Kiat Sukses Belajar

Kiat Sukses Belajar

Belajar akan membuat kita keluar dari kebodohan dan menuju jalan yang penuh dengan cahaya. Belajarlah agar kita menjadi orang yang berilmu.

Oleh. Arum Indah
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Belajar merupakan proses yang harus dilalui seseorang untuk mendapatkan ilmu. Prosesnya tidak mudah, jalannya panjang, terjal, dan bisa jadi berliku-liku. Tidak sedikit yang berhenti di tengah jalan saat sedang menuntut ilmu dengan berbagai alasan, seperti penat, bosan, bingung dengan materi yang dipelajari, dan lain-lain. Sedangkan jerih payah dalam menuntut ilmu tidak akan sebanding dengan kesulitan saat tenggelam dalam kubangan kebodohan.

Imam Asy-Syafi’i pernah berkata, “Jika tidak mampu menahan lelahnya belajar, kamu harus sanggup menahan perihnya kebodohan.”

Muhammad bin Al-Hasan berkata, “Belajarlah karena ilmu adalah hiasan, keutamaan, dan alamat pujian bagi pemiliknya. Jadilah orang yang dapat mengambil manfaat setiap hari dengan cara menambah ilmu dan berenanglah di samudra kemanfaatan.”

Belajar. Satu kata yang mudah diucapkan oleh semua orang, tetapi tidak semua orang mampu merealisasikannya. Untuk itu, kita butuh kiat-kiat untuk bisa sukses dalam proses belajar. Apalagi, kita sebagai seorang muslim wajib untuk senantiasa menuntut ilmu.

Dari kitab Ta’limul Muta’allim karya Imam Az-Zarnuji, ada beberapa kiat yang harus kita lakukan untuk meraih sukses belajar, di antaranya:

Niat Belajar

Kiat pertama yaitu niat. Niat merupakan perkara paling pertama yang harus dimiliki seseorang ketika hendak belajar karena niat adalah dasar dari semua perbuatan. Hal ini didasarkan pada sabda Rasulullah yang diriwayatkan dari Umar ra.,

إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى

Artinya: “Sesungguhnya amal-amal itu tergantung niatnya dan sesungguhnya setiap insan akan memperoleh apa yang ia niatkan.”

Banyak amalan yang terlihat seperti amalan dunia, tetapi menjadi amalan akhirat karena niat yang baik. Banyak juga amalan yang terlihat sebagai amalan akhirat, tetapi menjadi amalan dunia karena niat yang buruk.

Seorang pelajar haruslah berniat menuntut ilmu karena mencari rida Allah dan kehidupan akhirat, menghapus kebodohan dari dirinya dan segenap orang-orang bodoh, menghidupkan agama, dan melanggengkan Islam.

Memilih Ilmu

Sering kali seorang penuntut ilmu bingung apakah ilmu yang harus ia pelajari terlebih dahulu. Pasalnya, kadang banyak sekali ilmu yang ingin dipelajari, tetapi terbatas pada kemampuan diri. Lalu, ilmu apakah yang harus diutamakan?

Seorang penuntut ilmu harus memilih yang terbaik dari setiap ilmu. Para pelajar haruslah mendahulukan ilmu tauhid dan makrifat (mengenali Allah dengan dalil-dalilnya). Seseorang wajib belajar mengenai kewajiban-kewajiban yang Allah bebankan kepadanya agar ia mampu melaksanakan kewajiban itu dengan baik. Adapun belajar mengenai sesuatu yang terjadi sesekali maka hukumnya fardu kifayah. Artinya jika sebagian orang telah melaksanakannya maka kewajiban itu gugur bagi yang lain.

Sedangkan belajar tentang ilmu nujum (astrologi) hukumnya haram. Ilmu astrologi adalah merupakan penyakit berbahaya dan tidak bermanfaat karena diibaratkan lari dari qada dan qadar Allah, padahal lari dari qada dan qadar adalah hal yang mustahil.

Ilmu yang paling utama adalah yang berkaitan dengan negeri akhirat. Muhammad bin Al-Hasan pernah berkata, “Siapa saja yang telah merasakan manisnya ilmu dan amal tidak mungkin ia menginginkan apa (dunia) yang dimiliki manusia.”

Syekh Qawamuddin Hammad pernah bersyair, “Siapa yang menuntut ilmu untuk negeri akhirat, ia akan meraih keutamaan dari keistikamahan dalam agama. Duhai, betapa meruginya orang-orang yang mencari ilmu karena ingin mendapat pujian dari manusia.”

Memilih Guru dalam Belajar

Setelah memilih ilmu untuk belajar, langkah yang ditempuh adalah memilih guru. Seyogianya seorang penuntut ilmu harus memilih guru yang paling berilmu, paling warak, paling tua, berwibawa, murah hati, dan penyabar.

Para ulama terdahulu membutuhkan waktu sekurang-kurangnya dua bulan untuk memilih seorang guru dan meminta pertimbangan dari orang lain. Hal ini sangat penting untuk dilakukan sebab jika seorang pelajar telah memilih seorang guru, ia harus menuntaskan pembelajaran bersama guru tersebut. Ia tidak boleh meninggalkan dan tidak boleh berpaling dari sang guru. Dengan kata lain, ia harus betah dan sabar terhadap gurunya untuk mempelajari suatu kitab dan jangan meninggalkannya sampai selesai kitab tersebut. Kesabaran harus dimiliki oleh seorang pelajar, sebagaimana gurunya juga telah bersabar memahamkan ilmu kepadanya. Tujuannya adalah agar sang murid diberkahi proses belajarnya dan bisa mengambil manfaat dari ilmunya.

Ali bin Abi Thalib berkata, “Ingat, kamu tidak akan mendapatkan ilmu kecuali dengan enam perkara. Aku kabarkan kepadamu semuanya dengan jelas, kecerdasan, kemauan, kesabaran dan bekal (harta), arahan guru, dan waktu yang panjang."

Oleh karenanya, memilih guru untuk proses belajar menjadi suatu hal yang penting.

Sabar dan Daya Tahan

Setidaknya ada dua hal yang harus dimiliki seseorang selama proses belajar berlangsung, yakni kesabaran dan daya tahan atau keteguhan. Bersabar dengan segala kesusahan dan keperihan belajar serta memiliki daya tahan untuk terus hadir dalam majelis ilmu dalam setiap kondisi. Dua hal tersebut adalah fondasi untuk meraih sukses belajar. Akan tetapi, dua hal ini pula yang paling langka pada diri seseorang.

Banyak yang bergerak untuk menggapai cita-cita dan mengejar ketinggian. Namun, yang langka pada diri seseorang adalah keteguhan. Kesabaran dan keteguhan adalah fondasi besar dalam setiap perkara, termasuk belajar.

Giat, Rajin, dan Semangat Belajar

Allah berfirman dalam surah Maryam ayat 12,

يٰيَحْيٰى خُذِ الْكِتٰبَ بِقُوَّةٍ

Artinya: “Wahai Yahya, ambillah (pelajarilah) kitab Taurat itu dengan sungguh-sungguh.”

Kunci kiat sukses belajar selanjutnya adalah sungguh-sungguh. Rajin, giat, dan semangat adalah bagian dari kesungguhan. Bahkan ada tiga pihak yang sangat diperlukan kesungguhannya dalam belajar, yakni guru, pelajar, dan orang tua (jika masih ada).

https://narasipost.com/syiar/04/2024/ilmu-tsaqafah-menghapus-kebodohan/

Imam Asy-Syafi’i juga pernah berkata, “Engkau ingin menjadi fakih tanpa jerih payah? Memang gila itu bercabang-cabang. Tidak bakal engkau mendapatkan harta tanpa bekerja keras, apalagi untuk meraih ilmu.”

Walau demikian, seorang pelajar tidak boleh memaksa dirinya ketika belajar. Ia harus tahu seberapa besar kemampuannya untuk mengikuti pelajaran karena pemaksaan terhadap diri hanya akan melemahkan jiwa dan membuat berhenti belajar. Seorang pelajar harus mampu bersikap bijaksana, perlahan, dan berhati-hati.

Seorang muslim harus bersungguh-sungguh dalam meraih semua ilmu, niscaya ia pasti akan meraih kesempurnaan. Sebesar apa yang kita cita-citakan maka sebesar itulah yang akan kita dapatkan.

Bertawakal

Kiat selanjutnya, seorang pelajar harus bertawakal dalam menuntut ilmu, tidak boleh memikirkan perkara lain seperti urusan rezeki (makanan atau pakaian). Jika ia disibukkan dengan urusan itu, ia akan jarang mendedikasikan dirinya untuk meraih pahala-pahala mulia. Seorang pelajar harus sekuat tenaga mempersedikit kesibukan duniawinya dan menyibukkan diri dengan mempelajari agama Allah.

Bersikap Warak saat Belajar

Apabila seorang pelajar bersikap warak maka ilmunya akan lebih bermanfaat dan belajarnya pun akan menjadi mudah serta mendapatkan banyak faedah

Sikap warak di sini contohnya menjaga diri jangan sampai perut kenyang, terlalu banyak tidur, banyak membicarakan hal yang tidak bermanfaat, makan makanan yang tidak tayib, dan lain-lain.

Memilih Teman Belajar

Teman akan memengaruhi perangai kita. Jangan berkawan dengan orang yang malas dalam semua keadaannya. Berapa banyak orang saleh rusak lantaran rusaknya orang lain. Penyakit bodoh cepat menular kepada orang yang kuat bak bara api yang ditaruh di atas abu, akan ikut padam juga.

Khatimah

Belajar akan membuat kita keluar dari kebodohan dan menuju jalan yang penuh dengan cahaya. Belajarlah agar kita menjadi orang yang berilmu dan tidak terkungkung dengan kebodohan aebab kebodohan adalah kematian sebelum kematian pemiliknya. Jasad mereka adalah kuburan sebelum dikuburkan. Orang yang hidup tanpa ilmu ibarat orang mati. Tidak ada lagi kebangkitan baginya pada hari kebangkitan.

Wallahu’alam bishawab. []

#MerakiLiterasiBatch1
#NarasiPost.Com
#MediaDakwah

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Arum Indah Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Muflis (Orang yang Bangkrut) 
Next
Ada 10 Juta Pemuda Menganggur, Gak Bahaya, Tah?
2 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

4 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Mimy muthmainnah
Mimy muthmainnah
5 months ago

Muhammad bin Al-Hasan berkata, “Belajarlah karena ilmu adalah hiasan, keutamaan, dan alamat pujian bagi pemiliknya. Jadilah orang yang dapat mengambil manfaat setiap hari dengan cara menambah ilmu dan berenanglah di samudra kemanfaatan.”

Suka nasehat ini..

Mimy muthmainnah
Mimy muthmainnah
5 months ago

Semoga semangat terus belajar hingga akhir hayat. Ini naskah keren selalu mencerahkan jiwa-jiwa yg futur dalam belajar. Jazakillah khairan dek Arum

Arum indah
Arum indah
Reply to  Mimy muthmainnah
5 months ago

Terimakasih sdh mampir dan komen, mbak mimiii

Arum indah
Arum indah
5 months ago

Jazakillah khoir tim NP❤️❤️

bubblemenu-circle

You cannot copy content of this page

linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram