Wahai Sang Pembelajar Sejati!

"Bisa jadi, sulitnya kita hadir dalam majelis ilmu bukan karena tidak ada kesempatan dan hidayah yang Allah Swt. berikan. Namun, karena kita belum memiliki strong why untuk semangat dan istikamah dalam menuntut ilmu. Bukankah kewajiban menuntut ilmu itu sepanjang masa dan tidak dibatasi oleh usia?"

Oleh. Annisa Fauziah, S.Si.

NarasiPost.Com-Setiap muslim tentu sudah mengetahui kewajiban dan keutamaannya untuk menuntut ilmu. Namun, terkadang banyak tantangan yang dihadapi. Mulai dari rasa malas, banyaknya kesibukan, kurang fokus, hingga enggan untuk berkorban. Akhirnya, banyak orang yang merasa cepat puas dengan ilmu yang dimilikinya saat ini.

Tantangan lain yang dihadapi khususnya bagi para muslimah, yaitu ketika muncul insecurity. Rasa tidak percaya diri muncul karena seolah menjadikan ilmu hanya identik dengan kalangan akademisi. Wajar jika akhirnya setelah menikah dan menjadi ibu rumah tangga tak sedikit yang sulit untuk meng-upgrade diri.

Banyak yang berpikir bahwa perannya saat menjadi seorang istri dan ibu telah membatasinya untuk menuntut ilmu dan memberdayakan diri. Alasannya tak lain karena pikirannya kini sudah disibukkan untuk mengurus anak dan suami sehingga merasa tidak mampu mengatur waktunya untuk belajar.

Nah, apakah kita akan selalu menyalahkan keadaan sekitar atau lebih banyak melakukan introspeksi diri? Sejatinya, sudut pandang seperti ini akan membuat kita gagal move on. Penyebabnya tidak lain adalah karena kita selalu menempatkan diri sebagai “korban” dari suatu keadaan, bukan sebagai subjek yang melakukan suatu perubahan.

Allah Swt berfirman: “…Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri…” (QS. Ar-Ra’d: 11). Kita bisa mengambil ibrah bahwasanya perubahan itu dimulai dari kesadaran yang muncul karena dorongan internal. Maka, jika kita senantiasa menjadikan keterbatasan dan faktor eksternal sebagai sebuah hambatan, kapan kita bisa melakukan perubahan?

Bisa jadi, sulitnya kita hadir dalam majelis ilmu bukan karena tidak ada kesempatan dan hidayah yang Allah Swt. berikan. Namun, karena kita belum memiliki strong why untuk semangat dan istikamah dalam menuntut ilmu. Bukankah kewajiban menuntut ilmu itu sepanjang masa dan tidak dibatasi oleh usia?

Rasulullah saw. bersabda: “Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim no. 2699).
Hadis ini menjadi pengingat dan penyemangat bagi kita untuk senantiasa menjadi seorang pembelajar sejati. Tantangan yang sedang dihadapi tak membatasi kita untuk terus belajar di universitas kehidupan ini. Semua itu tak lain karena dorongan iman yang terhunjam di dada, yaitu dalam rangka menunaikan kewajiban dari Sang Pencipta.

Hal lain yang patut kita renungkan, yaitu bahwasanya tanpa belajar maka kita akan sulit untuk beramal. Sebab, niat ingin melakukan kebaikan tidak akan cukup jika tak memiliki landasan ilmu untuk diamalkan. Misalnya saja, ketika seseorang menjalani peran sebagai seorang istri, tentu harus mengetahui bagaimana Islam mengatur hak dan kewajiban suami istri. Begitu pun saat mendidik anak, tak mungkin menjalankan peran orang tua hanya mengikuti insting saja.

Oleh karena itu, kepada para pembelajar sejati yang sedang berlelah-lelah dalam menuntut ilmu, sejatinya lelah kita adalah lillah. Maka, ini adalah salah satu bentuk nikmat yang harus kita syukuri, yaitu kesempatan untuk belajar. Dengan demikian, hadirkanlah rasa bahagia dan penuh semangat ketika hadir di berbagai majelis ilmu. Posisikan diri kita layaknya gelas kosong yang siap diisi dengan air yang penuh keberkahan.

Setiap langkah dan kesungguhan kita belajar akan semakin menunjukkan bahwasanya begitu banyak hal yang belum kita tahu. Ketika satu ilmu dipelajari, Allah Swt. semakin menunjukkan betapa kecilnya kita sebagai makhluk di hadapan Sang Maha Mengetahui. Maka, kita perlu menyadari bahwasanya kemudahan kita dalam menuntut ilmu adalah salah satu bentuk pertolongan dari-Nya.

Ketika rasa lelah dan malas menggelayut di hati, ingatlah kembali bahwa seorang pembelajar sejati tak akan pernah merugi. Mungkin kita harus mengorbankan waktu, tenaga, pikiran, dan harta untuk menuntut ilmu. Namun, sejatinya setiap langkah menuju majelis ilmu akan menjadi saksi bahwasanya kita telah bersungguh-sungguh untuk menjemput hidayah-Nya. Apalagi jika di dalam majelis ilmu dibacakan ayat-ayat Allah maka di sekeliling kita ada malaikat yang mendoakan kebaikan. Jika sudah mengetahui semua keutamaan ini, apakah kita masih punya alasan lagi untuk tidak bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu?

Duhai diri yang sering kali menjadikan keterbatasan waktu dan kesibukan menjadi alasan tak hadir dalam majelis ilmu. Coba tanyakan pada hati nuranimu kini. Bukankah menuntut ilmu itu membutuhkan kesungguhan? Maka, semua itu tidak bisa dilakukan tanpa pengorbanan karena surga adalah balasan yang akan kita dapatkan.
[]


Photo : Pinterest

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Annisa Fauziah, S.Si. Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Meneladani Dakwah Rasulullah Menuju Perubahan Hakiki
Next
Kemiskinan Ekstrem Meninggi, Butuh Solusi Pasti
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram