Ada Apa dengan Kerupuk?

"Berdasarkan artikel yang dimuat di klikdokter.com disebutkan bahwa kerupuk mengandung banyak kalori. Kalori dalam 100 gram kerupuk putih setara dengan kalori dari setengah piring nasi putih"

Oleh. Mariyah Zawawi
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Siapa yang tidak kenal kerupuk? Penganan ringan dan gurih itu biasanya dijadikan sebagai pendamping saat makan nasi, bubur, lontong, dan sebagainya. Bahkan, kerupuk juga sering dijadikan camilan.

Ternyata, kerupuk juga digemari oleh masyarakat di luar Indonesia, lho. Ada beberapa negara yang mengimpor kerupuk dari Indonesia. Negara pengimpor terbesar adalah Thailand, disusul Korea Selatan, Belanda, Malaysia, dan Inggris.

Sejarah Kerupuk

Kerupuk merupakan penganan asli Indonesia. Kerupuk sudah ada di Pulau Jawa sejak abad ke-9 Masehi, sebagaimana yang tertera pada Prasasti Batu Pura. Hal ini diungkapkan oleh Fadly Rahman dalam bukunya, Jejak Rasa Nusantara: Sejarah Makanan Indonesia. Dalam buku tersebut, dosen Departemen Sejarah Universitas Padjadjaran itu juga menyebutkan bahwa jenis kerupuk tertua adalah kerupuk rambak.

Kerupuk rambak dibuat dari kulit sapi atau kerbau. Kerupuk rambak yang dibuat dari kulit kerbau lebih renyah dan gurih. Karena itu, cocok dijadikan camilan. Sedangkan yang dibuat dari kulit sapi lebih liat. Biasanya, rambak dari kulit sapi dijadikan masakan lain, seperti krecek.

Sekarang banyak juga yang disebut kerupuk rambak yang tidak dibuat dari kulit sapi atau kerbau, tetapi dari tepung tapioka. Warna dan bentuknya menyerupai kerupuk rambak yang asli. Namun, rasanya tentu saja berbeda.
Jika kerupuk rambak dari kulit sapi atau kerbau dikonsumsi oleh kalangan priyayi, tidak demikian dengan kerupuk aci. Kerupuk aci banyak dikonsumsi oleh masyarakat kalangan bawah. Perang membuat rakyat Indonesia kekurangan bahan pangan. Saat itu, hasil panen singkong melimpah. Sedangkan harga daging sangat mahal. Maka, dibuatlah kerupuk aci sebagai pengganti lauk.

Kerupuk mulai menyebar ke berbagai wilayah Nusantara pada abad ke-19 Masehi. Dalam naskah Melayu karya Abdul Kadir Munsyi, disebutkan bahwa keropok atau kerupuk ini dikenal hingga ke wilayah Semenanjung Melayu. Orang-orang Melayu kemudian menambahkan ikan atau udang pada kerupuk buatan mereka.

Kerupuk semakin populer setelah didirikannya pabrik kerupuk yang pertama di Bandung pada tahun 1930. Pendirinya adalah Sahidin dan Sukarman yang berasal dari Tasikmalaya. Pabrik itu berdiri di Jalan Kopo, depan Rumah Sakit Emanuel, Bandung.

Setelah itu banyak berdiri pabrik kerupuk lainnya. Para pegawai Sahidin dan Sukarman banyak yang membuka usaha sendiri. Hal itu membuat kerupuk semakin dikenal oleh masyarakat.

Seiring dengan perkembangan zaman, banyak inovasi baru pada kerupuk. Berbagai jenis kerupuk pun diciptakan. Tidak terbatas pada kerupuk aci, belakangan ada kerupuk buah naga, kerupuk cumi, kerupuk wortel, dan sebagainya.

Bahkan, di masing-masing daerah ada kerupuk khas daerah tersebut. Misalnya kerupuk ikan khas Palembang, kerupuk udang dari Cirebon, dan sebagainya. Di Bojonegoro, juga terdapat kerupuk khas kota ini. Namanya kerupuk Klenteng Tan Tjian Liem.

Masyarakat menyebut kerupuk abang ijo atau kerupuk klenteng saja. Disebut kerupuk abang ijo karena kerupuknya berwarna-warni. Ada putih, merah, kuning, dan hijau. Abang dan ijo berasal dari bahasa Jawa yang artinya merah dan hijau. Disebut kerupuk klenteng karena pabrik kerupuk ini berlokasi di depan Klenteng Hok Swie Bio.

Kerupuk klenteng mulai diproduksi pada tahun 1929 oleh pasangan suami istri Tan Tjian Liem dan Oei Hay Nio. Keduanya merupakan keturunan Tionghoa. Sekarang, usaha pembuatan kerupuk ini diteruskan oleh generasi keempat, yaitu Anton Indarno.

Meski zaman telah berubah, Anton masih mempertahankan resep asli kerupuk ini. Kerupuk uyel yang diproduksi di sini memang memiliki rasa gurih yang khas. Rasanya lebih ringan dibandingkan kerupuk uyel lainnya.

Saat ini memang telah banyak diproduksi kerupuk yang mirip dengan kerupuk klenteng. Namun, rasanya agak berbeda. Kerupuk klenteng yang asli sudah memiliki izin BPOM dan bersertifikat halal.

Karena kekhasan rasanya, kerupuk ini banyak dijadikan oleh-oleh. Pembeli dapat membelinya langsung dari pabrik, atau melalui aplikasi belanja online.

Kandungan Gizi Kerupuk

Selain kerupuk rambak yang dibuat dari kulit sapi atau kerbau, bahan utama kerupuk adalah tepung terigu, tapioka, atau nasi. Bahan itu kemudian ditambah dengan bumbu-bumbu seperti bawang putih dan garam. Untuk menambah rasa gurih serta mempercantik tampilan, biasanya ditambahkan bumbu penyedap dan pewarna.

Berdasarkan artikel yang dimuat di klikdokter.com disebutkan bahwa kerupuk mengandung banyak kalori. Kalori dalam 100 gram kerupuk putih setara dengan kalori dari setengah piring nasi putih. Wah, tak disangka, makanan seringan itu ternyata kalorinya besar sekali ya?

Selain kalori, dalam 100 gram kerupuk mengandung karbohidrat (70 gram), lemak (20 gram), kolesterol (100 miligram), dan garam (1200 miligram). Jika ditambahkan ikan, udang, atau sejenisnya, kerupuk akan mengandung protein hewani sekitar 4 gram.

Sayangnya, kerupuk tidak mengandung vitamin dan serat sama sekali. Meskipun ditambahkan sayuran, kandungan vitamin atau seratnya akan hilang akibat proses pengolahan. Maklumlah, kerupuk melalui proses produksi yang panjang, mulai dari perebusan atau pengukusan, penjemuran, dan penggorengan.

Bahaya Mengonsumsi Kerupuk

Berdasarkan kandungan zatnya, mengonsumsi kerupuk membawa dampak buruk bagi kesehatan. Kandungan lemaknya akan menaikkan kadar kolesterol dalam darah. Garam yang tinggi akan memicu hipertensi. Sedangkan zat aditif juga kurang baik bagi kesehatan. Di samping itu, kalorinya yang tinggi juga tidak bagus bagi mereka yang sedang menjalankan diet untuk menurunkan berat badan. Namun, bukan berarti kerupuk tidak boleh dikonsumsi. Selama tidak berlebihan dan bahan bakunya tidak berbahaya, kerupuk masih aman dikonsumsi.

Nah, untuk mengurangi kalori yang masuk akibat makan kerupuk, harus diimbangi dengan berolahraga. Kalori dari 100 gram kerupuk, dapat dibuang dengan melakukan olahraga bersepeda selama 15 menit atau berlari selama 10 menit. Bisa juga dengan melakukan aktivitas menata dan membersihkan rumah selama 30 menit. Di samping itu, harus diimbangi dengan konsumsi makanan tinggi serat. Misalnya buah dan sayuran.

Untuk mengurangi bahaya yang timbul dari penggunaan minyak saat proses penggorengan, kita dapat menggunakan minyak jagung. Minyak jagung mengandung vitamin E. Dengan mengonsumsi satu sendok makan minyak jagung, sudah dapat membantu memenuhi 15 persen kebutuhan vitamin E. Vitamin E merupakan antioksidan dan berperan dalam menangkal radikal bebas.

Di samping itu, minyak jagung juga memiliki titik didih yang tinggi. Karena itu, sangat cocok digunakan untuk menggoreng. Sebab, titik didih yang tinggi membuat minyak jagung tidak mudah teroksidasi.

Selain itu, saat hendak mengonsumsi kerupuk, kita harus memperhatikan komposisinya. Akan lebih baik jika kita membeli kerupuk dengan kandungan garam yang sedikit.

Meskipun aman, konsumsi kerupuk tetap harus dibatasi. Jangan sampai kecintaan kita terhadap kerupuk akan membahayakan tubuh kita. Padahal, Rasulullah saw. telah melarang kita melakukan hal itu.

لا ضرر ولا ضرار في الإسلام

"Tidak boleh menimpakan bahaya pada diri sendiri dan orang lain dalam Islam." (HR. Thabrani)

Apalagi, Allah Swt. telah memerintahkan kepada kita untuk makan yang baik dan halal. Allah Swt. berfirman dalam Surah Al-Maidah [5] ayat 88,

وكلوا مما رزقكم الله حلالا طيبا

"Dan makanlah dari apa-apa yang telah direzekikan oleh Allah kepada kalian makanan yang halal dan tayib."

Jika ingin memastikan bahwa kerupuk yang kita konsumsi benar-benar aman, dapat dicoba untuk membuatnya sendiri. Misalnya membuat kerupuk udang khas Cirebon seperti yang dimuat dalam fimela.com berikut.

Resep kerupuk udang

Bahan-bahan:

500 gram udang segar, kupas

500 gram tepung tapioka

170 ml air

1 butir telur

2 sdt garam

1 sdm gula pasir

5 siung bawang putih

Daun pisang untuk pembungkus

Cara membuat:

  1. Haluskan udang segar, bawang putih, garam, dan telur menggunakan blender.
  2. Masukkan tepung tapioka, gula dan air sedikit demi sedikit. Uleni hingga semua bahan tercampur merata dan tidak lengket.
  3. Bungkus dengan daun pisang seperti lontong.
  4. Kemudian, kukus selama kurang lebih tiga jam. Angkat dan dinginkan.
  5. Iris tipis adonan dan tata di wadah. Jemur di bawah terik matahari hingga kering.
  6. Goreng kerupuk udang dalam minyak yang cukup panas hingga mengembang dan renyah. Angkat dan tiriskan.

Tips Agar Kerupuk Mengembang Sempurna

Terkadang, kerupuk yang kita goreng tidak dapat mengembang sempurna. Untuk menghindari hal ini, ada beberapa tips yang dapat kita ikuti.

Pertama, pastikan kerupuk dalam keadaan kering. Ada kerupuk yang harus dijemur terlebih dahulu. Namun, ada juga yang bisa langsung digoreng.

Kedua, gunakan minyak yang cukup sehingga semua kerupuk terendam ke dalam minyak. Sesuaikan banyaknya kerupuk yang digoreng dengan banyaknya minyak.

Ketiga, gunakan api sesuai dengan jenis kerupuk. Ada kerupuk yang harus menggunakan minyak panas dengan api besar agar mengembang. Misalnya kerupuk bawang. Ada yang harus menggunakan minyak yang tidak terlalu panas dengan api kecil. Misalnya, kerupuk udang. Ada pula yang harus digoreng dengan dua jenis minyak, yaitu minyak yang masih dingin dan minyak panas. Contohnya, kerupuk uyel atau kerupuk rambak.

Nah, ternyata ada banyak hal yang dapat kita pelajari dari kerupuk. Kriuk dan renyahnya menjadi pengetahuan tersendiri bagi kita. Semoga dari sini kita semakin menyadari betapa sedikit pengetahuan kita, sehingga kita harus terus belajar dan belajar.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Mariyah Zawawi Tim Penulis Inti NarasiPost.Com
Previous
Sistem Zonasi Menuai Polemik
Next
Sri Lanka Bangkrut, Refleksi untuk Indonesia?
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Yuli Juharini
Yuli Juharini
2 years ago

Di rumahku tiada hari tanpa kerupuk

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram