Hilangnya budaya muhasabah karena manusia sudah pada level tidak peduli apakah dirinya lebih baik atau lebih buruk dari hari sebelumnya.
Oleh. Novianti
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-“Hisablah dirimu sebelum kamu dihisab di yaumil akhir kelak,” nasihat Umar bin Khattab untuk mengingatkan agar manusia harus sering mengevaluasi diri. Allah berfirman dalam surah Al-Hasyr ayat 18, aktivitas di dunia harus membawa bekal untuk akhirat. Dunia itu persinggahan sementara, sarana menuju terminal akhir bernama surga.
Proses menghisab diri disebut muhasabah. Seseorang yang sering bermuhasabah akan diringankan pertanggungjawabannya di akhirat. Sedangkan bagi yang tidak pernah melakukan, kelak akan menanggung kehinaan dan penyesalan.
Proses Muhasabah
Ada anggapan muhasabah hanya berdiam diri secara pasif, break time buat menyendiri. Padahal, ia merupakan proses aktif ke dalam, mengoreksi dan menelusuri jejak sebelumnya. Tujuannya agar benar-benar memaknai setiap perbuatan. Paham mengapa harus melakukan dan mengerti bagaimana caranya.
Bermuhasabah artinya merenung, memikirkan dengan sungguh-sungguh, menimbang apa yang akan dilakukan agar lebih baik. Kita seperti menguliti dan mengakui di hadapan Allah tentang kualitas diri.
Proses muhasabah melibatkan bagian otak depan yang disebut Prefrontal Korteks (PFC). Bagian yang berfungsi mengatur fungsi eksekutif, yaitu kemampuan merencanakan sesuatu, membuat keputusan, memecahkan masalah, mengontrol diri, mengingat instruksi, menimbang konsekuensi, dll. PFC berkembang di masa pubertas dan hampir sempurna di usia kurang lebih 25 tahun. Karena itu, muhasabah dianjurkan bagi orang yang sudah balig.
Waktu Muhasabah
Para ulama menaruh perhatian serius terhadap muhasabah. Imam Al-Ghazali mengatakan Allah selalu memperhatikan setiap perbuatan hamba-Nya, bahkan sampai pada kedipan mata dan getaran hatinya. Karena itu, seorang muslim harus sering bermuhasabah di hadapan Allah.
Menurut Imam Ibnu Qayyim, muhasabah harus sebelum dan sesudah melakukan suatu perbuatan. Agar memastikan perbuatannya dilandasi oleh niat ikhlas dan sesuai dengan syariat Islam, karena akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah Swt. Pendapat Ibnu Qudamah, waktu muhasabah adalah saat pagi dan petang. Di pagi hari niatkan bekerja karena Allah dan tidak melanggar hukum syarak. Saat petang, mengevaluasi aktivitas seharian. Jika ada kekurangan, berpikir cara memperbaikinya. Jika ada pelanggaran hukum syarak, segera bertaubat dan tidak mengulanginya.
Intinya, muhasabah harus ada dalam list aktivitas seorang muslim. Rasulullah saw. memuji orang yang bermuhasabah sebagai orang cerdas. “Orang cerdas adalah orang yang menghitung-hitung dirinya dan beramal untuk setelah kematian. Sebaliknya, orang lemah adalah yang senantiasa memperturutkan hawa nafsu dan berangan-angan kepada Allah.” (HR. Ahmad dan Tirmizi).
Berbagai Gangguan
Dalam bukunya Mind in The Making, Ellen Galinsky menegaskan kemampuan kerja PFC berpengaruh pada kesuksesan seseorang. Kemampuan PFC tidak sama dengan tingkat IQ. Ini menegaskan bahwa orang yang bermuhasabah akan lebih baik masa depannya dibandingkan dengan yang tidak melakukan.
Karena itu, bagian PFC harus dijaga agar jangan sampai rusak. Perlu diketahui apa saja yang dapat mencederai PFC, di antaranya:
Pertama, narkoba dan khamar. Zat yang dapat menimbulkan halusinasi serta mengurangi kesadaran, menyebabkan kecanduan. Ketika seseorang sedang dalam pengaruh keduanya, bisa terlihat kebingungan hingga tidak mengenal lingkungan. Daya berpikir dan menimbangnya menurun drastis. Tak heran, banyak kejahatan yang dilakukan oleh orang-orang yang sedang berada dalam pengaruh narkoba atau khamar.
Kedua, pornografi. Inilah narkoba era di era digital yang menimbulkan bencana mengerikan bahkan dampaknya lebih dahsyat dari narkoba itu sendiri. Gambar, video, atau tulisan yang mengumbar aurat dan memancing birahi tidak hanya dapat mengacaukan kehidupan, tetapi juga merusak PFC. Orang yang kecanduan pornografi sulit berkonsentrasi dan fokus.
Ketiga, kerja berlebihan. Saat ini manusia dipaksa menjadi workaholic atau gila kerja. Berangkat sejak subuh, pulang setelah gelap . Waktu nyaris habis demi pekerjaan dan selalu merasa tidak puas. Kesehatan dan kesempatan benar-benar diinvestasikan untuk bekerja sehingga akhirnya terjebak dalam rutinitas yang tidak ada habisnya. Tidak ada kesempatan berkontemplasi diri dalam suasana menyendiri agar bisa tenang merenungkan dirinya sendiri.
Keempat, gaya hidup menyimpang. Sistem sekuler membuka pintu seluas-luasnya bagi perbuatan yang jelas-jelas Allah haramkan seperti zina dan penyuka sesama jenis. Padahal, selain membahayakan kesehatan, bisa merusak PFC. Bayangkan saja, sudah jelas zina dan gaya hidup LGBT berkontribusi signifikan pada angka HIV, memicu berbagai penyakit berbahaya seperti infeksi pada anus atau inkontinensia alvi, yaitu kondisi di mana seseorang tidak lagi dapat mengontrol BAB-nya. Karena itu, sulit dimengerti masih saja ada orang melakukan perbuatan terlarang tersebut dengan suka hati, padahal dapat mengancam nyawanya dan bisa merugikan orang lain.
Kelima, perbuatan dosa. Dalam surah Al-Baqarah ayat 10, Allah menggambarkan perilaku dosa menyebabkan penyakit dalam kalbunya. Secara bahasa, kalbu adalah hati atau akal. Kalbu merupakan pusat kendali semua perbuatan manusia. Orang yang sudah bergelimang dosa, cenderung untuk melakukan lebih banyak lagi dosa.
Syekh Muhammad Muflih Syamsuddin al-Muqdisi menjelaskan mengapa bisa terjadi. Saat seseorang bermaksiat, muncul titik hitam di dalam kalbunya. Jika terus menerus berbuat dosa, jumlah titik hitam makin banyak hingga meliputi seluruh kalbunya. Akibatnya, sulit membedakan antara kebenaran dan kebatilan. Kalbu yang juga bisa diartikan termasuk PFC, sudah dipenuhi racun. Bagian otak yang penting ini menyerupai jelaga panci yang sudah menghitam dan sulit ditembus oleh cahaya Al-Qur’an.
Urgensi Muhasabah
Di tengah berbagai kerusakan hari ini, muhasabah menjadi aktivitas urgen yang harus segera dilakukan. Namun, tidak hanya oleh individu. Faktanya banyak hal-hal yang menjadi distraksi bagi otak sebagai akibat penerapan sistem sekuler kapitalis. Sistem yang telah menyibukkan manusia pada kepuasan duniawi semata. Ibnu Qoyyim mengatakan kematian lebih baik bagi orang semacam ini. Hidupnya sia-sia karena umurnya meski panjang hanya untuk melipatgandakan dosa.
Hilangnya budaya muhasabah karena manusia sudah pada level tidak peduli apakah dirinya lebih baik atau lebih buruk dari hari sebelumnya. Godaan dunia yang mengalir begitu deras, hadir setiap detik dalam sistem sekuler kapitalis, telah mengalihkan fokus manusia dari tujuan awal penciptaan yaitu untuk beribadah. Di sinilah peran penting penguasa, memiliki posisi dominan dan kekuatan untuk mengubah kondisi menjadi sistem Islam agar menjadi ideal untuk siapa pun bisa bermuhasabah.
Ketika penguasa lalai terhadap tanggung jawabnya, rakyat wajib melakukan muhasabah. Penyeruannya akan efektif jika dilakukan sebuah kelompok dakwah sebagaimana yang Allah perintahkan. “Hendaklah ada di antara kalian sekelompok orang yang menyerukan al khayr (Islam) serta melakukan amar makruf nahi mungkar." (QS. Ali-Imran: 104).
Khatimah
Muhasabah dalam pandangan Islam merupakan perkara penting. Dengan sering bermuhasabah, seseorang akan segera menyadari kesalahannya. Hanya sistem Islam yang memberi ruang dan mendorong seseorang untuk bermuhasabah. Karenanya, mengakhiri sistem sekuler kapitalis dan menerapkan sistem Islam menjadi hal yang harus disegerakan dan diperjuangkan kaum muslimin.
Wallahu a'lam bishawaab. []
Kalo hari ini yang marak muhasabah akhir tahun. He he
Padahal muhasabah sepanjang waktu ya, mba
Ya, sekarang hilang muhasabah manusia karena lbh fokus pada mengejar dunia sehingga tidak peduli apakah dirinya lebih baik atau lebih huruk
Akhirnya, kemungkaran dianggap biasa. Malah melakukan perkara wajib dipandang berlebihan atau ekstrim.
Betul sekali, setiap diri harus bermuhasabah karena penting untuk menjadikan perbuatan baik di waktu yang akan datang agar semakin lebih baik dari sebelumnya. Barakallah penulis.
Wa fiik barokallohu. Syukron sudah berkenan membaca tulisan saya.