"Rasa buahnya yang pahit membuat sebagian orang tidak menyukai pare. Padahal kandungan gizi di dalamnya tidak bisa dianggap sepele. Selain itu buah unik ini juga memiliki sejuta khasiat dan manfaat."
Oleh. Atien
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Manis jangan lekas ditelan pahit jangan lekas dimuntahkan
Rasa manis dan pahit menjadi hal yang biasa kita temukan dalam kehidupan. Dua rasa tersebut biasa datang menghampiri silih berganti. Rasa manis dan pahit juga bisa datang dari makanan, minuman, buah dan sayuran.
Salah satu sayuran yang memiliki rasa pahit adalah pare. Selain pahit, pare juga memiliki bentuk yang tidak biasa. Meskipun demikian, pare tetap memiliki penggemar setia.
Segalanya tentang Pare
Pare yang memiliki nama ilmiah Momordica charantia merupakan tanaman tropis dan subtropis dari famili cucubitaceae. Tanaman ini banyak ditemukan di Asia Selatan dan Tenggara, Cina, Afrika, dan Karibea.
Pare memiliki banyak nama lokal yang berbeda di setiap daerah. Di Jawa, pare disebut dengan paria, pae, pare pahit, dan pepareh. Untuk wilayah Sumatra dinamai dengan prieu, peria, foria, pepare, kambeh, paria, dan prei. Sedangkan untuk daerah Sulawesi, buah ini dikenal dengan nama poya, pudu, pentu, paria belenggede, dan palia. Bitter melon merupakan sebutan untuk pare dalam bahasa Inggris.
Tanaman pare ini tergolong semak semusim. Daunnya berjenis tunggal dengan tekstur berbulu dan bentuk daun seperti lekuk tangan. Tangkai daunnya memiliki panjang sekitar 10 cm. Batangnya berwarna hijau dengan tekstur sama seperti daunnya dan agak kasar saat masih muda.
Bunga pare berwarna kuning muda. Sedangkan bentuk buah pare bulat panjang dengan kulit berbintil-bintil tak beraturan. Warna kulit buahnya hijau ketika masih mentah dan berubah hijau oranye begitu dia matang. Saat dibelah, bijinya banyak dengan warna cokelat kekuningan. ( Greeners.co, 2/10/2018)
Sebagai tanaman merambat, pare bisa dibudidayakan dengan mudah. Kita dapat memanfaatkan halaman atau pekarangan rumah. Caranya pun cukup simpel, yaitu dengan merambatkannya di sekitar pagar. Buahnya yang berwarna hijau biasa diolah untuk dijadikan sayur oseng dengan dicampur dengan irisan tempe atau tauge. Bisa juga sebagai sayuran pelengkap atau pendamping dalam siomai.
Kandungan Gizi dan Khasiat Pare
Rasa buahnya yang pahit membuat sebagian orang tidak menyukai pare. Padahal kandungan gizi di dalamnya tidak bisa dianggap sepele. Selain itu buah unik ini juga memiliki sejuta khasiat dan manfaat.
Kandungan gizi yang terdapat pada pare meliputi: air, energi, zat besi, protein, zinc, beta-karoten, lemak, karbohidrat, serat, vitamin B1, B3, natrium dan kalium.
Sedangkan khasiat pare di antaranya adalah:
Meningkatkan sistem kekebalan tubuh, melawan infeksi bakteri dan virus, meningkatkan kesehatan pencernaan, meningkatkan kesehatan hati, menormalkan kadar gula dalam darah, mengatasi kanker, mengatasi gejala gangguan pernapasan, meningkatkan kesehatan jantung, membantu mengobati radang kulit (luka), dan menjaga kesehatan mata. ( health.kompas.com, 16/10/2022)
Masyaallah, ternyata kandungan gizi dan khasiat buah pare begitu melimpah. Hal itu menunjukkan betapa besar kuasa Allah Swt. Apa pun yang diciptakan bagi manusia senantiasa ada hikmah yang membawa berkah. Hal itu menunjukkan bahwa rasa pahit yang ada di dalam buah pare bukan sebuah keburukan apa lagi kesia-siaan. Namun, dibalik rasa pahit tersebut ada rasa manis berupa manfaat yang tidak pernah habis.
Prasangka dan Rasa Suka
Baik dan buruknya sesuatu seringkali dikaitkan dengan perasaan suka dan tidak suka manusia terhadap suatu benda ataupun kejadian. Mereka menganggap sesuatu itu baik ketika rasanya manis. Maka dia menyukainya. Sebaliknya, sesuatu itu dinilai buruk karena rasanya pahit lalu dia membencinya.
Begitu juga ketika manusia ditimpa musibah, hal itu dianggap sebuah keburukan. Sebaliknya, ketika menerima rezeki atau hadiah, hal itu dinilai sebagai sebuah kebaikan. Padahal suka dan tidak sukanya manusia kepada sesuatu atau kejadian seharusnya disandarkan kepada penilaian dari Sang Pembuat Hukum yaitu Allah Swt.
Sebab hanya Allah Swt. yang lebih mengetahui apa yang terbaik untuk hamba-Nya.
Hal itu telah Allah jelaskan dalam firman yang artinya: "Boleh jadi engkau tidak menyukai sesuatu padahal bagi Allah Swt. lebih baik bagimu, dan boleh jadi engkau menyukai sesuatu padahal buruk dalam pandangan Allah Swt."
(TQS. Al-Baqarah [2]: 216)
Ibrah Membawa Berkah
Dari ayat tersebut ada ibrah yang bisa kita ambil bahwa apa pun yang Allah Swt. perintahkan kepada umat Islam pasti membawa kebaikan. Begitu juga dengan larangan-Nya yang wajib dijauhi tentu akan menjaga manusia dari berbagai macam kemaksiatan yang akan menjerumuskannya dalam perbuatan dosa.
Adanya kemaksiatan di tengah-tengah masyarakat merupakan hasil dari penerapan sistem yang batil. Sistem ini memberikan kebebasan bagi penganutnya dalam bertingkah laku dan berbuat sesuatu. Kebebasan ini juga melindungi kebebasan berekspresi atas nama hak asasi. Namun kebebasan di sistem batil ini dibiarkan mengembara ke mana-mana. Akibatnya mereka berani melanggar rambu-rambu aturan agama. Itulah karakter dari sistem kapitalisme liberal yang senantiasa mengagungkan prinsip kebebasan.
Kebebasan dalam sistem kapitalisme sangat jauh berbeda dengan Islam. Di dalam Islam, segala hal diberi batasan. Manusia diikat oleh aturan agama agar kebebasan yang diberikan tidak melanggar ketentuan yang sudah tercantum di dalam Al-Quran dan hadis Nabi. Oleh karena itu dibutuhkan aturan Islam yang menyeluruh agar umat muslim tidak terpengaruh oleh kebebasan yang menyesatkan.
Dengan aturan Islam yang menyeluruh, umat akan terhindar dari godaan setan yang senantiasa mengajak manusia untuk melangkah ke jurang kesesatan tanpa mereka sadari. Peringatan tersebut telah Allah Swt. tuangkan dalam firman yang artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh ia musuh yang nyata bagimu."
(TQS. Al- Baqarah [2]: 208)
Allah Swt. begitu mencintai seluruh umatnya dengan memberikan aturan yang sempurna. Aturan-aturan tersebut bukan hanya membawa kepada keberkahan semata. Namun dia juga menjadi obat penyembuh bagi umat yang pemikirannya sedang sakit. Aturan Islam di ranah kehidupan bermasyarakat mungkin ada yang terasa pahit seperti obat. Akan tetapi dia akan terasa manis pada akhirnya.
Pahitnya rasa pare yang memiliki khasiat begitu manis untuk kesehatan manusia hanyalah sebagian dari luasnya rahasia Allah Swt. yang tiada terkira.
Wallahu a'lam bi ash-shawwab.[]
Pare.. Si pahit yang menggiurkan 🙂