Makanan sebagai Obat di Era Kejayaan Islam

"Para ilmuwan dan dokter muslim telah menemukan adanya unsur-unsur pengobatan yang terkandung di dalam makanan yang telah diteliti. Sehingga di era kejayaan Islam, mereka merekomendasikan untuk menghidangkan makanan yang mampu menjadi semacam obat bagi tubuh manusia."

Oleh. Miladiah al-Qibthiyah
(Tim Redaksi NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Sebuah peradaban dikatakan peradaban yang tinggi jika telah sukses melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi mutakhir yang bermanfaat bagi masyarakat luas. Di era kejayaan Islam tidak hanya faktor ilmu pengetahuan dan teknologi saja yang membuatnya menjadi sebuah peradaban yang tinggi, namun keberadaan pangan berupa bahan makanan juga mendapat perhatian begitu besar dari para sarjana muslim.

Kebutuhan pangan berupa makanan menempati posisi yang cukup penting dalam sejarah peradaban Islam. Itulah mengapa Rasulullah saw. menyuruh kita (umatnya) tidak menyepelekan perkara kesehatan tubuh. Sebagaimana sabdanya, "Inna li-jasadika `alayka haqqan (Jasadmu memiliki hak atas dirimu)." Dari sinilah aneka ragam resep masakan dan hidangan berkembang pada masa kejayaan Islam dan hal ini dibuktikan dari banyaknya kitab kuliner yang ditulis oleh para sarjana muslim pada masa itu.

Sudah menjadi rahasia umum manusia memelihara dan menjaga kesehatan tubuhnya dimulai dari pola hidup sehat dengan memakan hidangan yang halal, baik dan bergizi. Atas dasar ini pula para dokter muslim meneliti berbagai kandungan bahan pangan yang mampu menjadi obat di era kejayaan Islam. Berkembangnya teknologi pangan di tengah kehidupan masyarakat muslim bermula dari revolusi pertanian.

Revolusi Pertanian Islam

Diketahui saat itu masyarakat muslim Arab telah melakukan pengembangan pada aneka ragam sayuran dan buah-buahan yang awam dikenal oleh masyarakat. Tanaman sayuran dan buah-buahan itu kemudian dikembangkan oleh masyarakat muslim yang ada di Suriah, Mesir, Spanyol, Sicilia, dan Afrika Utara.

Revolusi pertanian yang mengembangkan teknologi pangan di era kejayaan Islam telah menciptakan beraneka resep dan hidangan makanan yang telah melalui uji coba dan penelitian oleh para dokter Muslim. Uniknya, hasil dari penelitian tersebut didasarkan pada pertimbangan penata diet. Jika di masa sekarang tahap demi tahap dilakukan melalui seleksi bahan pangan agar lezat disantap serta aman bagi kesehatan tubuh, maka jauh sebelum itu era kejayaan Islam lebih dulu melakukan uji seleksi bahan pangan tersebut.

Para ilmuwan dan dokter muslim telah menemukan adanya unsur-unsur pengobatan yang terkandung di dalam makanan yang telah diteliti. Sehingga di era kejayaan Islam, mereka merekomendasikan untuk menghidangkan makanan yang mampu menjadi semacam obat bagi tubuh manusia. Di antaranya dapat meningkatkan daya tahan tubuh dari penyakit serta mencegah penuaan dini. Dari sini pula para dokter muslim tiada lelah mencari dan meneliti rempah-rempah yang dapat dijadikan resep bumbu masak sekaligus memiliki manfaat bagi kesehatan tubuh.

Mereka adalah dokter muslim yang masyhur dengan kitab-kitabnya, yaitu; Ibnu Sa'id al-Qurtubi (abad 10 M) dalam Kitab khalq al-janin wa tadbir al-hibala (diet untuk fetus dan ibu hamil); Abu Marwan Ibnu Zuhr (1092 M - 1161 M) dalam buku tentang Nutrisi, Abu Bakar Al-Razi (865 M - 925 M) dalam Al-Hawi fi't-tibb; serta Ibnu Sina melalui Canon of Medicine.

Tak heran jika di era kejayaan Islam terdapat sederet buku tentang resep masakan serta cara mengolahnya. Para koki muslim menuliskan resep tersebut ke dalam buku-buku mereka, seperti; Kitab At-tabikh yang ditulis Mohammed al-Baghdadi pada abad ke-13 M di Irak; Kanz al-fawa'id fi tanwi' al-maw'id yang ditulis seorang koki tak dikenal dari Mesir; Fadhalat al-khiwan fi atayyibat at-ta'am wa-'l-'alwan yang ditulis Ibnu Razin Attujibi pada abad ke-12 di Spanyol, Wasla 'l-habib fi wasf al-tayyibat pada abad ke-13 M di Suriah, dan lain-lain.

Makanan sebagai Obat

Dalam artikel berjudul Food as Medicine in Islamic Civilization karya Profesor Nil Sari, menuliskan bahwa dokter Muslim seperti Ibnu Sina (980-1037 M) dan Ibnu al-Baitar telah berhasil menjadikan makanan sebagai obat di dalam penelitiannya. Pada abad ke-11 M Ibnu Sina sudah menulis konsep tentang diet dan makanan sebagai obat. Dokter Ibnu Sina merumuskan berbagai resep makanan yang berkhasiat sebagai obat itu dalam ilmu kedokteran. Ibnu Sina menetapkan enam aturan pola hidup sehat, salah satunya dengan menyatakan bahwa makanan yang dikonsumsi dapat berfungsi sebagai obat, melalui diet seimbang. Prof Nil Sari adalah Kepala Departemen Sejarah dan Etika Pengobatan dari Universitas Istanbul, Turki.

Di era kejayaan Islam, para dokter muslim menerapkan diet kepada para pasiennya. Makanan bukan hanya sekadar untuk memenuhi kebutuhan nutrisi, namun telah menjadi bagian terpenting dalam pengobatan. Bahkan Al-Razi yang merupakan seorang ilmuwan dan dokter muslim, menyarankan agar memilih pola hidup sehat berupa diet dengan mengatur pola makan. Menurutnya, itu lebih baik daripada menyarankan pengobatan pada seseorang. Al-Razi sangat menekankan pentingnya penyembuhan penyakit melalui pola makan yang sehat dan teratur dalam kehidupan sehari-hari.

Sungguh luar biasa para dokter muslim terdahulu. Kehebatan mereka dalam dunia kedokteran dan kesehatan telah disupport penuh oleh kekhalifahan era kekuasaan Turki Utsmani. Pemikiran dan gagasan mereka mengenai fungsi makanan sebagai obat telah diterapkan oleh masyarakat muslim di era keemasan tersebut.

Ada beberapa jenis makanan yang ketika dikonsumsi oleh manusia akan berfungsi untuk menjaga kesehatan tubuh dalam memproduksi cairan empedu kuning serta memanaskan darah. Jenis-jenis sayuran seperti sup buncis, sawi, lobak, burung merpati muda, burung pipit, acar gula dengan sawi, acar bawang, bawang putih, acar lobak dengan cuka, kaldu daging, kuning telur, hati, daging domba dan kacang sangat dianjurkan dikonsumsi untuk menjaga kesehatan tubuh.

Ada juga jenis makanan yang bisa memberikan kekuatan penuh seperti roti gandum murni, buah yang masak di pohon, serta buah ara matang. Selain itu, jenis sayuran dan buah-buahan adalah kategori makanan yang dapat menyembuhkan penyakit dalam tubuh. Semisal buah ara, anggur yang masak penuh dan biji-bijian.

Makanan berupa daging burung seperti burung dara dan pipit, serta ikan juga memiliki khasiat sebagai obat untuk menyembuhkan penderita cacat dan sebagai suplay gizi bagi yang menderita sakit. Daging burung yang dimasak bisa menyembuhkan luka luar dan dalam, penyakit/nyeri otot, juga sebagai obat cemas serta meningkatkan vital pria. Daging burung atau unggas diolah dengan mencampurkan bumbu rempah-rempah dan tumbuhan yang memiliki khasiat obat, lalu dikonsumsi oleh para penderita penyakit.

Adapun jenis ikan, seperti ikan laut plaice, ikan biru, ikan air tawar, picarel, mullet abu-abu, ikan lidah, two-banded air tawar, goby, turbot, belut, gurame, bass laut, tombak, mullet merah, ikan mackerel dan trout, ikan lumba-lumba, bonito juga bisa digunakan sebagai obat.

Dalam buku medis atau kitab para ilmuwan dan dokter mulism di era kejayaan peradaban Islam diungkapkan bahwa ikan adalah makanan yang paling baik untuk menunjang kesehatan. Dalam kitab tersebut dilengkapi dengan di mana mereka menangkap ikannya, cara memasak, hingga jenis-jenis makanan yang cocok disantap dengan ikan tersebut. Daging ikan sangat baik untuk mengobati batuk kering, disentri, fissurations, dan penyakit kuning.

Masa kejayaan peradaban Islam telah membuktikan keberhasilannya di segala aspek kehidupan. Masa di mana para ilmuwan, sarjana, serta insinyur dari dunia Islam menyumbangkan berbagai kontribusi mereka terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kesenian dan kebudayaan sebagaimana tradisi pengobatan dan sajian hidangan makanan yang halal, baik, dan bergizi di masa Rasulullah saw. Lebih hebatnya lagi, sejarah kejayaan peradaban Islam mencetak mereka dengan penemuan dan inovasi mereka masing-masing. Wallahu a'lam bi ash-shawab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Tim Redaksi NarasiPost.Com
Miladiah al-Qibthiyah Tim Redaksi NarasiPost.Com
Previous
Banjir Datang Kembali
Next
Ibu, Peluhmu Berbalas Sembilu
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram