Kanker penis yang merebak saat ini tak serta-merta terjadi karena faktor sakit semata, tetapi ada peran sistem yang melegitimasinya.
Oleh. Sartinah
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com & Penulis Rempaka Literasiku/Bianglala Aksara)
NarasiPost.Com-Kanker penis mungkin masih terasa asing di telinga sebagian orang. Kanker ini memang masih tergolong penyakit langka dan tidak lazim terjadi di sekitar kita. Mendengar kata penis, sudah pasti bahwa penyakit ini terjadi pada laki-laki dan bisa menyerang semua umur. Penyakit ini pun telah mengalami lonjakan di berbagai belahan dunia yang disebabkan oleh berbagai faktor.
Diberitakan oleh bbc.com (8/5/2024), seorang pensiunan asal Brasil bernama Joáo (bukan nama sebenarnya) yang berumur 63 tahun, didiagnosis mengidap kanker penis pada 2023 lalu. Berawal dari kutil yang tumbuh di penisnya, Joáo memutuskan berobat ke dokter pada 2018 silam. Namun, dokter hanya menyebut bahwa itu muncul karena kulit berlebih kemudian hanya memberikan resep.
Sayangnya, semua obat yang diresepkan dokter tidak ampuh dan membuat kutilnya terus tumbuh. Setelah lima tahun mencari tahu dengan menemui dokter spesialis, akhirnya Joáo didiagnosis menderita kanker penis. Lantas, bagaimana sebenarnya kanker penis itu? Apa yang menyebabkan penyakit ini menyerang para pria? Bagaimana pula perintah Islam dalam menjaga kesehatan?
Mengenal Kanker Penis
Kanker penis (penile cancer) merupakan penyakit yang menyerang organ reproduksi laki-laki, yaitu penis. Kemunculan kanker ini biasanya dimulai pada sel kulit penis (skuamosa) terutama di bagian kepala penis atau sekitar area kulup. Penyakit ini bisa menyerang laki-laki dengan segala usia, tetapi lebih banyak terjadi pada mereka yang belum disunat dan berumur lebih dari 55 tahun.
Kanker penis sendiri adalah suatu kondisi medis di mana sel tumbuh secara abnormal pada organ reproduksi penis. Sel kanker dari penyakit yang bisa menyebabkan kematian tersebut dapat tumbuh pada jaringan kulit maupun struktur yang ada di dalam penis. Meski penyakit ini relatif jarang terjadi, tetapi jumlah kasus dan angka kematian karena kanker ini sedang melonjak di berbagai belahan dunia.
Penyebab utama terjadinya kanker ini masih belum diketahui hingga kini. Namun, ada beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko hingga seseorang terserang kanker langka ini. Faktor-faktor tersebut di antaranya, mengidap HIV/AIDS, menderita penyakit menular seksual, seperti Human papilomavirus (HPV), berusia di atas 55 tahun, memiliki kebiasaan merokok, tidak disunat, menjalani perawatan fototerapi, maupun menderita fimosis (suatu kondisi ketika kulup menempel erat dengan kepala penis). (alodokter.com)
Lonjakan Kasus
Menurut studi terkini, Brasil menjadi salah satu negara dengan tingkat kasus kanker penis tertinggi, yakni mencapai 2,1 kasus dari setiap 100.000 laki-laki. Kementerian kesehatan Brasil mencatat pada periode 2012–2022, terdapat 21.000 kasus kanker penis dengan angka kematian sebanyak 4.000 orang. Di Brasil sendiri, tingkat kasus tertinggi di dunia berada di Maranháo yang merupakan negara bagian termiskin di Brasil, yakni dengan 6,1 kasus per 100.000 laki-laki.
Akibat melonjaknya kanker penis, selama satu dekade terakhir langkah amputasi pun banyak dilakukan, yakni lebih dari 6.500 amputasi. Ini artinya, rata-rata amputasi penis dilakukan setiap dua hari sekali, baik keseluruhan penis maupun sebagian. Merujuk pada riset kanker penis terkini, kasus tersebut tidak hanya terjadi di Brasil, tetapi telah menggurita di berbagai belahan dunia. Jurnal JMIR Public Health and Surveillance pada 2022 telah memublikasikan hasil analisisnya dalam skala besar yang melibatkan data dari 43 negara.
Dalam laporan tersebut ditemukan bahwa kasus kanker penis tertinggi pada periode 2008–2012 ditempati oleh Uganda dengan 2,2 kasus per 100.000 laki-laki. Posisi berikutnya ada Brasil dengan 2,1 kasus per 100.000 laki-laki, dan posisi ketiga ada Thailand dengan 0,1 kasus per 100.000 laki-laki. Tim peneliti dari Universitas Sun Yat-Sen, Cina, menyebut bahwa jumlah kasus di sebagian negara-negara Eropa cenderung meningkat.
Di Inggris misalnya, pada periode 1979–2009, kasus kanker penis meningkat dari 1,1 menjadi 1,3 per 100.000 laki-laki. Peningkatan kasus hingga 50 persen bahkan terjadi di Jerman, yakni dari 1,2 menjadi 1,8 per 100.000 laki-laki pada periode 1961–2012. Peningkatan tersebut akan terus terjadi dan diprediksi bahwa kasus kanker tersebut akan meningkat lebih dari 77 persen sampai pada tahun 2050. (bbc.com, 8/5/2024)
Liberalisasi Tata Pergaulan
Melonjaknya kasus kanker penis bukanlah hal aneh di negara-negara Barat, apalagi jika melihat bagaimana kebebasan dalam tata pergaulan yang dianut dan dipraktikkan. Meski hubungan seksual yang tidak aman atau seks bebas bukanlah satu-satunya faktor penyebab, tetapi tak bisa dimungkiri bahwa perilaku tersebut menjadi salah satu faktor pemicu maraknya penyakit kelamin. Di Barat, seseorang bisa berhubungan seks dengan siapa saja yang mereka kehendaki, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Akibatnya, berbagai penyakit menular pun merebak.
Nelangsanya, penyakit kelamin yang dipicu oleh seks bebas tersebut tak hanya terjadi di negara-negara Barat yang mayoritas nonmuslim, tetapi di negeri-negeri muslim pun telah menggurita. Indonesia misalnya, menurut laporan Badan Narkotika Nasional (BNN), selama kurun waktu 2022 saja terdapat 62.856 kasus HIV/AIDS di Indonesia. Dengan rincian, 9.901 kasus AIDS dan 52.955 kasus HIV. Sebagaimana diketahui bahwa terjadinya kasus-kasus tersebut karena didominasi oleh perilaku seks bebas.
Mereguk Kebaikan dengan Islam
Tak ada yang buruk dari Islam. Semua yang disyariatkannya pasti mengandung hikmah dan kebaikan bagi setiap manusia. Sebagaimana diketahui bahwa Allah Swt. tidak hanya menciptakan manusia, tetapi juga menetapkan berbagai aturan untuk menjaga perilaku manusia. Salah satunya adalah mengatur tentang batas-batas kebebasan.
Islam tidak mengenal kebebasan secara mutlak. Artinya, selalu ada batas dan aturan atas semua perbuatan manusia yang tidak boleh dilanggar. Islam pun telah menetapkan bahwa hukum asal perbuatan manusia adalah terikat dengan hukum syarak. Karena itu, setiap muslim wajib tunduk dan taat pada perintah Allah Swt. dan tidak boleh berbuat semaunya.
Islam bukan tak mengizinkan dilakukannya aktivitas seksual, tetapi syariat membatasinya dengan batasan yang jelas. Artinya, seseorang hanya boleh melakukan hubungan seksual dalam ikatan pernikahan. Jika seseorang melampiaskan hasrat seksualnya di luar pernikahan, maka hal itu termasuk dosa besar karena terkategori sebagai zina.
Siapa pun yang berbuat zina, maka syariat Islam mengancamnya dengan memberikan sanksi yang tegas. Jika pelakunya sudah menikah maka ia akan dirajam. Sedangkan jika pelakunya belum menikah, maka ia akan dijilid 100 kali. Pun demikian dengan para pelaku hubungan seksual sesama jenis, yang mana mereka pun akan diberi sanksi tegas dan pastinya akan membuat jera para pelaku. Namun, syariat Islam tidak hanya berbicara tentang sanksi bagi para pelaku kejahatan, tetapi Islam juga menganjurkan kepada kaum muslim untuk menjaga kesehatan agar terhindar dari berbagai penyakit.
Menjaga kesehatan tentu lebih baik daripada mengobati. Salah satunya adalah perintah sunat bagi kaum muslim. Pasalnya, sunat akan menjaga kesehatan penis. Dengan disunat, seseorang akan lebih mudah membersihkan penisnya sehingga kesehatannya lebih terjaga dibandingkan orang yang tidak disunat. Selain itu, orang yang disunat akan terhindar dari peradangan, karena ujung penis menjadi tempat tumbuhnya bakteri dan jamur.
Islam adalah agama pembawa rahmat baik bagi diri sendiri, orang lain, maupun seluruh makhluk. Karena itu, Islam memerintahkan agar manusia menjaga diri dari berbagai hal yang dapat membahayakan dan merusak, baik merusak diri sendiri maupun orang lain. Terkait hal ini, Allah Swt. pun telah menurunkan firman-Nya dalam surah Al-Baqarah ayat 195:
وَأَنفِقُوا۟ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ وَلَا تُلْقُوا۟ بِأَيْدِيكُمْ إِلَى ٱلتَّهْلُكَةِ ۛ وَأَحْسِنُوٓا۟ ۛ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُحْسِنِينَ
Artinya: "Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik."
Khatimah
Kanker penis yang terjadi saat ini tak serta-merta terjadi karena faktor sakit semata, tetapi ada peran sistem yang melegitimasinya. Karena itu, tak cukup jika hanya mengobatinya tanpa menghilangkan akar masalahnya. Akar masalah dari maraknya penyakit kelamin adalah liberalisasi dalam bertingkah laku. Karena itu, dibutuhkan sistem alternatif untuk menjaga manusia dari berbagai penyakit berbahaya yang diakibatkan oleh liberalisasi seksual. Satu-satunya sistem alternatif tersebut adalah Islam. Di bawah naungan Islam, umat akan terjaga dari berbagai kemudaratan dan kerusakan.
Wallahu a'lam bishawab.[]
Ya Allah ngeri ya
Iya mbak, penyakit mengerikan mengancam di setiap sudut bumi ya.
Barakallah Mbak Sartinah. Memang bener yah, zaman dahulu nda banyak penyakit makin ke sini makin banyak penyakit. Yah lagi-lagi memang ulah manusia. Akibat sistem kebebasan membuat penyakit pun makin menggurita
Wa fiik barakallah mbak Komariah. Betul, selama sistemnya masih rusak, perilaku manusia juga banyak yang rusak