Kebahagiaan itu sangat mudah diraih. Tak harus kaya, tak harus menjadi orang berkedudukan, populer, maupun orang top. Setiap orang bisa dan boleh bahagia.
Oleh. Aya Ummu Najwa
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Jika ditanya adakah satu hal yang menjadi persamaan setiap orang di dunia ini? Maka jawabnya ada. Yaitu setiap manusia ingin bahagia. Siapa pun dia, dan apa pun kedudukannya, pasti menginginkan kebahagiaan dalam hidupnya. Kebahagiaan, merupakan topik bahasan penting bagi setiap orang, dalam setiap situasi dan kondisi.
Cara Manusia Menggapai Kebahagiaan
Sebagian manusia memandang kunci bahagia ada pada harta dan kemewahan, sehingga ia pun menghabiskan waktu dan umurnya untuk mengumpulkan harta. Menurutnya, orang yang kaya pasti bahagia, karena dengan kekayaannya ia dapat melakukan apa saja. Dengan begitu, segala cara ia tempuh untuk menggapai kekayaan dunia, dan berharap kebahagiaan akan menghampirinya. Ia pun tak segan menabrak semua norma, bahkan mengorbankan saudara agar bisa kaya. Semua itu, demi menggapai cita-citanya, yaitu bahagia.
Akan tetapi, pada kenyataannya tak semua orang kaya bisa bahagia. Banyak kita temui, orang yang bergelimang harta hidupnya gersang dan cemas. Banyak orang kaya yang depresi, hingga tak jarang yang melakukan bunuh diri. Dari sini, kita dapati bahwa kekayaan tak berbanding lurus dengan kebahagiaan. Jika memang kekayaan menjamin kebahagiaan, maka seharusnya semakin kaya seseorang semakin ia bahagia, namun faktanya tidaklah demikian.
Sebagian manusia yang lain, memandang bahwa kebahagiaan dapat dicapai melalui jabatan dan kekuasaan. Benarkah setiap pejabat tinggi bahagia? Jawabannya, tidak. Pada kenyataannya tidaklah demikian. Banyak pejabat tinggi, baik presiden, panglima, gubernur, dan lainnya yang selalu resah dan gelisah. Mungkin, kita melihat mereka tersenyum dan tertawa. Namun, di balik senyuman itu ia memikul beban yang sangat berat.
Bisa jadi, mereka menganggap dengan mempunyai kekuasaan, ia dapat dengan leluasa memerintah orang lain, sehingga ia merasa senang dan bahagia karena orang lain mematuhinya. Padahal tak selalu demikian. Bisa jadi orang yang ia perintah lebih bahagia dari padanya. Tak selalu majikan lebih bahagia dari pelayan. Bisa jadi bawahan lebih bahagia dan menikmati hidup ini daripada atasan.
Di sisi lain, ada sebagian orang memandang kebahagiaan didapat melalui popularitas atau ketenaran. Ia memandang seolah-olah jika semua mata tertuju padanya dan mengaguminya, ia akan bahagia. Dengan demikian, ia menempuh semua jalan agar bisa tenar. Lihatlah hari ini, demi bisa viral orang tak lagi merasa malu melakukan hal-hal di luar kewajaran. Norma agama disingkirkan, tatanan kehidupan dilanggar, hal-hal tabu dijadikan konten, bahkan menjual akidah pun dilakukan.
Mereka menganggap jika ketenaran sudah diraih, ia pun akan meraih bahagia. Akan tetapi, kenyataan tak selalu sesuai dengan harapan bukan? Banyak kita jumpai, orang-orang terkenal bunuh diri ketika berada di puncak kejayaannya. Banyak yang menjadi gila karena ketenarannya tersebut, obsesinya telah membunuhnya. Bahkan tak jarang mereka mengonsumsi pil tidur secara rutin, demi bisa memejamkan mata sejenak. Banyak yang harus mengatur jadwalnya dengan psikiater demi mendapatkan titik terang dari kegelisahannya. Jadi tak selalu populer itu membawa kebahagiaan.
Bahagia Itu Sederhana
Kebahagiaan itu sangat mudah diraih. Tak harus kaya, tak harus menjadi orang berkedudukan, populer, maupun orang top. Setiap orang bisa dan boleh bahagia. Orang miskin bisa bahagia sebagaimana orang kaya bahagia. Orang biasa boleh bahagia layaknya orang terkenal bahagia. Bahkan rakyat jelata bisa bahagia seperti bahagianya para pemangku jabatan. Caranya sangat sederhana, cukuplah beriman kepada Allah Swt. Allah telah berfirman dalam surah Ali-Imran ayat 139, "Janganlah kamu lemah dan janganlah pula kamu bersedih hati, sesungguhnya kamulah orang-orang yang paling tinggi derajatnya di sisi Allah jika kamu beriman."
Orang yang beriman mempunyai kedudukan yang tinggi di sisi Allah. Siapa saja yang beriman dengan keimanan yang lurus, dan menjalankan syariat Islam dengan benar, maka ia akan menggapai kebahagiaan. Ia tak akan mudah mundur karena ancaman musuh, tak akan mudah patah hanya karena fitnah. Hatinya kuat, karena ia mempunyai iman. Kebahagiaan itu ada dalam hati, ketika ia beriman kepada Allah, Allah akan melapangkan dadanya dalam ketaatan.
https://narasipost.com/motivasi/07/2022/tujuh-jalan-mencapai-kebahagiaan/
Ada beberapa sebab kebahagiaan itu datang dalam dada orang yang beriman,
Pertama, tatkala ia mengikhlaskan ibadahnya kepada Allah semata. Ketika ia memurnikan keimanannya hanya kepada Allah. Tatkala ia menggantungkan seluruh urusannya, jiwa raganya, juga kehidupannya hanya kepada Allah. Ia meyakini bahwa Allah yang menggenggam jiwanya, Allah pun yang akan menjamin kebahagiaan yang ia inginkan dalam kehidupannya. Apabila hal ini sudah dilakukan, maka ia akan menjelma menjadi orang paling bahagia di muka bumi. Dengan demikian keimanan berbanding lurus dengan kebahagiaan.
Kedua, menciptakan surga di rumah. Setiap orang pasti menginginkan sebuah tempat untuk kembali dari segala aktivitas yang dilakukan di luar, maka rumah adalah tempatnya. Untuk itu jadikanlah rumah kita sebagai tempat yang paling nyaman untuk kembali. Sebagaimana disebutkan oleh Rasulullah dalam sebuah hadis bahwa salah satu syarat kebahagiaan adalah rumah yang lapang.
Ketiga, membiasakan zikir kepada Allah. Sebagaimana Allah berfirman dalam surah Ar-Ra'du ayat 28, "Adalah mereka orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hati akan menjadi tenteram hanya dengan mengingat Allah."
Keempat, kanaah atau senantiasa merasa cukup dengan rezeki yang Allah anugerahkan. Dengan kanaah hati akan menjadi lebih tenang dalam menghadapi rayuan duniawi. Bagaimana caranya agar bisa kanaah? Senantiasalah melihat kepada orang yang keadaannya di bawah kita dalam urusan harta dan dunia, dan janganlah melihat kepada orang yang di atas kita. Dengan demikian, kita tidak akan mudah meremehkan nikmat Allah.
Kelima, perbanyak istigfar, karena sesungguhnya tidaklah kesengsaraan, kegelisahan, keresahan, dan segala kesempitan hidup yang kita alami melainkan bersumber dari maksiat yang kita lakukan. Semakin banyak maksiat semakin menjauhkan manusia dari Allah. Semakin jauh dari Allah, maka semakin sempit hidup dirasa.
Keenam, mudah memaafkan. Ketika hati mudah memaafkan orang lain, maka semakin ringan dan tenang hati kita. Terkadang kesusahan dan keresahan yang kita alami, sedikit banyak karena hati kita menyimpan dendam dan sakit hati yang dalam terhadap orang lain. Mudah tersinggung, dan tak berbesar hati, menjadikan segala sesuatu salah di hati. Berilah uzur pada saudaramu. Dengan memaafkan orang lain, Allah akan mengampuni dosa-dosa kita. Untuk itu maafkanlah, pasti hidupmu akan bahagia.
Ketujuh, bantulah orang lain. Mudahkan urusan orang lain. Dengan demikian Allah akan memudahkan urusanmu. Dengan membantu orang lain, itu akan membuat mereka bahagia. Untuk itu, bagikanlah kebahagiaanmu dengan orang lain. Sebagaimana ilmu yang semakin dibagi akan semakin bertambah, begitu pula kebahagiaan akan semakin bertambah jika sering dibagi bersama orang lain. Menggapai bahagia itu mudah, bukan?
Wallahu a'lam bishshawab.[]
Bahagia itu bukan takdir tapi sesuatu yang bisa kita buat
Betul, setiap orang bisa dan berhak untuk bahagia. Dari semua versi kebahagiaan yang diciptakan manusia, maka bahagia sesungguhnya adalah beriman kepada Allah.
Benar, semua orang bisa bahagia dengan caranya sendiri. Barakallah
Ditambah dakwah, beramar makruf nahi mungkar. Saat dakwah dan melihat hasilnya tumbuhnya pemahaman umat adalah bahagia yang tidak terlukis dalam kata-kata. Alhamdulillah, mengingatkan kembali agar selalu bahagia. Apapun keadaannya.