Sesungguhnya agama ini muncul pertama kali dalam keadaan terasing dan akan kembali asing. Maka berbahagialah orang-orang yang terasing.
Oleh: Susi Ummu Ameera
NarasiPost.com - Al-Ghuroba (orang-orang yang terasing) adalah orang-orang yang terpisah dari kabilah-kabilah. Yaitu orang yang bertetanggaan dengan kabilah-kabilah tapi bukan bagian darinya. Islam datang terasing dan akan kembali terasing sebagaimana mulanya, maka berbahagialah orang terasing itu. Kalimat ini sering menjadi pembakar api semangat bagi orang-orang yang memperjuangkan agamanya dan ingin menjadi bagian dari kelompok orang terasing tersebut.
Lima ciri-ciri Al-ghuroba
1. Senantiasa Melakukan Perbaikan ketika Manusia Sudah Rusak
Umar bin Auf bin Zaid bin Milhah al-Mazani Radhiallahu 'Anhu, meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: Sesungguhnya agama (ini) akan terhimpun dan berkumpul menuju Hijaz, layaknya terhimpun dan terkumpulnya ular menuju liangnya, dan sungguh (demi Allah) agama (ini) akan ditahan (untuk pergi) dari Hijaz sebagaimana (ditahannya) panji yang merupakan tempat kembali di mana kaum Muslim kembali padanya dari puncak gunung. Sesungguhnya agama ini muncul pertama kali dalam keadaan terasing dan akan kembali asing. Maka berbahagialah orang-orang yang terasing. Yaitu orang-orang yang memperbaiki Sunnahku yang telah dirusak oleh manusia setelahku. (Abu Issa berkata, “hadits ini hasan).
Ternyata yang dimaksud hadits di atas bukanlah para sahabat, melainkan generasi yang sangat jauh dari mereka, yaitu kita yang saat ini hidup di akhir zaman. Mengapa demikian? karena para sahabat tidak merusak metode kehidupan yang dibawa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, sedangkan saat ini kita hidup setelah banyak kerusakan yang dilakukan oleh manusia. Dan sebagian dari kita memperbaiki kerusakan itu. Semoga kita termasuk orang yang berbahagia itu. Aamiin.
2. Jumlahnya Sedikit
Ahmad dan ath-Thabrani dari Abdullah bin Amru, ia berkata; pada suatu hari saat matahari terbit aku berada di dekat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, lalu beliau bersabda: “akan datang suatu kaum pada hari kiamat kelak. Cahaya mereka bagaikan matahari. Abu Bakar berkata, “ apakah mereka itu kami wahai Rasulullah?” Rasulullah bersabda, “ bukan, dan khusus untuk kalian ada kebaikan yang banyak. Mereka adalah orang-orang fakir dan orang-orang yang berhijrah yang berkumpul dari seluruh pelosok bumi. “kemudian beliau bersabda, “kebahagiaan bagi orang yang terasing, kebahagiaan bagi orang yang terasing. “ Ditanyakan kepada beliau, “siapakah orang yang terasing itu? “Beliau bersabda, “mereka adalah orang-orang shalih di antara kebanyakan orang yang buruk. Di mana orang yang menentang mereka lebih banyak dari pada yang menaatinya. “ (al-Haitsami berkata hadits ini mempunyai banyak sanad dan perawinya shahih).
Sungguh, Rasulullah telah mengulang hingga dua kali kalimat “berbahagialah orang-orang yang terasing” ini menunjukkan bahwa orang yang dimaksudkan oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam adalah orang yang memiliki kedudukan istimewa di hadapan Allah dan Rasul-Nya. Namun, untuk mendapatkan kedudukan mulia tersebut tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, walaupun seluruh amalan mahdhah sudah dilaksanakan seperti sholat, puasa di bulan ramadhan, zakat, serta menghafal Alquran, yang demikian itu belumlah cukup. Melainkan orang tersebut harus memperjuangkan apa yang diperintahkan oleh Allah dan meninggalkan segala apa yang dilarang Allah Subhanahu Wa Ta'aala, sebutan mereka adalah pengemban dakwah, mereka adalah orang yang memperjuangkan dienul Islam hingga akhir hayat.
3. Mereka adalah Kaum yang Beraneka Ragam
Dari Ibnu Umar Radhiallahu 'Anhu. Ia berkata; Rasulullah bersabda: “ …Kemudian seorang arab badui (yang ada di tempat nabi berbicara) duduk berlutut, seraya berkata, “ wahai Rasulullah, jelaskanlah sifat mereka dan uraikanlah keadaan mereka pada kami! “Rasulullah bersabda, “ mereka adalah sekelompok manusia yang beraneka ragam, yang terasing dari kabilahnya, mereka berteman di jalan Allah, mereka saling mencintai karena Allah. Allah akan membuat mimbar-mimbar dari cahaya untuk mereka di hari kiamat. Orang-orang merasa takut tapi mereka tidak takut. Mereka adalah kekasih Allah yang tidak memiliki rasa takut (pada selain Allah) dan mereka tidak bersedih.
4. Mereka saling Mencintai dengan “Ruh” Allah
Makna “ruh” disini bukanlah berarti nyawa, melainkan syariat yang telah dibawa oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam yang menjadi pengikat diantara mereka adalah ideologi (mabda) Islam, bukan ideologi kapitalis, atau sosialis. Mereka tidak dari Rahim dan nasab yang sama, tapi mereka saling mencintai karena Allah dan Rasul-Nya. Mereka senantiasa berdzikir dan mengucapkan perkataan yang baik-baik, sebagaimana orang memilih buah-buahan pastilah akan memilih buah yang baik.
5. Mereka memperoleh Kedudukan itu tanpa Menjadi Syuhada
Meski dalam beberapa hadits dikatakan bahwa para syuhada tergiur oleh mereka (al-ghuroba), tapi bukan berarti mereka (al-ghuroba) lebih utama dari para Nabi dan syuhada. Melainkan kedudukan itu hanyalah semata-mata menunjukkan keistimewaan mereka (al-ghuroba). Maka sudah selayaknya kita memantaskan diri untuk menjadi bagian dari orang terasing (Al-Ghuroba) tersebut, agar mendapatkan mimbar di hadapan ar-Rahman Zat yang Maha Tinggi seperti yang telah dijanjikan. Dan semoga Allah meneguhkan hati kita di jalan keterasingan ini, tetap istiqomah menentang kedzaliman yang ada dan menjadi penjaga Islam yang terpercaya. aamiin. Wallahu’alam.
Picture Source by Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]