"Sebagai seorang muslim, sejarah dan filosofi dari ketupat dan lepat ini tidak boleh kita jadikan patokan dalam menentukan boleh tidaknya kita mengonsumsinya. Yang harus kita jadikan patokan adalah halal dan tayib tentunya."
Oleh. Mariyah Zawawi
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Seminggu setelah hari raya Idulfitri, sebagian masyarakat ada yang merayakan Lebaran Ketupat. Lebaran ini diadakan pada tanggal 8 Syawal. Biasanya, masyarakat akan menyajikan hidangan ketupat beserta lauk-pauknya.
Selain ketupat, ada pula makanan khas lainnya, yaitu lepat. Sama seperti ketupat, makanan ini juga dibungkus dengan janur atau daun kelapa yang masih muda. Hanya saja, bahan dan bentuknya berbeda.
Sejarah Lepat
Sejarah lepat tidak dapat dipisahkan dari ketupat. Dalam laman wikipedia.org disebutkan, bahwa ketupat dan lepat dikenalkan oleh Sunan Kalijaga sekitar awal abad 15 pada masa Kesultanan Demak. Makanan ini kemudian menyebar ke berbagai daerah di Jawa.
Ketupat atau kupat memiliki makna ngaku lepat (mengaku salah) dan laku papat (melakukan empat perbuatan). Empat perbuatan itu adalah lebaran (membuka pintu maaf), luberan (berlimpahnya maaf), leburan (saling memaafkan), dan laburan (membersihkan kesalahan).
Setelah mengaku salah yang disimbolkan melalui ketupat, diikuti dengan menutup rapat atau melupakan kesalahan-kesalahan itu. Hal ini disimbolkan melalui lepat. Lepat, lepet (Jawa), atau leupeut (Sunda), bermakna silep kang rapet (simpan dengan rapat).
Karena itu, lepat dibungkus dengan janur dan diikat dengan tali dari bambu yang kuat. Janur bermakna jaa-a nur (telah datang cahaya) atau hadirnya kesucian. Sedangkan tali dari bambu menunjukkan kuatnya ikatan.
Dengan saling bermaafan dan melupakan kesalahan yang pernah dilakukan, akan tercipta persaudaraan yang kuat, kesopanan, serta keseimbangan. Hal ini digambarkan oleh lepat yang berbahan ketan putih, kelapa parut, serta garam. Ketan yang lengket menggambarkan hubungan yang erat. Kelapa menggambarkan kesopanan. Sedangkan garam menggambarkan keseimbangan.
Sebagai seorang muslim, sejarah dan filosofi dari ketupat dan lepat ini tidak boleh kita jadikan patokan dalam menentukan boleh tidaknya kita mengonsumsinya. Yang harus kita jadikan patokan adalah halal dan tayib tentunya. Sebab, hal ini telah diperintahkan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya dalam Surah Al-Baqarah [2]: 168,
"Hai manusia, makanlah apa yang ada di bumi, yang halal dan tayib."
Kandungan Gizi Lepat
Lepat dibuat dari beras ketan putih, kelapa parut, dan garam. Perpaduan bahan-bahan ini membuat lepat terasa gurih. Dalam perkembangannya, ada beberapa variasi lepat. Di Jawa Barat ada lepat kacang tanah. Sedangkan di Jawa Timur dan Madura ada lepat kacang tolo. Nah, berikut ini resep membuat lepat kacang tolo dari laman briliofood.net.
Resep Lepat Kacang Tolo
Bahan-bahan yang dibutuhkan:
1 kg beras ketan putih yang telah dicuci dan direndam selama 1 jam
2 butir kelapa agak muda (mengkal) yang telah diparut
100 gram kacang tolo, dicuci dan direndam hingga agak lunak
2 sdt garam
Janur dan tali rafia secukupnya
Cara membuat:
- Campur semua bahan jadi satu, kemudian aduk hingga rata.
- Bungkus bahan lepat menggunakan janur. Kemudian ikat yang kuat dengan tali rafia.
- Rebus lepat selama minimal dua jam. Setelah matang, angkat dan tiriskan.
Meskipun bahan-bahan yang digunakan sederhana, tetapi lepat juga bergizi, lho. Nah, satu bungkus lepat ketan akan menghasilkan energi sebesar 96 kilokalori. Berikut ini kandungan nutrisi dalam satu bungkus lepat ketan seberat 40 gram menurut organisasi.org. Nutrisi itu berupa 3,1 gram protein, 20,5 gram karbohidrat, 0,2 gram lemak, 8,2 miligram kalsium, serta 0,65 zat besi. Di samping itu, lepat ketan juga mengandung 2 IU vitamin A dan 0,96 miligram vitamin B1.
Karena itu, lepat ketan dapat dijadikan alternatif penganan yang menyehatkan. Sebab, nutrisi yang terdapat dalam kue tradisional ini sangat bermanfaat bagi tubuh. Ketan, kelapa parut, kacang tolo atau kacang tanah, serta garam, memiliki kandungan gizi yang dibutuhkan dalam menjaga kesehatan tubuh manusia.
Karena beras ketan merupakan komponen utama penganan ini, di sini penulis hanya mengulas manfaat dari beras ketan. Meskipun tidak sebanyak kandungan serat pada beras jenis lainnya, beras ketan juga mengandung serat. Di samping itu, kandungan lemak dan kolesterol pada beras ketan sangat sedikit, bahkan hampir tidak ada. Beras ketan juga tidak mengandung gluten. Gluten merupakan protein alami yang biasa ditemukan pada biji-bijian seperti gandum atau barli.
Karena nutrisi yang dikandungnya, beras ketan memiliki beberapa manfaat bagi tubuh.
Pertama, membantu menurunkan berat badan. Hal itu karena beras ketan rendah lemak dan kolesterol, serta tidak mengandung gluten. Maka, cocok bagi mereka yang tengah menjalani diet untuk menurunkan berat badan. Tidak adanya kandungan gluten dalam beras ketan juga membuat bahan pangan ini sesuai bagi mereka yang tengah diet gluten. Misalnya mereka yang alergi atau sensitif terhadap protein ini.
Kedua, mendukung kesehatan jantung. Kandungan lemaknya yang sangat sedikit, membuat ketan aman bagi jantung. Dalam satu setengah cangkir ketan, terkandung lemak kurang dari seperempat gram.
Ketiga, menguatkan tulang. Beras ketan juga mengandung nutrisi yang dibutuhkan untuk menguatkan tulang. Dalam satu porsi beras ketan, terkandung 2 miligram kalsium, 0,2 miligram besi, 4 miligram magnesium, 9 miligram kalium, dan 7 miligram fosfor. Zat-zat ini dibutuhkan dalam mencegah osteoporosis dan kerapuhan gigi.
Keempat, menghaluskan kulit. Beras ketan mengandung antioksidan yang dapat membantu mempercepat produksi kolagen. Kolagen berperan dalam menjaga elastisitas kulit. Di samping itu, beras ketan juga mengandung beberapa vitamin yang dibutuhkan untuk menjaga kesehatan kulit. Misalnya vitamin C, B1, B2, B6, dan vitamin E. Untuk mendapatkan manfaat ini, beras ketan dapat dikonsumsi atau digunakan sebagai masker dan lulur.
Kelima, meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Antioksidan dalam beras ketan membantu melindungi tubuh dari penyakit. Di samping itu, kandungan vitamin serta mineral juga berperan dalam meningkatkan kekebalan tubuh.
Meski demikian, konsumsi yang berlebihan tetap tidak dianjurkan. Terlebih, beras ketan memiliki indeks glikemik yang tinggi, yaitu 86. Indeks glikemik merupakan skala antara 0-100 untuk mengukur tingkat kecepatan suatu makanan dalam meningkatkan gula darah. Semakin tinggi angkanya, semakin besar pula akibatnya.
Hal itu karena proses penggilingan beras ketan akan memotong lapisan luar yang mengandung serat. Berkurangnya serat menyebabkan naiknya skala indeks glikemik. Karena itu, bagi mereka yang sedang menjalani diet rendah gula, harus berhati-hati dalam mengonsumsi makanan yang berbahan ketan, termasuk lepat.
Demikianlah, Allah Swt. telah memberikan banyak karunia kepada kita. Karunia yang tidak akan pernah mampu kita hitung. Karena itu, kita patut mensyukurinya dengan melakukan ketaatan kepada-Nya, agar dapat meraih rida-Nya.
Wallaahu a'lam bi ash-shawaab.[]