Karena Menjadi Saleh Saja Tidak Cukup

Menjadi Saleh tidak cukup

Orang muslih, yakni orang saleh yang menolong agama Allah, mereka yakin bahwa menolong agama Allah adalah jalan pintas menuju surga-Nya.

Oleh. Wiwit Irma Dewi, S.Sos.I.
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Ramadan telah tiba, umat Islam sedunia menyambutnya dengan penuh gembira. Ramadan sudah barang tentu dijadikan momentum untuk meningkatkan kesalehan pada setiap insan agar makin bertambah ketaatannya. Tak bisa dimungkiri, Ramadan mengondisikan seseorang lebih ringan dalam beramal saleh. Tentu saja ini semua dilakukan semata-mata demi mengharapkan pahala dan keridaan Allah Ta'ala.

Setiap muslim pasti mendambakan menjadi pribadi yang saleh, dengan begitu ia bisa mendapatkan keutamaan-keutamaan yang Allah dan Rasul-Nya janjikan. Kata saleh sendiri berasal dari kata shaluha-yashluhu–shalahan yang bermakna baik, patut, dan tidak rusak. Saleh juga merupakan isim fa'il yang berarti orang yang baik, orang yang patut, dan orang yang tidak rusak.

Begitu banyak dalil yang menyebutkan keutamaan orang saleh, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

وَمَنْ يُّطِعِ اللّٰهَ وَا لرَّسُوْلَ فَاُ ولٰٓئِكَ مَعَ الَّذِيْنَ اَنْعَمَ اللّٰهُ عَلَيْهِمْ مِّنَ النَّبِيّٖنَ وَا لصِّدِّيْقِيْنَ وَا لشُّهَدَآءِ وَا لصّٰلِحِيْنَ ۚ وَحَسُنَ اُولٰٓئِكَ رَفِيْقًا 

"Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul (Muhammad) maka mereka itu akan bersama-sama dengan orang yang diberikan nikmat oleh Allah, (yaitu) para nabi, para pencinta kebenaran, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya." (QS. An-Nisa' 4: Ayat 69)

Selain itu, ada pula hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim: Di akhirat, mereka disediakan Surga, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Allah berfirman, ‘Aku telah menyiapkan untuk hamba-hamba Ku yang saleh sesuatu yang tidak pernah terlihat oleh mata, tidak pernah terdengar oleh telinga, dan tidak pernah terlintas dalam hati seorang manusia…"

Terdapat dua pengertian terkait kata saleh dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yaitu: pertama, taat dan sungguh-sungguh menjalankan ibadah; kedua,  suci dan beriman.

Sementara para ulama memiliki beragam pendapat terkait pengertian saleh. Dalam Tafsir Al-Munir, Syekh Wahbah Az-Zuhayli mengatakan bahwa orang saleh itu bukan berarti orang suci yang tidak memiliki kesalahan, melainkan orang yang baik batinnya dan kebaikannya lebih dominan daripada keburukannya. Imam Ibnu Katsir juga mendefinisikan orang saleh sebagai orang yang baik amal lahir dan amal batinnya.

Bahaya Sekularisme di Tengah Umat

Namun sayangnya, di tengah sekularisme yang kian menyusup ke dalam benak kaum muslim saat ini, kesalehan makin dipersempit maknanya, karena kesalehan dianggap hanya sekadar pada tataran individu semata. Akhirnya, kebanyakan umat Islam saat ini memahami Islam hanya identik pada aktivitas solat, puasa, zakat, pergi haji, dan aktivitas privat lainnya.

Itu semua akibat penerapan sistem kapitalisme sekuler, yang menjauhkan umat dari pemahaman syariat Islam yang utuh. Umat merasa cukup hanya menjadi saleh untuk diri dan keluarganya sendiri, tak peduli kemaksiatan yang terjadi di sekitar mereka. Hal ini tak bisa dilepaskan dari paham kapitalisme liberal menjadikan masyarakat saat ini makin permisif (serba membolehkan atau membiarkan). Ide kebebasan yang dijajakan kafir barat laku keras dan gunakan oleh sebagian besar umat Islam saat ini.

Maka wajar jika sekarang kita menyaksikan umat Islam hidup dalam keterpurukan, kesengsaraan, dan penderitaan akibat hegemoni kafir penjajah dan para anteknya yang terus berupaya menjaga eksistensi sistem kapitalisme sekuler. Umat Islam kini kehilangan kemuliaannya, tersebab tiadanya junnah (perisai) yang mampu melindunginya yaitu Khilafah.

Saleh Saja Tidak Cukup, Harus Ada Generasi Muslih

Untuk mengembalikan kemuliaan Islam, maka diperlukan kesadaran umat untuk berjuang bersama membela agama Allah. Umat perlu disadarkan bahwa menjadi saleh (baik) saja tidak cukup. Umat perlu dipahamkan tentang betapa pentingnya menjadi seorang yang muslih (mampu memberikan kebaikan untuk orang lain). Imam Gazali menuturkan dalam kitab Ihya Ulumuddin, bahwa menjadi manusia yang saleh itu memang penting. Tapi yang lebih penting lagi adalah menjadi manusia yang lebih utuh yakni saleh secara pribadi dan saleh secara sosial (muslih).

Untuk menjadi pribadi yang muslih seseorang dituntut menjadi saleh terlebih dahulu, sehingga ia bisa membawa kebaikan kepada yang lainnya termasuk lingkungan di mana ia berada. Agar umat Islam terbebas dari keterpurukan, kesengsaraan, dan penderitaan maka dibutuhkan perjuangan membela agama Allah. Karena para pembela agama Allah adalah (mereka orang-orang muslih) yang yakin kemenangan itu akan mereka dapatkan dengan izin-Nya.

Dibutuhkan dakwah Islam yang di dalamnya terdapat aktivitas amar makruf nahi mungkar, yang dilakukan oleh para pengemban dakwah (orang muslih) ketika mendapati kemaksiatan atau kezaliman yang kian merajalela di sekitar mereka.

Orang muslih, yakni orang saleh yang menolong agama Allah karena mereka yakin dengan perkara ini (menolong agama Allah) adalah jalan pintas menuju surga-Nya. Ustaz Oemar Mita pernah mengatakan, "Setiap tempat memiliki jalan pintasnya, dan menolong agama Allah adalah jalan pintas menuju surga."

Rasulullah shallallahu alaihi wassalam, bersabda dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Imam Ahmad, "Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain." Hadis tersebut tentu harus menjadi sebuah pengingat bagi para pengemban dakwah untuk terus memotivasi diri agar tidak hanya menjadi individu yang saleh saja, tetapi juga menjadi generasi muslih.

Mengapa harus muslih? Karena saat ini yang dibutuhkan umat adalah generasi muslih, yang tidak hanya hanya mencukupkan kebaikan pada diri sendiri, melainkan juga untuk orang lain. Bukankah itu termasuk karakter pengemban dakwah?

Bukankah Rasulullah dan para sahabatnya juga melakukan hal yang sama, mereka tidak mencukupkan kebaikan pada diri mereka dan keluarganya. Mereka terus mengalirkan dakwah Islam, hingga Islam tersebar ke seluruh penjuru dunia termasuk nusantara.

Oleh karena itu, teruslah berdakwah, lakukan amal makruf nahi mungkar di tengah umat dengan mendakwahkan syariat Islam kaffah. Terlebih di bulan Ramadan yang mulia ini, di mana Allah melipatgandakan segala amal saleh yang kita perbuat. Allahu Akbar!

Wallahu a'lam bishawab. []

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Wiwit Irma Dewi Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Bulan Suci Ramadan dan Spirit Perjuangan Islam
Next
Mendidik Anak Puasa Sejak Dini
5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Firda Umayah
Firda Umayah
7 months ago

Benar sekali. Menjadi saleh saja tidak cukup. Harus juga menjadi muslih. Barakallah untuk penulis.

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram