Sinonggi, si Kenyal dari Bumi Anoa

"Selain karbohidrat, sagu juga memiliki polimer alami yaitu zat yang bermanfaat bagi tubuh, seperti memperlambat peningkatan kadar glukosa dalam darah. Karenanya, sinonggi aman dikonsumsi oleh mereka yang menderita diabetes melitus."

Oleh. Tina el Haq
(Penulis Inti Narasipost.Com)

NarasiPost.Com -Indonesia dikenal dengan 'surga' kulinernya yang tersaji dari bagian timur hingga ke barat. Tiap-tiap daerah pun terkenal dengan kuliner khasnya masing-masing yang dijamin bisa membuat perut 'meronta' jika tidak mencicipinya. Salah satunya kuliner khas masyarakat Kendari, Sulawesi Tenggara. Selain terkenal dengan keragaman hayatinya, Sultra juga dikenal dengan kuliner khas yang lezat dan menggugah selera. Salah satunya adalah sinonggi.

Sinonggi sendiri merupakan makanan khas suku Tolaki (penduduk asli Sulawesi Tenggara). Bagi suku Tolaki, sinonggi tak ubahnya seperti makanan pokok sebagai pengganti nasi. Karena itu, jika kalian berkunjung ke Kota Kendari belum lengkap rasanya kalau belum mencicipi kuliner khas Bumi Anoa ini. Kalian yang masih penasaran tentang sinonggi, nih aku kasih bocorannya./https://narasipost.com/2022/01/14/kapurung-kuliner-primadona-masyarakat-luwu/

Sinonggi terbuat dari sari pati sagu. Untuk memperoleh sagu, maka harus mengolah pohon sagu (rumbia) terlebih dahulu. Caranya adalah dengan memotong pohon sagu menjadi beberapa bagian, kemudian potongan-potongan tersebut dibelah dan dikeruk isi pohonnya. Kemudian isi pohon hasil kerukan tersebut dipotong kecil-kecil dan dimasukkan ke dalam karung. Lalu diinjak sembari disiram dengan air bersih. Ini adalah proses penyaringan untuk mendapatkan sari pati sagu.

Nantinya potongan yang disaring tersebut akan mengeluarkan sari-sari sagu berwarna putih susu. Kemudian sari-sari tersebut dialirkan ke wadah tertentu. Setelah itu, diendapkan berhari-hari hingga sagu menjadi padat dan terpisah dengan airnya. Nah, proses mengolah pohon sagu pun selesai. Setelah proses ini selesai, maka tahap selanjutnya adalah mengolah sagu menjadi sinonggi. Proses pengolahannya pun terbilang cukup mudah.

Pertama-tama, sagu dicuci dengan air dalam satu wadah, kemudian disaring dan biarkan beberapa saat hingga sagu mengendap. Setelah itu, pisahkan air dari sagu yang dicuci tersebut. Lalu siram sagu dengan air panas sambil diaduk perlahan-lahan hingga teksturnya kenyal atau sesuai selera. Sekadar informasi, sinonggi adalah makanan yang kenyal dan lengket layaknya lem, serta hambar. Mengapa hambar, karena bahan dasarnya adalah sagu yang memang tidak memiliki rasa spesifik.

Lantas kalau hambar, di mana lezatnya? Nah, sinonggi memang tidak bisa dikonsumsi sendiri tanpa makanan pendamping. Cita rasanya justru ada di sajian pendampingnya, yaitu sayur bening, ikan palumara, dan sambal. Sajian tersebut harus dimakan bersamaan ya untuk mendapatkan cita rasa yang lezat.

Sayur beningnya bisa berupa campuran bayam, terong kecil, kacang panjang, dan lain-lain. Sementara, ikan dimasak palumara dengan bumbu lengkap mulai dari bawang merah dan putih, kunyit, asam, atau bisa juga dimasak bening tanpa banyak bumbu. Sekali lagi, ini tergantung selera. Satu yang tidak boleh terlupa adalah sambal. Sebab, makan sinonggi tanpa sambal ibarat makan sayur tanpa garam alias hambar. Hehe …. Apalagi lidahku yang 'Jawa' memang tidak terlalu suka dengan rasa yang hambar.

Bagi yang belum pernah mencicipi sinonggi, dijamin akan kebingungan bagaimana cara menyantapnya. Sama sepertiku saat pertama kali berkenalan dengan sinonggi. Saat aku masih duduk di bangku SMP, kami sekeluarga bertandang ke rumah salah seorang kenalan bapak yang tinggal dekat laut dan memang asli Tolaki. Saat kami disuguhi sinonggi, aku penasaran sekaligus bingung cara memakannya. Untuk mengobati rasa penasaranku, maka aku ambillah sinonggi pakai sendok dan kumasukan ke dalam mulut. Hasilnya, masyaallah … aku gak bisa menelan!

Tetapi, itu dahulu saat awal perkenalanku dengan sinonggi. Sekarang lidah Jawa-ku sudah bisa menyesuaikan diri dengan makanan Sulawesi Tenggara. Bahkan, sinonggi sudah menjadi salah satu makanan kesukaanku. Begitulah, tidak hanya diri kita yang butuh penyesuaian dengan lingkungan baru, lidah pun butuh penyesuaian terhadap rasa yang tidak biasa.

Nah, bagi kalian yang penasaran bagaimana cara penyajiannya, berikut ini caranya. Pertama-tama siapkan piring kemudian masukan ikan beserta kuahnya. Setelah itu masukan sayur (biasanya tanpa menggunakan kuah), masukan sambal, dan yang terakhir ambil sinonggi dengan menggunakan sumpit atau sejenisnya untuk menggulung sinonggi. Akhirnya seporsi sinonggi bisa langsung dinikmati. Boleh menggunakan sendok atau langsung pakai tangan. Rasanya … jangan ditanya, pasti ingin tambah seporsi lagi!

Selain lezat dan menggugah selera, sinonggi juga termasuk kuliner yang sehat dan menyegarkan. Apalagi jika sayur dan lauknya dimasak dengan bumbu yang tidak terlalu banyak. Sehingga menjadikan sinonggi sebagai makanan yang mengandung gizi dan segar. Selain itu, sinonggi bisa juga dijadikan sebagai pengganti nasi. Pasalnya, sagu yang menjadi bahan dasar sinonggi memiliki kandungan karbohidrat sekitar 85,6 persen, juga mengandung serat 5'n. Sedangkan kalori yang dihasilkan untuk 100 gram sagu kering adalah sebanyak 355 kalori.

Selain karbohidrat, sagu juga memiliki polimer alami yaitu zat yang bermanfaat bagi tubuh, seperti memperlambat peningkatan kadar glukosa dalam darah. Karenanya, sinonggi aman dikonsumsi oleh mereka yang menderita diabetes melitus. Sinonggi juga bagus dikonsumsi oleh orang yang sedang diet, sebab serat pada sagu bermanfaat untuk mengurangi kegemukan.

Namun, ada yang lebih utama dari kelezatan dan manfaatnya, yakni kebersamaan dan berbagi. Pada umumnya, sinonggi dimakan secara beramai-ramai, walaupun makan sendiri pun tetaplah nikmat. Namun, seperti sudah menjadi tradisi, menyantap sinonggi tak afdal rasanya kalau tidak mengajak handai tolan. Baik keluarga sendiri atau hanya sekadar mengajak teman dan tetangga untuk ikut menikmatinya.

Di sinilah makna persaudaraan sesungguhnya. Tradisi berbagi yang sudah mendarah daging memberikan aku pelajaran, bahwa memberi dan berbagi kepada yang lain tak melulu dengan sesuatu yang mahal dan berkelas. Apalagi bagi masyarakat pelosok yang masih kental dengan prinsip kekeluargaannya. Hanya dengan seporsi sinonggi pun, tetangga atau teman bisa ikut merasakan bahagia. Tahukah kalian, untuk membuat orang lain merasakan kebahagiaan yang kita rasakan , yakni dengan mengajak mereka untuk ikut menikmatinya.

Bukankah memberi dan berbagi juga dianjurkan dalam Islam? Sebab, hartamu bukan hanya milikmu. Dan aroma menyengat dari masakanmu yang tidak kamu bagi dengan tetangga, maka itu jadi dosa bagimu. Rasulullah saw. pun bersabda dalam hadis riwayat At-Thabrani, "Tidaklah beriman kepadaku orang yang kenyang semalaman, sedangkan tetangganya kelaparan di sampingnya, padahal ia mengetahuinya."

Demikianlah, berbagi makanan dengan sesama ternyata memiliki banyak keutamaan. Salah satunya adalah mempererat silaturahmi. Tak hanya itu, berbagi makanan dengan tetangga atau sesama juga akan mendapatkan pahala di sisi Allah Swt. dan masuk ke dalam golongan umat yang mulia. Bahkan, Rasul Muhammad saw. yang mulia menyebut, orang yang suka berbagi makanan terhadap sesama, maka akan disiapkan tempat khusus di surga kelak. So, apa pun kuliner khas daerahmu, sejatinya bisa menjadi jembatan untuk berbagi dan menyambung silaturahmi.
Wallahu a'lam[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Penulis Rempaka literasiku
Sartinah Seorang penulis yang bergabung di Tim Penulis Inti NarasiPost.Com dan sering memenangkan berbagai challenge bergengi yang diselenggarakan oleh NarasiPost.Com. Penulis buku solo Rempaka Literasiku dan beberapa buku Antologi dari NarasiPost Media Publisher
Previous
Jalan yang Terasing
Next
Kapitalisme Mencengkeram Sri Lanka Mencekam
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Yuli Juharini
Yuli Juharini
2 years ago

Mirip cara makan papeda ya.

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram