Di sinilah peran penting para penghafal Al-Qur'an, yaitu membumikannya untuk menyongsong kebangkitan peradaban Islam.
Oleh. Novianti
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Saat ini, program hafalan Al-Qur’an bertebaran di mana-mana. Hadis bahwa seorang anak hafiz bisa memberikan mahkota bagi orang tuanya di surga meningkatkan animo masyarakat menyekolahkan anaknya di lembaga penghafal Al-Qur’an. Namun, kita harus bermuhasabah, apakah semakin banyaknya penghafal Al-Qur’an mampu mewarnai kehidupan umat hari ini?
Penghafal tetapi Maksiat
Praktik kemungkaran sudah sering menghiasi berita-berita di tanah air. Namun, jika pelakunya penghafal Al-Qur’an, tentu kita sangat miris dengan kejadian tersebut. Di akhir 2023, ada pasangan muda kepergok berbuat mesum di dalam masjid. Mereka mahasiswa, laki-lakinya penghafal Al-Qur’an 30 juz sekaligus imam di masjid tersebut, sedang perempuannya berkerudung. Publik juga pernah dikejutkan oleh pengakuan seorang gay padahal ia adalah hafiz.
Fakta ini sama sekali bukan untuk menyudutkan para penghafal Al-Qur’an karena masih ada para hafiz dan hafizah mengamalkan ajaran Islam, menghiasi diri dengan akhlak, dan mendakwahkannya. Tetapi, kita harus menyadari bahwa menjadi hafiz-hafizah tanpa disertai pemahaman dapat menjadi fitnah bagi dirinya dan Islam.
Sekelas sahabat seperti Abdullah bin Mas’ud dan Ustman bin Affan ketika sudah menghafal sepuluh ayat, tidak menambah sebelum mendalami dan mengamalkannya. Umar bin Khattab perlu bertahun-tahun menghafal surah Al-Baqarah. Dalam pandangan Anas bin Malik, orang yang sudah menghafal surah Al-Baqarah dan Ali Imran disertai dengan memahaminya, sudah hebat. Jadi, yang penting bukan seberapa banyak ayat yang dihafal, tetapi sudahkah ayat tersebut diamalkan.
Hak Al-Qur’an
Ibnu Qayyim al-Jauziyyah menyampaikan Al-Qur’an diturunkan untuk dibaca dengan penuh perenungan agar dimengerti, diyakini, dan dilaksanakan semua perintah dan larangan-Nya. Manusia memperoleh manfaat dan menghantarkannya menuju Allah Swt.
Al-Qur’an itu lebih dari sekadar bacaan. Jika merasuk ke hati dapat mengubah manusia seperti halnya pada generasi sahabat. Awalnya adalah kaum jahiliah, setelah tercelup Al-Qur'an, menjadi generasi gemilang memimpin dunia mengalahkan hegemoni Romawi dan Persia yang sudah ratusan tahun berkuasa.
Rahasianya adalah para sahabat benar-benar memenuhi hak Al-Qur’an sehingga ayat-ayat Allah mengalir dalam setiap denyut perasaan, menggetarkan kalbu, keimanan nampak nyata dalam perilaku dalam bentuk ketundukkan dan ketaatan menjalankan syariat Islam secara kaffah. Mereka mengambil hikmah, motivasi, inspirasi dari kalam Allah, sekaligus sebagai solusi bagi seluruh persoalan kehidupan.
Para sahabat terhubung dengan Allah, tidak hanya saat salat, tetapi ketika bekerja, berkeluarga, berbisnis, hingga mengurus negara. Agama tidak disekat dalam ruang terbatas, melainkan hidup dalam ruang yang sangat luas.
Abdullah Ibn Umar berkata bahwa orang yang membaca Al-Qur’an dari awal hingga akhir, tetapi tidak memahami perintah dan larangannya, serta bagaimana harus menyikapinya, bagaikan sedang menabur kurma busuk. Karena itu, para sahabat tidak mencukupkan membaca dan menghafal, tetapi menekuni, mendakwahkan, dan memperjuangkan agar Islam menjadi cahaya bagi seluruh manusia.
Sistem Kehidupan
Sekarang umat lebih disibukkan menghafal Al-Qur’an namun mengabaikan substansi penting bahwa ada hukum-hukum termaktub di dalamnya untuk mengatur manusia. Ada yang bisa dilakukan secara individu, tetapi ada yang menuntut keberadaan penguasa seperti hukum berkaitan dengan pengumpulan zakat, pengelolaan SDA, dan berbagai sanksi atas perbuatan dosa seperti zina dan mencuri.
Ali bin Abi Thalib mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda ,”Kelak akan terjadi banyak ujian.” Ali bertanya,”Langkah apa yang harus dilakukan agar keluar dari ujian tersebut?” Beliau menjawab,”Kitab Allah. Di dalamnya terdapat berita tentang orang-orang sebelummu, kabar orang sesudahmu, hukum apa yang terjadi di antara kalian.”
Al-Qur’an telah menyajikan semua yang dibutuhkan manusia di dunia dengan sempurna dan menyeluruh untuk melahirkan ketentraman dan keadilan. Tidak ada yang lebih agung dari Al-Qur’an, tidak ada yang dapat menandinginya termasuk dalam hukum-hukumnya.
Al-Qur’an menjabarkan bahwa Islam adalah sebuah ideologi yang berdiri di atasnya sistem politik, ekonomi, pendidikan, pergaulan, kesehatan, dan sanksi. Sayangnya, sistem tersebut ditinggalkan umat Islam saat ini dan memilih menerapkan sistem sekuler. Padahal, Islam ideologi inilah modal paling berharga untuk mengembalikan posisi umat sebagai golongan terbaik di muka bumi. Disegani negara-negara kafir dan musyrik. Menjadi mercusuar dan memimpin dunia sebagaimana yang pernah terjadi hampir 13 abad lamanya.
Penghafal Al-Qur’an Plus
Ketika membaca Al-Qur’an, Rasulullah melakukan secara perlahan, memberi ruang hati untuk berdialog dan menemukan kedalaman maknanya. Ummu Salamah menggambarkan saat Rasulullah membaca kitab Allah seolah menafsirkan satu huruf demi satu huruf.
Untuk itu, para orang tua jangan mencukupkan memiliki anak hafiz atau hafizah, tetapi harus ada plusnya. Yaitu memahami, mengamalkan, mendakwahkan, dan memperjuangkan agar Al-Qur'an diterapkan secara kaffah.
Kalam Allah harus memengaruhi pemikiran dan perasaan yang bisa membuat seorang muslim berlinang air mata. Runtuh kesombongan dan kekerasan dalam hati hingga lahir ketundukan, rela diatur oleh seluruh hukum Allah. Tidak ada yang ditakutinya selain Allah.
Dalam surah At-Thalaq ayat 1, Allah menjelaskan Rasulullah diutus untuk menerangkan bermacam-macam hukum. Saat Aisyah menggambarkan bahwa akhlak Rasulullah adalah Al-Qur’an, sama artinya semua perilaku beliau adalah pelaksanaan syariat Islam.
Untuk memiliki anak penghafal Al-Qur'an plus bisa dengan cara:
Pertama, jadilah contoh sebagai orang tua yang selalu menjaga interaksi dengan Al-Qur’an. Membaca kalam Allah setiap hari, sesibuk apa pun. Ajak anak untuk membaca Al-Qur’an bersama-sama dan motivasi dengan berbagai cara agar mereka selalu rindu sehingga menyibukkan diri dengan sumber cahaya kehidupan tersebut dengan mempelajari Islam kaffah.
Kedua, pahami setiap ayat yang dibaca agar memberi pengaruh dalam perilaku. Anak melihat implementasi ayat-ayat Allah dalam keluarga. Selipkan ayat dalam komunikasi sehari-hari dengan anak. Sebagaimana Rasulullah perintahkan, sampaikan meski hanya satu ayat. Jangan berambisi untuk segera memiliki banyak hafalan, tetapi minim dalam pengamalan. Luruskan niat menghafal semata karena Allah.
Ketiga, ketika anak menghadapi persoalan, ajak untuk menggali pembahasan atau solusinya dari kalamullah. Dengan demikian, anak makin paham Islam adalah agama kamil dan syamil, selalu bisa memberikan jawaban bagi persoalan sepanjang zaman.
Keempat, ajak anak untuk mulai mendakwahkan Islam kaffah. Apalagi dalam kehidupan sistem sekuler kapitalis saat ini dimana kedudukan agama dipinggirkan. Hukum Allah makin asing di telinga umat Islam. Opini Islam ideologi harus dideraskan di tengah umat agar makin banyak yang rindu diterapkannya Islam kaffah.
Khatimah
Umat Islam saat ini harus kembali pada Al-Qur’an agar menemukan kembali jati dirinya sebagai pemimpin dunia, melahirkan peradaban qur'ani. Jika sudah tercelup oleh ayat-ayat Allah, umat mampu melakukan lompatan yang jauh ke depan hingga sistem Islamlah yang menaungi seluruh umat Islam. Di sinilah peran penting para penghafal Al-Qur'an, yaitu membumikannya untuk menyongsong kebangkitan peradaban Islam.
Wallahu a'lam bishawaab. []
Miris memang saat ini, banyak penghafal Al-Qur'an tapi hanya sebatas menghafal, belum mengamalkan.
Syukran motivasinya sangat bermanfaat
Afwan. Menjadi pengingat juga bagi penulis.
Sungguh... Kehidupan erat dengan Al-Qur'an itu sangat indah...
Betul. Seharusnya kembali pada Al-Qur'an adalah solusi yang tidak bisa ditunda.
Setuju..menghafalkan Al-Quran saja tidak cukup. Harus dipahami dan diamalkan isinya. Barakallah untuk penulis.
wa fiik barokallohu, Banyak orang tua yang mengejar target hafalan, padahal beratnya tanggung jawab penghafal Al-Qur'an di yaumil akhir. Untuk apa hafalan tersebut jika tidak digunakan bagi membela agama Allah.
Masya Allah, motivasi yang luar biasa.
Baarakallaah mbak ♥️
wa fiiik barokallohu. sampai setua ini, saya juga berusaha menghafal Al-Qur'an, Alhamdulillah dengan mengenal Islam kaffah jadi paham bagaimana menjadikan hafalan itu sebagai modal untuk dakwah.
Wa fiik barokallohu.