“Wahai orang-orang yang beriman bersabarlah dan kuatkanlah kesabaranmu dan bersiap siagalah serta bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.” (QS. Ali Imran [3]: 200).
Oleh: Ana Nazahah
(Kontributor Tetap NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Iman dan kesabaran adalah dua hal yang paling penting untuk dimiliki oleh setiap pribadi Muslim. Siapapun yang mengaku dirinya beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, pasti ia memiliki sifat sabar. Tanpa kesabaran, mustahil baginya mencapai derajat takwa.
Karenanya adalah sebuah kepalsuan jika ada seseorang yang mengaku beriman kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala, namun ia tidak sabar dalam menjalani hidupnya. Mengeluh, menyalahkan Allah, dan bersikap putus asa atas ujian yang menimpa, itu bukan ciri Muslim yang beriman serta bertakwa.
Karenanya Allah Subhanahu Wa Ta'ala tidak pernah mengizinkan kita mengucapkan kata-kata kita sudah beriman, sementara kesabaran kita dalam menaati perintah-Nya sering kita abaikan. Sebagaimana Firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala,
أَحَسِبَ ٱلنَّاسُ أَن يُتْرَكُوٓا۟ أَن يَقُولُوٓا۟ ءَامَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ. وَلَقَدْ فَتَنَّا ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ ۖ فَلَيَعْلَمَنَّ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ صَدَقُوا۟ وَلَيَعْلَمَنَّ ٱلْكَٰذِبِينَ
"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, “Kami beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta.” ( Al Ankabut : 2-3).
Kenyataannya, kebanyakan kita hari ini telah berdusta mengucapkan sesuatu yang tidak kita lakukan. Baru mendengar sedikit cacian saja, kita sudah mundur dari jalan takwa. Menanggalkan hijab, meninggalkan shalat, dan mengabaikan dakwah nasihat menasihati sesama. Seluruh kewajiban itu kita tinggalkan karena alasan sepele. Karena alasan belum siap, atau takut dibilang sok alim. Hanya sekadar itu ujian yang kita diterima, telah mematahkan semangat beriman dan bertakwa.
Lantas, layakkah kita menyebut diri sebagai pribadi yang beriman? Apakah keimanan cukup sekadar pengakuan? Bagaimana jika keimanan itu hanya ucapan kita saja, sementara Allah justru menganggapnya sebagai perkataan dusta. Karena keimanan kita tak lebih di ujung tenggorokan. Setelah lepas tak ada wujudnya. Kenyataannya, banyak sekali perintah Allah kita langgar karena alasan berat menurut perkiraan kita.
Wahai saudaraku! Ketahuilah bahwa iman dan kesabaran bagaikan saudara kembar. Dia tak bisa terpisahkan. Ia lahir dari kesadaran yang sama, yakni kesadaran bahwa kita hidup di dunia sebagai hamba, yang senantiasa wajib tunduk serta patuh kepada Sang Pencipta. Allah Azza Wa Jalla.
Pribadi-pribadi yang beriman, adalah dia yang senantiasa menyadari sepenuhnya, bahwa setiap perbuatannya haruslah sesuai tuntunan syariat Islam. Ia akan mendapatkan pahala jika hidupnya sejalan dengan perintah Allah. Sebaliknya akan mendapat balasan dosa jika hidup melanggar syariat Islam.
Semua itu dilakukannnya atas dorongan iman. Keyakinan yang disertai bukti pasti, bahwa setiap apa yang Allah perintahkan kepadanya adalah kebaikan, sedangkan melanggarnya akan berakibat pada keburukan dan kerusakan umat manusia secara keseluruhan.
Satu hal saja, syariat Allah yang dilanggar yakni terkait hal zina. Allah telah memerintahkan kita untuk menjauhinya, semata demi kemaslahatan kita. Lihatlah saat manusia melanggarnya, apa yang terjadi? Pergaulan bebas, kerusakan moral, kerusakan nasab, bahkan pembunuhan bayi (aborsi) pun terjadi.
Ini masih satu persoalan, belum perintah lainnya seperti mengenakan hijab, larangan mencuri, larangan riba, dan larangan berhubungan seks sesama jenis, dampak saat melanggarnya tentu lebih besar lagi.
Itulah kenapa Islam adalah maslahat bagi kita semua. Menaati perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya wajib dilakukan oleh kita semua. Tentu saja dijalani dengan penuh keimanan serta kesabaran yang menghujam dalam dada. Terlebih di sistem yang memaksa Islam jauh dari kehidupan (sekulerime). Kesabaran kita dalam menaati perintah Allah dan Rasul-Nya wajib kita dituntut lebih ekstra. Sebagaimana Firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala,
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱصْبِرُوا۟ وَصَابِرُوا۟ وَرَابِطُوا۟ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman bersabarlah dan kuatkanlah kesabaranmu dan bersiap siagalah serta bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.” (QS. Ali Imran [3]: 200).
Begitulah pribadi beruntung yang Allah janjikan kebaikan dunia dan akhirat-Nya. Pribadi yang mampu menyelaraskan iman dan sabar dalam menjalani hidupnya. Berpikir positif dan hidup bersahaja memenuhi fitrahnya sebagai hamba. Sembari percaya, bahwa Allah tidak membebani hambanya melebihi kesanggupannya.
Wallahua'lam.[]
photo : Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]