicara adalah ruwaibidhah.” Ada yang bertanya, “Siapa ruwaibidhah itu? Nabi Saw. menjawab, “Orang bodoh yang mengurusi urusan orang banyak.” (HR al-Hakim).
Oleh. Radayu Irawan, S.Pt.
NarasiPost.Com-Khilafah atau kepemimpinan umum bagi seluruh umat manusia telah diruntuhkan sejak 100 tahun yang lalu. Khilafah bukan runtuh karena kecacatannya, melainkan keruntuhannya telah didesain sedemikian rupa oleh Barat dan antek-anteknya. Hari ini, tak ada lagi Khilafah yang merupakan institusi yang menerapkan Islam secara kaffah. Bersesuaian dengan hal tersebut Rasulullah Saw bersabda,
“Sesungguhnya al-Imam (Khalifah) itu (laksana) perisai, dimana (orang-orang) akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)nya. Jika seorang Imam (Khalifah) memerintahkan supaya takwa kepada Allah ’Azza wa Jalla dan berlaku adil, maka dia (Khalifah) mendapatkan pahala karenanya, dan jika dia memerintahkan selain itu, maka ia akan mendapatkan siksa.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, An-Nasa’i, Abu Dawud, Ahmad)
Melalui sabda Rasulullah Saw, jelaslah bahwa keberadaan Khalifah yang merupakan kepala negara dari Khilafah amat sangat dibutuhkan. Dapat kita telaah saat ini, bagaimana kondisi kaum muslimin bahkan nonmuslim amat sangat menderita hidup di dalam naungan sistem sekulerisme-demokrasi saat ini. Kehormatan perempuan-perempuan kaum muslimin ternodai, anak-anak ikut merasakan penderitaan yang kian hari kian merana, di umur mereka yang sangat belia, terpaksa harus mengais sisa-sisa rupiah untuk sekadar memenuhi sejengkal perut. Begitupula keadaan nonmuslim, tak sedikit yang mengalami kesulitan ekonomi yang berkepanjangan.
Khalifah yang merupakan pelindung bagi seluruh umat manusia telah tiada. Khalifah yang bertugas sebagai pelayan serta pengurus urusan umat, kini telah tiada. Posisi Khalifah sangat tidak bisa disamakan dengan kepala negara yang ada saat ini, dari negara manapun kepala negara itu berasal! Saat ini, tidak ada satupun negara khilafah begitupula dengan Khalifah. Maka sangat terlihat kekacaubalauan di sana-sini. Perebutan kursi dalam bidang politik, kemiskinan yang tak pernah sirna, pendidikan yang melahirkan orang-orang amoral, kesehatan yang amburadul, bahkan nyawa-nyawa kaum muslimin di negeri minoritas seakan tak berharga.
Padahal, Rasulullah Saw bersabda
"Hilangnya dunia, lebih ringan bagi Allah dibandingnya terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak.” (HR. Nasai 3987, Tirmidzi 1455, dan dishahihkan al-Albani).
Sudah berapa banyak nyawa kaum muslimin hilang di setiap detik, menit, jam hingga harinya?
Kondisi kaum muslimin di negeri minoritas tak bernilai secercah pun. Kondisi kaum muslimin di negeri mayoritas pun tak kalah rusaknya. Ulama dikriminalisasi serta ajaran Islam yang dipersekusi menjadi sajian hangat setiap hari. Propaganda islamophobia pun terus dihembuskan secara massif di negeri-negeri mayoritas kaum muslimin. Akibatnya, tak sedikit kaum muslimin yang anti terhadap agamanya sendiri. Nastaghfirullah al azim. Sungguh sebuah pemandangan yang sangat menyanyat hati.
Beginilah kondisi umat manusia setelah 100 tahun tanpa kehadiran Khilafah. Rentetan peristiwa di seluruh negeri-negeri kaum muslimin pun terus menerus terjadi. Islam terpecah-pecah, bahkan disekat dengan nation state (nasionalisme) menjadi lebih dari 50 negara, sehingga menyebabkan kaum muslimin dalam keadaan yang amat lemah bertambah-tambah. Kaum muslimin di Palestina, Suriah, Rohingya, Kashmir, Yaman, Afghanistan, Irak dan Wilayah lainnya menjadi bukti kebengisan, kekejaman serta kerakusan para penjajah Barat atas umat dan negeri kaum muslimin. Hal ini sejalan dengan sabda Rasulullah Saw,
“Telah berkumpul umat-umat mengelilingi kalian sebagaimana orang-orang yang makan berkumpul mengelilingi piring mereka.”
Mereka bertanya,
“Apakah pada saat itu kami sedikit, wahai Rasulullah?”
Beliau menjawab,
“Tidak. Pada saat itu kalian banyak, tetapi kalian seperti buih di lautan. Allah menghilangkan rasa takut dari dada-dada musuh kalian. Allah pun menimpakan pada kalbu-kalbu kalian penyakit Al-Wahn.”
Mereka bertanya, “apakah Al-Wahn itu Rasulullah?”
Beliau menjawa, “Cinta dunia dan takut akan mati.” (HR Abu Dawud dan Ahmad)
Ketiadaan khilafah pula yang membuat umat Islam dipimpin oleh penguasa yang Ruwaibidhah dan sufaha. Sesuai dengan sabda Rasulullah Saw,
“Akan tiba pada manusia tahun-tahun penuh kebohongan. Saat itu para pendusta dianggap jujur. Orang jujur dianggap pendusta. Pengkhianat dianggap amanah. Orang amanah dianggap pengkhianat. Ketika itu yang banyak bicara adalah ruwaibidhah.” Ada yang bertanya, “Siapa ruwaibidhah itu? Nabi Saw. menjawab, “Orang bodoh yang mengurusi urusan orang banyak.” (HR al-Hakim).
Maka dari itu, sudah sepatutnya seluruh kaum muslimin berkontribusi dalam perjuangan menegakkan kembali khilafah ala minjhajin nubuwwah. Karena keberadaan Khilafah yang akan tegak kembali merupakan janji Allah dan Rasul-Nya. Adakah pernah Allah yang menciptakan kita, ingkar terhadap janji-Nya? Sungguh itu sesuatu yang mustahil dan tak akan pernah Allah ingkar terhadap janji-Nya. Oleh sebab itu, mari kita perjuangkan kembali khilafah agar dapat tegak kembali di muka bumi. Sungguh amat dibutuhkan keseriusan, keyakinan nan kokoh dan pengorbanan yang besar agar khilafah dapat tegak kembali.
Bukankah kita telah merasakan kesengsaraan hidup dalam sistem sekuler-demokrasi? Maka untuk mengakhirinya, Khilafah adalah solusi tuntas. Namun yang terpenting dari itu semua adalah, khilafah merupakan sarana untuk tertunaikan kewajiban-kewajiban syariat, sementara implementasi dari tauhid yang sempurna adalah menerapkan seluruh syariah-syariah Islam. Bukankah syariah Islam hanya akan tegak dalam bingkai Khilafah? Allahu Akbar! Wallahu a'lam bishowab.[]
Photo : Pinterest