Selat Solo, Perpaduan Barat dan Timur yang Klop

“Wahai, sekalian manusia, makanlah dari makanan yang halal dan baik yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan, karena sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah:16)

Oleh. Deena Noor
(Tim Redaksi NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Selat, selat apa yang bisa dimakan? Hmmm… Apa, ya? Selatsih!? Yee, itu sih selasih! Selatdri?! Haha … Bisa aja ngawurnya! Sebentar, sebentar! Memang ada selat yang bisa dimakan?! ‘Kan selat itu gede dan banyak airnya!? Eh, ada dong! Selat yang bisa dimakan itu namanya … selat Solo. Oalah!

Selat Solo merupakan merupakan salah satu kuliner perpaduan antara Barat dan Timur. Mungkin selat Solo kurang familier bagi generasi zaman now yang tahunya ayam geprek, sate taichan, bakso beranak, mi goreng mozarella, burger, corn dog, kimci, kimbab, ramen, dll. Bahkan, bisa jadi mereka tidak tahu ada makanan yang namanya selat Solo, kecuali yang tinggal di Solo dan sekitarnya mungkin, ya!

Namun, jangan sedih! Selat Solo ini tak kalah enaknya dengan makanan kekinian. Ia memiliki cita rasa yang manis, asam, dan gurih. Hm, terbayang nikmatnya melahap selat Solo saat perut keroncongan. Penyajiannya pun juga menarik karena berisi macam-macam sayuran dengan daging dan sausnya yang tertata rapi. Kalau dilihat mata sih cukup eye catching. Menggoda kita untuk mencicipinya.

Selat Solo terkenal juga sebagai steiknya orang Jawa. Aslinya memang bahan utama dari selat Solo adalah daging steik. Jika dilihat dari tampilannya, selat Solo merupakan perpaduan antara salad dengan bistik.

Selat Solo telah memiliki banyak penggemar, khususnya generasi old yang masih bertahan hingga kini. Sajian ini memiliki rasa yang abadi. Artinya, ia bisa dinikmati sampai kapan pun juga, dari dulu hingga nanti. Ia bisa dimodifikasi dengan berbagai bahan tanpa meninggalkan bahan dasarnya.

Asal Muasal Nama Selat Solo

Mendengar namanya, muncul tanya di hati. Kenapa namanya selat Solo? Apakah ia dibentuk seperti selat? Selat sendiri merupakan suatu wilayah perairan kecil yang menghubungkan dua pulau. Sementara di Solo tidak ada atau tidak dekat dengan selat. Lantas kenapa namanya selat Solo, ya?

Ternyata nama selat itu tidak ada hubungannya sama sekali dengan selat dalam istilah Geografi. Nama selat berawal dari bahasa Belanda slachtje yang berarti 'salad' dalam bahasa Inggris. Namun, karena lidah orang Indonesia sulit mengucapkannya, maka jadilah ia disebut dengan selat. Sedangkan bistik dari kata biefstuk yang berarti daging steiknya.

Nama selat Solo terbentuk karena pengucapan masyarakat pribumi terhadap salad. Alih-alih menyebutnya dengan salad, masyarakat lebih mudah mengucapkannya dengan selat. Jadi, nama selat itu merupakan penyerapan dari bahasa asing yang disesuaikan dengan pengucapan bahasa setempat (Indonesia). Maka, selat Solo pun masih eksis hingga kini.

Sejarah Selat Solo

Selat Solo merupakan kuliner khas Kota Solo yang mendapat pengaruh dari makanan luar negeri, yakni dari Eropa. Dahulu, pada masa penjajahan Hindia Belanda, bangsa Eropa membawa bahan-bahan dan teknik memasak mereka ke negeri jajahannya. Kalangan bangsawan dan kaum terdidik diperkenalkan pada makanan Eropa seperti keju, roti, dan bistik yang dianggap sebagai makanan kelas atas.

Selat Solo diperkirakan lahir pada abad ke-18, saat pulau Jawa masih berada dalam penjajahan Belanda. Pada masa itu juga terjadi adaptasi dan percampuran makanan Eropa dengan makanan lokal. Makanan khas Eropa seperti steik mulai terkenal di kalangan bangsawan di Keraton Kasunanan Solo. Steik daging yang berukuran besar dan dimasak setengah matang ternyata tidak sesuai dengan lidah kaum ningrat di Keraton Solo. Daging-dagingan memang kurang diminati karena mereka lebih suka menyantap nasi dengan sayuran.

Para koki di Keraton Solo akhirnya mencari cara bagaimana makanan tersebut bisa disantap oleh kalangan bangsawan Solo. Daging yang dimasak setengah matang kemudian diubah menjadi daging sapi cincang yang dicampur sosis, tepung roti, dan telur. Bahan-bahan ini dicampur jadi satu, dibentuk seperti lontong dengan dibungkus daun pisang, dan dikukus. Setelah matang, daging lalu didinginkan terlebih dahulu kemudian diiris agak tebal dan digoreng dengan sedikit margarin.

Akulturasi budaya terjadi dalam bidang makanan. Selat Solo merupakan hasil percampuran antara bistik khas Eropa yang disesuaikan dengan selera orang Jawa. Pengaruh Eropa bisa dilihat dari penggunaan mayones dan kecap Inggris. Sedangkan selera masyarakat Jawa diwakili dengan rasa manis dari kecap yang digunakan. Masakan Jawa memang cenderung memiliki cita rasa yang manis.

Penyajian Selat Solo

Penyajian selat Solo tentu sudah berbeda dari konsep penyajian makanan berbahan daging ala Eropa. Daging steik yang biasanya dilumuri saus diganti dengan disiram kuah yang terbuat dari rempah-rempah. Beberapa sayuran seperti wortel, selada, brokoli, buncis juga ditambahkan. Tak lupa tomat juga turut serta. Timun dalam bentuk segar maupun yang telah diolah menjadi acar pun ikut meramaikan sepiring selat Solo. Cukup lengkap, ya, kandungan nutrisinya.

Dalam menu selat Solo, daging yang disajikan tidak terlalu besar, bahkan hanya dalam porsi yang kecil. Karena itu, ditambahkan kentang goreng dan telur rebus. Masuknya telur rebus inilah yang akhirnya menjadi ciri khas selat yang dikenal juga sebagai Selat Galantin.

Sepiring selat Solo kemudian ditaburi dengan lada hitam bubuk dengan butiran yang agak kasar. Uniknya, selat Solo disajikan dalam keadaan dingin. Ini tentu berbeda dengan sajian steik ala Eropa yang biasanya dalam keadaan panas. Namun, ada banyak juga restoran yang menyajikan selat Solo dalam keadaan hangat bila ada pelanggan yang memintanya. Tak masalah selama tak merugikan siapa pun dan tak melanggar aturan.

Bolehkah Mengambil Resep dari Barat?

Sebagai umat muslim, tentu syariat Islam menjadi aturan yang diterapkan dalam kehidupan. Syariat Islam sangat lengkap dan terperinci dalam memberikan panduan hidup. Mulai dari kepala hingga kaki, semua diatur dengan benar. Urusan pribadi ataupun publik, semuanya ditata dengan baik. Termasuk urusan perut pun tak luput diperhatikan oleh syariat. Bahkan, menjadi hal yang sangat penting karena syariat Islam memandang makanan tidak hanya sebagai pemuas rasa lapar, tetapi juga dalam rangka beribadah kepada Allah.

Makanan yang kita makan harus dipastikan kehalalannya terkait proses pengolahan dan bahan bakunya. Kehalalan ini menjadi standar tetap yang tidak boleh ditinggalkan. Apa yang kita makan haruslah yang halal dan baik, sebagaimana yang diperintahkan Allah dalam surah Al-Baqarah ayat 168: “Wahai, sekalian manusia, makanlah dari makanan yang halal dan baik yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan, karena sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu.”

Selat Solo yang dimodifikasi dari resep Barat menjadi halal karena dalam proses pengolahan dan bahan bakunya tidak bertentangan dengan syariat. Makanan apa pun itu boleh dimakan selama tidak mengandung unsur-unsur yang diharamkan. Kita mengambil resep dari mana pun juga diperbolehkan asalkan tidak menyelisihi ketentuan syariat. Halal dan haram harus selalu menjadi patokan.

Kita boleh mengambil resep masakan dari Barat. Namun, dengan catatan tidak menyimpang dari syariat. Yang tidak boleh adalah mengambil resep Barat dalam menjalankan kehidupan. Sebab, resep Barat dengan sekularisme kapitalisme untuk kehidupan jelas bertentangan dengan syariat Islam. Resep ini menyingkirkan agama dari kehidupan, yang artinya menolak aturan Sang Pencipta. Ini jelas sesuatu yang keliru secara mendasar. Resep Barat tersebut merupakan sistem kehidupan yang nyata kerusakannya. Ia tertolak dan sangat tidak layak untuk diterapkan dalam kehidupan karena dilarang oleh Allah.
Wallahu a’lam bishshawwab[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Tim Penulis Inti NarasiPost.Com
Deena Noor Tim Penulis Inti NarasiPost.Com
Previous
Dana Pandemi, Bantuan atau Jebakan?
Next
Penembus Malam
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram