"Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari IPB, di dalam 100 gram buah gayam terkandung karbohidrat 76,74 persen, protein 11,66 persen, lemak 8,21 persen, dan abu 3,39 persen. Karena kandungan gizi yang dimilikinya, gayam memiliki beberapa manfaat untuk kesehatan."
Oleh. Mariyah Zawawi
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Setiap Lebaran, keripik gayam merupakan salah satu camilan yang disajikan oleh sebagian masyarakat Kota Tuban. Rasanya yang gurih dan khas, membuat lidah tak mau berhenti bergoyang. Kerenyahannya membuat orang ingin terus mengunyahnya.
Sayangnya, untuk mendapatkan keripik yang satu ini tidak semudah mendapatkan keripik pisang. Sebab, buah gayam merupakan buah musiman, tidak seperti buah pisang yang tersedia sepanjang tahun. Di samping itu, semakin sedikit orang yang membudidayakan tanaman ini.
Keripik gayam telah menjadi salah satu oleh-oleh khas Kota Tuban. Daerah penghasil keripik ini adalah Kecamatan Merakurak. Di kecamatan ini memang banyak ditemukan pohon gayam.
Tanaman Endemik
Gayam adalah tanaman asli Indonesia. Dalam buku berjudul Mengenal Gayam: Tanaman Multimanfaat yang ditulis oleh Albert Husein Wawo dkk. disebutkan bahwa gayam berasal dari kawasan Malesiana bagian timur, terutama Indonesia. Tanaman ini kemudian tersebar ke berbagai wilayah di Indonesia.
Bukti bahwa gayam merupakan tanaman asli Indonesia adalah banyaknya nama daerah yang menggunakan kata gayam. Misalnya, Kecamatan Gayam di Bojonegoro dan Sumenep, Desa Gayam di Blora dan Yogyakarta, serta Kelurahan Gayam di Kediri dan Sukoharjo. Gayam juga telah menjadi flora identitas Kota Bojonegoro dan Cirebon. Meskipun dijadikan flora identitas Kota Bojonegoro, tetapi olahan buah gayam tidak menjadi oleh-oleh khas kota ini.
Gayam menjadi salah satu dari 20 makanan lokal Indonesia yang masuk katalog The Ark of Taste. The Ark of Taste adalah makanan yang pernah berperan penting dalam suatu wilayah dan memengaruhi sosial budaya penduduknya, tetapi mulai dilupakan. Katalog ini disusun oleh Slow Food, sebuah organisasi yang mempromosikan makanan lokal atau masakan tradisional.
Keberadaan gayam dalam sosial budaya masyarakat Indonesia, ditulis oleh Heri Priyatmoko, Dosen Sejarah di Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma. Dalam tulisan yang dipublikasikan oleh trubus.id itu disebutkan bahwa pohon gayam telah dijadikan sebagai tanaman peneduh pada zaman dahulu. Hal itu tertulis dalam Serat Centhini yang disusun oleh pujangga Keraton Kasunanan pada tahun 1814-1823. Dalam Babad Giyanti juga disebutkan bahwa gayam merupakan salah satu makanan yang disajikan di bokor kencana saat residen Belanda berkunjung menemui Adipati Puger.
Pohon gayam (Inocarpus fagifer) atau tahitian chestnut banyak tumbuh di daerah tropis. Tanaman ini mampu hidup di tanah yang miskin hara, seperti di rawa-rawa, pantai berpasir, atau di hutan bakau. Batang pohonnya tinggi dengan alur yang dalam dan tidak teratur. Tingginya bisa mencapai 20 meter dengan diameter sekitar 65 cm.
Daunnya berbentuk lonjong, mirip daun jambu air, tetapi lebih tebal dan kaku. Daun yang masih muda dapat diolah menjadi sayur. Bunganya kecil, berwarna kuning serta wangi baunya. Sedangkan buahnya berbentuk seperti ginjal. Kulitnya berwarna hijau, kemudian berubah menguning atau kecoklatan ketika sudah tua.
Buahnya mempunyai satu biji yang dilindungi oleh kulit yang keras dengan endosperm putih. Setelah dikupas, akan tampak kulit ari berwarna coklat, mirip jengkol. Sebelum diolah, biji buah gayam direndam terlebih dahulu. Setelah itu direbus atau dijadikan keripik.
Biasanya, di dekat tumbuhnya pohon gayam terdapat mata air, sungai, atau kolam. Kedalaman air tanah di sekitar pohon gayam biasanya hanya sekitar satu hingga dua meter. Karena itu, pohon ini dianggap memiliki kemampuan menyerap air yang tinggi. Tajuknya rindang dan dahannya kuat, sehingga cocok untuk penghijauan.
Rumah Genderuwo?
Pohonnya yang besar, tinggi, dan rimbun, memberi kesan angker pada tanaman yang satu ini. Sebagian masyarakat menganggapnya sebagai tempat tinggal genderuwo. Mungkin karena hal ini, masyarakat sekarang tidak banyak yang menanamnya di pekarangan rumah mereka.
Nama gayam sendiri memiliki nilai filosofis tersendiri bagi orang Jawa. Gayam memiliki arti gayuh ayem (meraih ketenangan). Daunnya yang selalu lebat memberikan keteduhan. Sedangkan mudahnya menemukan air di dekatnya akan memberikan ketenteraman. Sebab, air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Karena nilai filosofisnya itu, tanaman ini memiliki area khusus di lingkungan Keraton Yogyakarta, yaitu area antara Pagelaran dan Siti Hinggil.
Manfaat Gayam Bagi Manusia
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari IPB, di dalam 100 gram buah gayam terkandung karbohidrat 76,74 persen, protein 11,66 persen, lemak 8,21 persen, dan abu 3,39 persen. Karena kandungan gizi yang dimilikinya, gayam memiliki beberapa manfaat untuk kesehatan. Berikut ini adalah manfaat gayam menurut carabuatresep.blogspot.com,
Pertama, membersihkan kotoran dalam usus besar dan saluran pencernaan. Manfaat ini bisa kita dapatkan karena buah gayam mengandung saponin. Saponin merupakan senyawa alami yang terdapat dalam tanaman polong-polongan.
Kedua, meningkatkan kekebalan tubuh. Kandungan flavonoid dalam buah gayam merupakan antioksidan yang berperan dalam meningkatkan kekebalan tubuh. Karena itu, mereka yang mengonsumsinya akan terhindar dari berbagai penyakit.
Ketiga, membantu mempercepat penyerapan makanan. Tanin yang terkandung dalam buah gayam, membantu usus lebih cepat menyerap sari makanan. Dengan demikian, makanan dapat diserap sebelum tercemari mikroba yang menyebabkan pembusukan pada makanan.
Kandungan patinya yang tinggi, membuat buah ini bersifat mengenyangkan. Karena itu, buah gayam juga dapat dijadikan sebagai pangan alternatif. Di samping itu, penanaman pohon gayam juga dapat dijadikan solusi semakin sempitnya lahan pertanian. Pohon gayam tidak membutuhkan banyak perawatan dan buahnya dapat dipanen terus-menerus setiap tahun. Hal ini berbeda dengan tanaman semusim seperti padi atau jagung. Kedua tanaman ini membutuhkan perawatan secara terus-menerus.
Dari satu pohon gayam akan dihasilkan 500–800 buah gayam yang menghasilkan 25-40 kilogram karbohidrat. Buah gayam itu dapat diolah menjadi tepung gayam yang dapat dijadikan sebagai bahan pembuat roti atau kue. Cara membuat tepung gayam juga mudah. Buah gayam yang sudah dikupas, dicuci bersih. Kemudian dijemur hingga kering. Setelah itu digiling hingga menjadi tepung.
Buah gayam juga dapat diolah menjadi susu seperti susu atau sari kedelai. Berikut ini resep untuk membuat susu dari buah gayam hasil kreasi dari Sri Kristiyani. Resep ini telah dimuat di cookpad.com.
Resep Susu/Sari Gayam
Bahan-bahan:
400 gram gayam yang telah direbus
1,5-2 liter air
100 gram gula pasir
5 cm jahe, dikeprek
1 lembar daun pandan
Cara Membuat:
Gayam sudah direbus dipotong-potong kecil.
Blender potongan gayam dan air.
Saring dengan saringan kasar terlebih dahulu. Setelah itu disaring lagi dengan saringan yang halus.
Rebus air gayam dengan api sedang. Tambahkan daun pandan, gula pasir, serta jahe. Aduk-aduk sesekali. Masak hingga mendidih. Susu gayam, siap dinikmati dalam keadaan hangat maupun dingin.
Meskipun banyak manfaatnya, tetap tidak boleh berlebihan dalam mengonsumsi buah gayam. Sebab, buah gayam mengandung banyak pati. Di dalam tubuh, pati akan diolah menjadi energi. Saat pengolahan menjadi energi ini, akan terbentuk gas. Hal ini akan menyebabkan orang yang memakan gayam akan sering membuang gas atau kentut.
Penutup
Pohon gayam merupakan salah satu karunia yang diberikan oleh Allah Swt. kepada manusia. Dari satu pohon ini saja, manusia akan mendapatkan banyak manfaat. Mulai dari akarnya yang dapat menyimpan banyak air bagi manusia, batangnya sebagai bahan perkakas rumah, daunnya sebagai peneduh, serta buahnya sebagai bahan pangan. Padahal, jumlah tanaman yang ditumbuhkan oleh Allah Swt. di muka bumi amat banyak dan beragam. Allah Swt. berfirman dalam Surah Asy-Syu'ara [26]: 7,
"Apakah mereka tidak memperhatikan bumi, betapa banyak yang telah Kami tumbuhkan di dalamnya, berbagai macam (tumbuh-tumbuhan) yang baik?"
Maka, alangkah bodohnya kita, jika tidak mensyukuri semua karunia ini. Mensyukurinya dengan cara menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Dengan demikian, Allah Swt. akan menambahkan nikmat-Nya kepada kita semua.
Wallaahu a'lam bishshawaab.
Daftar pustaka :
Wawo, Albert Husein dkk. 2019. Mengenal Gayam: Tanaman Multimanfaat. Jakarta: LIPI Press.[]