"Dihalalkan bagimu hewan buruan laut dan makanan (yang berasal) dari laut sebagai makanan yang lezat bagimu, dan bagi orang-orang yang dalam perjalanan; dan diharamkan atasmu (menangkap) hewan darat, selama kamu sedang ihram. Dan bertakwalah kepada Allah yang kepada-Nya kamu akan dikumpulkan (kembali)". (Al-Maidah : 96)
Oleh. Siti Amelia Q. A.
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Adakah yang pernah tahu tentang nyale atau tradisi Bau Nyale? ya, Bau Nyale adalah salah satu tradisi kebudayaan di Pulau Lombok. Dalam bahasa Sasak (salah satu suku di Lombok), bau artinya menangkap dan nyale adalah sebutan untuk cacing laut yang warnanya beraneka ragam.
Di Lombok, Bau Nyale menjadi suatu tradisi budaya yang sudah turun-temurun diadakan, tepatnya setiap satu tahun sekali, biasanya setiap tanggal 20 bulan 10 dalam penanggalan tradisional Sasak atau jika menggunakan kalender Masehi, jatuh antara bulan Februari dan Maret. Tradisi Bau Nyale ini bahkan dijadikan festival untuk menggaet para wisatawan baik asing maupun lokal.
Legenda Putri Mandalika
Jika membahas Bau Nyale, tidak afdal jika tidak membahas mitos yang berkembang di dalam masyarakat terkait asal muasal nyale. Sudah sejak lama masyarakat beranggapan bahwa nyale berasal dari jelmaan putri Mandalika yang berparas cantik dan direbutkan oleh banyak pangeran dari berbagai kerajaan di Lombok. Namun, sang putri menolak semua pinangan semua pangeran tersebut dan memilih untuk terjun ke laut dan menghilang tanpa jejak. Di tempat hilangnya putri Mandalika tersebut, kemudian muncullah cacing-cacing laut berbagai macam warnanya, yang dipercayai sebagai jelmaan putri Mandalika. Cacing laut inilah yang diberi nama nyale, dan setiap tahunnya dicari dan diburu oleh warga setempat, serta wisatawan lokal dan asing yang penasaran dengan tradisi Bau Nyale tersebut.
Namun, tentu saja sebagai seorang muslim, sebuah mitos atau kepercayaan yang berkembang di masyarakat tidak dapat dibenarkan atau dijadikan sandaran hukum. Selama hal tersebut tidak bersumber dari dalil Islam maka, hal tersebut tidak dapat dipercaya. Dalam pandangan Islam, tolok ukur kebenaran bersumber dari wahyu Allah Swt. baik dalam Al-Quran maupun As-sunnah.
Seperti yang tertuang dalam surah Al-Baqarah ayat 147 :
اَلْحَقُّ لَا الْمُمْتَرِيْنَ
"Kebenaran itu dari Tuhanmu, maka janganlah sekali-kali engkau (Muhammad) termasuk orang-orang yang ragu".
Untuk itu, tidak dibenarkan bagi kita umat Islam, untuk menelan mentah-mentah apa yang menjadi cerita mitos, takhayul, cerita bohong yang berkembang lama di masyarakat, karena akan jatuh kepada kesyirikan.
Nyale si Kaya Gizi
Menurut Lombok Jurnal.com, Universitas Mataram telah melakukan penelitian secara khusus terhadap cacing laut atau nyale ini. Nyale memiliki kandungan protein yang tinggi, bahkan kandungan protein nyale lebih besar dua kali kandungan protein ayam ras. Dilansir dari sarihusada.co.id, nyale memiliki kandungan protein sebanyak 43,84 %, sedangkan telur ayam ras dan susu sapi masing-masing hanya sebesar 12,2 % dan 3,50%.
Nyale juga mengandung antimikroba dan berfungsi sebagai antibiotik, serta dapat menguji kualitas air laut. Jika melihat tingginya kandungan gizi dan fungsinya sebagai antibiotik, wajar saja jika orang tua zaman dahulu meyakini nyale sebagai obat untuk menyembuhkan penyakit.
Ternyata, populasi nyale tidak hanya berada di pulau Lombok. Cacing warna-warni ini ternyata juga banyak berada di Ambon, Maluku. Dua tempat ini merupakan populasi terbesar nyale, tak heran masyarakat di Lombok dan Ambon sangat mengenal cacing laut ini sebagai makanan yang biasa mereka konsumsi tiap tahunnya, karena nyale hidup musiman. Tidak semua pantai atau laut di Indonesia ini terdapat cacing laut jenis nyale ini, di Lombok sendiri populasi nyale banyak ditemukan di pulau Lombok bagian selatan yakni di Pantai Sager, hal ini karena sifat pantai yang sesuai dengan habitatnya. Banyaknya karang merupakan salah satu faktor penting bagi kelangsungan hidup nyale, karena di lubang-lubang batu karang inilah nyale berkembang biak dan hidup.
Pengolahan Nyale Sebagai Makanan Lezat
Nyale biasanya dapat diolah menjadi berbagai ragam masakan yang lezat, tak ayal masyarakat Lombok selalu menanti tradisi Bau Nyale. Nyale biasa dimasak pepes dengan daun pisang, dikuah santan, sambal goreng nyale, dan nyale juga dapat digunakan sebagai penyedap masakan.
Masyarakat yang belum mengenal nyale mungkin akan bergidik ngeri melihat hewan satu ini, karena memang pada dasarnya mirip cacing, namun halal dikonsumsi karena nyale termasuk hewan atau binatang laut yang halal dimakan. Sesuai dengan firman Allah Swt. dalam surah Al-Maidah ayat 96 :
اُحِلَّ لَكُمْ صَيْدُ الْبَحْرِ وَطَعَامُهٗ مَتَاعًا لَّكُمْ وَلِلسَّيَّارَةِ ۚوَحُرِّمَ عَلَيْكُمْ صَيْدُ الْبَرِّ مَا دُمْتُمْ حُرُمًا ۗوَاتَّقُوا اللّٰهَ الَّذِيْٓ اِلَيْهِ تُحْشَرُوْنَ
"Dihalalkan bagimu hewan buruan laut dan makanan (yang berasal) dari laut sebagai makanan yang lezat bagimu, dan bagi orang-orang yang dalam perjalanan; dan diharamkan atasmu (menangkap) hewan darat, selama kamu sedang ihram. Dan bertakwalah kepada Allah yang kepada-Nya kamu akan dikumpulkan (kembali)".
Surah Fathir ayat 12 :
وَمَا يَسْتَوِى الْبَحْرٰنِۖ هٰذَا عَذْبٌ فُرَاتٌ سَاۤىِٕغٌ شَرَابُهٗ وَهٰذَا مِلْحٌ اُجَاجٌۗ وَمِنْ كُلٍّ تَأْكُلُوْنَ لَحْمًا طَرِيًّا وَّتَسْتَخْرِجُوْنَ حِلْيَةً تَلْبَسُوْنَهَا ۚوَتَرَى الْفُلْكَ فِيْهِ مَوَاخِرَ لِتَبْتَغُوْا مِنْ فَضْلِهٖ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
"Dan tidak sama (antara) dua lautan; yang ini tawar, segar, sedap diminum dan yang lain asin lagi pahit. Dan dari (masing-masing lautan) itu kamu dapat memakan daging yang segar dan kamu dapat mengeluarkan perhiasan yang kamu pakai, dan di sana kamu melihat kapal-kapal berlayar membelah laut agar kamu dapat mencari karunia-Nya dan agar kamu bersyukur".
Artinya, dihalalkan bagi kalian binatang yang ditangkap dari air, baik laut, sungai, maupun lainnya. Yaitu binatang yang beranak-pinak dan bertempat tinggal di air.
Bagaimana teman-teman, mau mencoba kuliner satu ini?. Masyaallah, Allah melimpahkan negeri-negeri muslim ini dengan kekayaan luar biasa, semoga kita dapat mengambil manfaat dan ibrah bahwa Allah menjadikan negeri-negeri kaum muslim sebagai negeri yang berlimpah dengan hasil alam sebagai penopang jika Islam kembali tegak dimuka bumi ini, sebagai pemimpin peradaban. Allahu a'lam[]