"Setinggi apapun aku terbang, tidak akan menggapai surga, jika tidak shalat lima waktu."
Oleh: Ana Nazahah (Revowriter Aceh)
NarasiPost.com - "Setinggi apapun aku terbang, tidak akan menggapai surga, jika tidak shalat lima waktu."
Caption di atas, hari ini cukup viral, menghiasai jagad media sosial. Di mana tulisan tersebut ternyata adalah foto profil WhatsApp dari pilot Afwan. Pilot Sriwijaya air SJ 182. Yang mengalami musibah pada Sabtu, 9 Januari 2020, kemarin.
Pilot Afwan sekarang sudah istirahat. Ia telah menerbangkan kapalnya ke sisi-Nya. Yang tinggal hanya kenangan semasa hidupnya. Ia dikenal seperti apa? Itulah yang viral. Selanjutnya adalah Allah yang berhak menghisab amalan manusia.
Jika ditelaah, mulia sekali makna caption di foto profilnya pilot Afwan. Sarat pelajaran yang amat mendalam. Bahwa setinggi apapun jabatan dan pekerjaan kita, gaji kita, takkan berguna sama sekali jika kita bukanlah orang yang bertakwa. Surga, bukanlah milik kita.
Memang kita tidak tau kapan, dan di mana Allah akan menjemput kita. Kita tidak memiliki kewenangan di sana. Namun, kita selalu bisa memilih ingin di jemput dalam kondisi seperti apa. Dalam kondisi taat atau sedang maksiat?
Karena dalam kehidupan kita, kitalah pilotnya. Hanya kita yang bisa menentukan hidup kita ini maunya seperti apa. Hanya kita yang mampu mengendalikan diri kita dari hawa nafsu, godaan kehidupan. Hanya kita yang bisa memaksa diri untuk taat beribadah, melakukan perbaikan diri. Memaksa diri jika sekali-kali tak patuh pada perintah-Nya. Hanya kita yang bisa.
Sebagai pilot bagi kehidupan kita masing-masing. Kita wajib mengetahui bagaimana cara-cara menjalankan mesin kehidupan dan mengetahui titik koordinat rute perjalanan. Dengan memahami cara dinamis kehidupan berjalan, kita akan menghindarinya dari kerusakan. Dengan mempelajari peta kehidupan, kita tidak tersesat arah dan tujuan.
Telah Allah utus Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam sebagai suri tauladan, dan yang menerangkan bagaimana kehidupan dinamis ini mesti berjalan. Allah kirimkan kepada Nabi Muhammad Alquran, sebagai petunjuk yang paripurna, yang barang siapa mengambilnya, takkan pernah tersesat arah dan tujuan.
Sayangnya, banyak sekali pilot-pilot ini masih tersesat. Mereka enggan mengambil rute perjalanan dengan peta yang telah Allah berikan. Lebih memilih rute lain, jalan yang semestinya mengantarkan ia ke jurang kehancuran. Tanpa sadar, ia telah menjadi pilot yang buruk, yang akan mencelakakan dirinya, dan orang lain?
Padahal Allah masih memberikan ia kesempatan. Namun, kesempatan berharga itu malah dihabiskan dengan bermain-main, berjalan di tempat yang sama. Di situ- situ saja. Tanpa ada perubahan ke arah yang baik.
Bagaimana jika suatu hari mesinnya mendadak berhenti. Kapal kehidupan kita tak lagi beroperasi. Apa yang akan kita lakukan? Laa haula wala quwwata Illa billah. Tidak ada yang bisa menolak ajal. Maka, belajar dari mereka yang telah mendahului kita pergi. Kelak kita ingin dikenang seperti apa? Ingin kembali dalam keadaan bagaimana? Semua terserah kita. Karena kita adalah pilot bagi kehidupan kita sendiri.
اِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوۡمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوۡا مَا بِاَنۡفُسِهِمۡؕ
"…Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri…" (ar- Ra'd : 11).
Picture Source by Google