Saat Pasangan Menjadi Penghalang Ketaatan

“Sesungguhnya pahala besar karena balasan untuk ujian yang berat. Sungguh, jika Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan menimpakan ujian untuk mereka. Barangsiapa yang rida, maka ia yang akan meraih rida Allah. Barangsiapa siapa yang tidak suka, maka Allah pun akan murka.” (HR. Ibnu Majah no. 4031)


Oleh: Ana Nazahah

NarasiPost.Com-Dalam hidup, tak semua yang kita inginkan bisa terwujud. Kadang sebaliknya justru Allah menguji kita dengan memberikan sesuatu yang tidak sesuai pinta. Hal itu bukan tidak mungkin terjadi. Karenanya kita dituntut ikhlas, menjalani kehidupan dengan usaha terbaik dan maksimal.

Sebagai contoh, sebelum menikah kita sangat berharap memiliki pasangan saleh atau salehah menjadi pendamping kita. Mendukung hijrah untuk berislam kaffah. Menjadi imam yang baik bagi istri dan anak-anaknya. Namun siapa sangka, pasangan yang Allah beri justru jauh dari harapan. Jangankan mendukung kita hijrah, salat saja sering malas-malasan.

Apakah ini terjadi di sekitar kita? Banyak sekali faktanya. Suami yang menghalangi hijrah istri. Atau istri yang menghambat ketaatan suami. Nyata adanya. Banyak ditemui di sekeliling kita.

Ada suami yang menghalangi istri menutup aurat secara sempurna. Ada juga istri yang menghalangi suami datang ke mejelis ilmu. Tidak sedikit pasangan hidup yang menganggap kegiatan menuntut ilmu pasangannya adalah sia-sia. Buang-buang waktu saja.

Bisa kita bayangkan bagaimana stresnya hidup dengan pasangan begini. Mungkin ujian ini, tadinya, tak pernah dibayangkan. Di saat pasangan hidup adalah sosok yang akan menemani kita sepanjang usia. Malah menjadi penghalang kita untuk menaati Allah dan Rasul-Nya.

Lantas apa yang harus kita lakukan? Apakah kita menyerah? Membiarkan rasa penyesalan atau kesedihan berlarut dan mematahkan semangat kita dalam mengarungi kehidupan penuh ketakwaan.

Sadarlah wahai saudaraku! Ini semua ujian. Allah memberikan ujian dari hal yang tidak kita sangka. Karenanya kita butuh pemikiran yang jernih dalam mengahadapi ini semua. Dengan keyakinan bahwa Allah tidak menguji hamba-Nya melebihi kesanggupannya.

Ada empat hal yang wajib kita tanamkan dalam diri. Pertama, kita wajib paham bahwa ujian adalah tanda cinta Allah kepada insan beriman. Semakin Allah cinta pada seseorang, maka ujian yang diberikan padanya bisa semakin berat.

إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلاَءِ وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ فَمَنْ رَضِىَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ

“Sesungguhnya pahala besar karena balasan untuk ujian yang berat. Sungguh, jika Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan menimpakan ujian untuk mereka. Barangsiapa yang rida, maka ia yang akan meraih rida Allah. Barangsiapa siapa yang tidak suka, maka Allah pun akan murka.” (HR. Ibnu Majah no. 4031)

Kedua, Allah menguji insan beriman disebabkan karena Allah ingin menyegerakan azab dari dosa-dosa yang dilakukan di dunia. Mungkin dia semasa dulu pernah bermaksiat. Karena dia sudah bertobat, Allah memberinya ujian untuk menghapus dosa. Karena jika Allah menunda balasan dosa di akhirat. Itu akan lebih berat dari ujian di dunia.

Dari Anas bin Malik, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدِهِ الْخَيْرَ عَجَّلَ لَهُ الْعُقُوبَةَ فِى الدُّنْيَا وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدِهِ الشَّرَّ أَمْسَكَ عَنْهُ بِذَنْبِهِ حَتَّى يُوَفَّى بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Jika Allah menginginkan kebaikan pada hamba, Dia akan segerakan hukumannya di dunia. Jika Allah menghendaki kejelekan padanya, Dia akan mengakhirkan balasan atas dosa yang ia perbuat hingga akan ditunaikan pada hari kiamat kelak.” (HR. Tirmidzi no. 2396).

Ketiga, ujian adalah bukti iman. Karena Allah tidak akan menerima begitu saja seseorang mengaku beriman kepada-Nya tanpa diuji dengan sedikit ketakutan dan kekhawatiran.

أَحَسِبَ ٱلنَّاسُ أَن يُتْرَكُوٓا۟ أَن يَقُولُوٓا۟ ءَامَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ. وَلَقَدْ فَتَنَّا ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ ۖ فَلَيَعْلَمَنَّ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ صَدَقُوا۟ وَلَيَعْلَمَنَّ ٱلْكَٰذِبِينَ

"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, “Kami beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta.” ( Al Ankabut : 2-3).

Dan terakhir, ketahuilah wahai saudaraku. Allah tidak menguji hamba di luar kesanggupannya. Setiap ujian yang datang dalam hidup kita, itu semua sesuai dengan kesanggupan kita. Allah menguji kita bukan tanpa alasan dan hendak menganiaya. Karena di setiap kesulitan hidup yang kita hadapi, Allah menyertakan kemudahan di sana.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman,

فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا

"Karena sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan" (QS. al-Insyarah : 5)

Kebanyakan ujian dari pasangan itu terjadi karena pasangan belum paham hakikat iman dan Islam. Kebanyakannya penolakan terjadi karena kita berhijrah belakangan. Karena itu, pemahaman Islam yang kita punya itu hendaknya dibagi kepada suami dengan cara makruf dan ahsan (baik). Agar dia pun paham, sehingga berhijrahnya bisa berbarengan.

Insya Allah, apabila kita bisa memahami Islam, maka pasangan pun tidak menutup kemungkinan untuk paham Islam, jika kita mau bersabar dan mendakwahkannya pelan-pelan. Jika batu saja bisa hancur terkena air hujan, apa lagi hati manusia yang padanya ada fitrah untuk tunduk pada hukum Allah.

Jangan menyerah! Bersabar dan terus istikamah. Senantiasa memohon pertolongan Allah, dalam keadaan sempit atau lapang. Berdoalah sebagaimana doa yang Allah perintahkan di surat Al-Baqarah ayat ke 286,

رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَآ اِنْ نَّسِيْنَآ اَوْ اَخْطَأْنَا ۚ
رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَآ اِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهٗ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا ۚ
رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهٖۚ
وَاعْفُ عَنَّاۗ
" ….Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan.

Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami.

Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya…."

Wallahua'lam.[]


Photo : Google

Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Previous
Tetap Takwa
Next
Doamu Menundukkan Kejahilanku
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram