Sungguh, kami rindu pemimpin yang adil dan menerapkan Islam. Menjadikan Alquran dan sunah sebagai tolok ukur perbuatan dan perkataan.
Oleh: Messy Ikhsan
(Founder Diksi Hati Dan Aktivis Mahasiswa)
NarasiPost.com - Wahai Rasulullah, ampuni kami. Di saat umat Muslim bersuka cita memperingati hari kelahiranmu. Mempelajari perjalanan hidupmu. Mengikuti perjuangan sunahmu. Mengenang kehebatan sikapmu.
Ada setan berbentuk manusia yang mengiris hati kami. Membuat karikatur Baginda Nabi dan dipampang di tempat umum. Sungguh, ini mengusik kehormatanmu. Mengundang amarah umat Islam memburu. Harga diri manusia istimewa dilecehkan. Dipijak-pijak tanpa berujung.
Andai jumpa baginda Nabi. Kami malu tak mampu menjaga kehormatanmu. Kami tak berkuasa memberi hukuman bagi penghinamu. Kecuali hanya mengecam saja. Sehingga tak membuat pelaku merasa jera. Lagi, dan lagi kesalahan yang sama terulang kembali. Kekasih Allah yang mulia dilecehkan.
Astaghfirullah.
Andai jumpa baginda Nabi. Sungguh kami merindukanmu. Rindu diatur oleh aturan Ilahi dan sesuai sunahmu. Tanpa itu, umat tercerai-berai, menjadi potongan kecil. Tak ada kekuatan untuk menjaga din ini.
Astaghfirullah.
Andai jumpa Baginda Nabi. Hal yang harus kami jawab. Ketika Muslim Uigyur, Rohingya, Pakisatan, dan lain-lain. Berjuang secara mandiri untuk mempertahankan akidah. Mereka terzalimi, dan tak ada perisai yang sudi melindungi. Kami terkotak-kotak menjadi Negeri kecil. Lemah dan tak mampu melindungi saudara Muslim lainnya.
Astaghfirullah.
Andai jumpa baginda Nabi. Maaf seribu maaf ya Rasulullah. kami belum mampu menerapkan risalah Ilahi secara kaffah. Sebab, penguasa durjana tak memberi ruang walau setitik. Mereka termakan fatamorgana dunia. Akan tetapi, kami tak akan menyerah. Kami tak akan berpaling dari jalan kebenaranmu. Sunahmu harga mati! Risalahmu harga mati! wajib diikuti tanpa nanti dan tanpa tapi.
Andai jumpa Baginda Nabi. Kami ingin bersimpuh, menjerit, dan memelas ampun. Sungguh, kami tak sanggup diatur oleh sistem birahi manusia. Yang berstandarkan pada nafsu dan logika. Kami ingin hidup tenang, nyaman, dan sejahtera di bawah naungan Khilafah. Sama dengan Khilafah 14 abad yang lalu.
Andai berjumpa baginda Nabi. Sungguh kebaikan dan rahmat Allah selalu terlimpahkan untukmu, dan untuk kami. Semoga hukuman Allah dan azab terlimpahkan pada penjegal dakwah. Musuh Allah yang terang-terangan menyatakan permusuhan.
Astaghfirullah.
Andai berjumpa Baginda Nabi. Sungguh kami malu dan tak berani menampakkan muka. Kami mengaku mencintaimu. Mengidolakanmu. Menginginkan surga yang sama denganmu. Akan tetapi, ada di antara kami yang mengaku Muslim. Anti terhadap aturan Allah dan mengidap islamofobia.
Astaghfirullah.
Andai jumpa baginda Nabi. Maaf kami sering lalai dalam mengingatmu. Tersibukkan oleh kehidupan dunia yang mempesona. Terabaikan oleh kepentingan pribadi. Padahal Baginda selalu mengingat kami. Walau di penghujung kehidupan. Umatku …. umatku …. Tapi, apa balasan kami padamu. Sungguh terlalu!
Astaghfirullah.
Andai jumpa baginda Nabi. Baginda pasti tak rida. Melihat kemaksiatan merajalela. Melihat aturan manusia yang berkuasa. Sungguh risau hati kami melihat sesama Muslim saling bertengkar. Menganggap diri paling nyunnah, lalu mengklaim yang lain bid'ah. Karena berbeda pemahaman dan harakah. Padahal satu Allah, Rasulullah, dan akidah. Berbeda jemaah, mengundang berpecah belah. Padahal sesama Muslim diikat satu ukhuwah.
Andai jumpa Baginda Nabi. Kami ucapkan terima kasih telah sudi menyampaikan dakwah Islam. Hingga kami mencicipi nikmat hidayah. Tanpa perjuanganmu, entah bagaimana nasib kami. Mungkin sudah terjun di lembah hitam atau jurang neraka.
Astaghfirullah.
Andai jumpa Baginda Nabi. Sungguh, kami rindu pemimpin yang adil dan menerapkan Islam. Menjadikan Alquran dan sunah sebagai tolok ukur perbuatan dan perkataan. Bukan pemimpin yang mengandalkan aturan birahi. Mengambil aturan Alquran sebagian, mencampakkan sebagian yang lain.
Andai jumpa Baginda Nabi. Kemuliaanmu tetap prioritas utama. Setelah Pencipta semesta alam. Engkau manusia agung yang bergelar al-amin. Penggegas peradaban dan perubahan revolusioner. Maaf seribu maaf. Kini Alquran dan hadits dipandang sebelah mata. Hanya dihapal di luar kepala. Akan tetapi, tak diterapkan pada kehidupan nyata.
Astaghfirullah.
Rasulullah, engkau teladan kami. Yang mendekap mandat agung dari Pencipta kami. Sebaik-baik teladan bagi seluruh penduduk bumi.
Allah berfirman :
لَقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِىۡ رَسُوۡلِ اللّٰهِ اُسۡوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنۡ كَانَ يَرۡجُوا اللّٰهَ وَالۡيَوۡمَ الۡاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيۡرًا
"Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah." (QS Al-Ahzab : 21).
Rasulullah. Kami mencintaimu. Kami ingin diatur oleh sunahmu. Kami ingin bersamamu di surga. Sungguh, rindu itu berat. Kami tak kuat. Cinta ini kian meningkat setiap saat. Dan kami mendekap syafaatmu di akhirat.
Rasulullah bersabda :
أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ
"Engkau bersama dengan orang yang engkau cintai." (HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi)
Picture Source by Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]