Lebaran: Waktunya Ketupat dan Opor Ayam

"Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat dari bumi, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu." (QS. Al-Baqarah:168)

Oleh. Dia Dwi Arista
(Tim Redaksi NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Lebaran 1443 Hijriah telah berlalu. Rakyat Indonesia yang mayoritas beragama Islam, memiliki makanan khas tersendiri dalam menyambut Idulfitri. Sebagaimana Ramadan dengan kurmanya, Lebaran tak lengkap tanpa ketupat dan opor ayamnya.

Namun, bagaimana ketupat dan opor ayam menjadi makanan khas saat Lebaran? Yuk intip sejarah dan filosofinya!

Asal Menjadi Makanan Khas Lebaran

Dilansir dari cnnindonesia.com, 13/5/2021, opor dan ketupat adalah sajian rakyat bagi para raja. Yang artinya, makanan ini sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Namun sungguh beruntung, sajian kelas atas ini ternyata sudah bisa dinikmati oleh seluruh rakyat. Benar kagak?

Setelah diulik lebih dalam, ternyata ketupat dan opor mempunyai filosofi, sehingga keduanya menjadi makanan khas saat lebaran tiba. Ketupat, makanan dari beras yang bungkusnya berasal dari daun kelapa muda ini, berbentuk belah ketupat. Dalam pandangan masyarakat Jawa, ketupat dianalogikan sebagai perwujudan kiblat papat limo pancer. Maknanya, ketupat menggambarkan empat arah mata angin. Yakni, utara, timur, selatan, dan barat. Namun, hanya satu arah yang dijadikan pusat, yaitu kiblat.

Maka, ketupat menggambarkan ke mana pun seseorang pergi, hanya ada satu tempat kembali, yakni Allah Swt.. Beras dalam ketupat juga mempunyai makna tersendiri. Beras merupakan lambang kemakmuran. Sedangkan warna beras yang putih adalah simbol kebersihan dan kesucian hati.

Kulit ketupat yang berasal dari anyaman daun kelapa muda juga masih mempunyai arti. Anyaman yang rumit digambarkan sebagai jalan hidup manusia yang berliku. Ketika ketupat siap disantap, maka kulit tersebut dibuang menyisakan isinya yang berwarna putih, kemudian disajikan dengan opor ayam. Sajian ini juga melambangkan permintaan maaf dan kembali memulai lembaran baru di hari fitri.

Terdapat satu lagi makna dari ketupat. Dalam bahasa Jawa, ketupat juga disebut sebagai kupat. Yang merupakan kepanjangan dari ngaku lepat, (mengakui kesalahan). Atau kula ndherek lepat dengan arti sama, yakni saya mengakui kesalahan. Sosiolog Sigit Rochadi mengatakan, bahwa ketupat merupakan makanan yang mempunyai simbol permintaan maaf dan menerima maaf.

Sedangkan opor sendiri, adalah makanan yang salah satu bahannya adalah santan. Yang kemudian diartikan sebagai pangapunten atau permintaan maaf. Demikianlah filosofi ketupat dan opor yang digunakan sebagai lambang permintaan maaf pada hari di mana kaum muslim berbesar hati untuk mengakui kesalahan dan menerima permintaan maaf.

Namun, apa pun maknanya, sebagai seorang muslim seharusnya tidak menjadikan sebuah hidangan sebagai patokan dalam beramal. Makanan akan dikembalikan kepada hukum asalnya, yakni halal dan tayib. Selama makanan tersebut halal dan tayib maka boleh untuk disantap. Sebagaimana firman Allah Swt. dalam surah Al-Baqarah ayat 168 yang berbunyi:

"Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat dari bumi, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu."

Sedangkan untuk tradisi, asalkan tidak bertentangan dengan syariat Islam, maka sah-sah saja untuk dilakukan.

Cara Membuat Ketupat

Berdasarkan laman resepkoki.id, untuk membuat ketupat kita membutuhkan selongsong/wadah ketupat dari daun kelapa muda. Kita bisa menganyam sendiri atau langsung membelinya di pasar terdekat.

Bahan:

  1. Selongsong ketupat
  2. Beras
  3. Air secukupnya

Cara Membuat:

  1. Cuci bersih beras secukupnya, lalu rendam beras tersebut sekitar 1-2 jam. Lalu tiriskan.
  2. Buka ujung selongsong ketupat, lalu isi selongsong dengan beras rendaman menggunakan sendok kecil agar mudah. Pastikan selongsong terisi sekitar 2/3 bagian.
  3. Tutup dan rapatkan selongsong, pastikan selongsong tertutup rapat agar beras tidak keluar ketika dimasak.
  4. Masukkan ketupat yang sudah rapat ke dalam air mendidih. Pastikan semua ketupat terendam, agar matang sempurna.
  5. Setelah 2-4 jam, angkat ketupat tiriskan dengan cara digantung, agar ketupat cepat dingin dan bisa dinikmati.

Opor Ayam

Sedangkan untuk opor ayam, terdapat beberapa variasi. Ada yang menggunakan bumbu dasar putih dan kuning, ada juga yang ditambahi dengan cabai agar terasa pedas. Namun di bawah ini, kita coba membuat opor ayam dengan resep bumbu dasar kuning berdasarkan laman kompas.com, (1/5/2022).

Bahan:

  • ½ kg ayam, potong sesuai keinginan
  • 3 butir telur, rebus, kupas
  • 1 btg serai, geprek
  • 1 ruas jari lengkuas, geprek
  • 2 lbr daun salam, remas
  • 2 lbr daun jeruk, remas
  • 500 ml santan kental
  • Lada secukupnya

Bumbu halus:

4 siung bawang putih
7-8 siung bawang merah
3 butir kemiri
1 sdt ketumbar bubuk
1 sdt garam
1 ruas jari kunyit
1 ruas jari jahe
1/2 sdt gula
3 sdm minyak
1/2 sdt kaldu bubuk

Cara Membuat:

  1. Haluskan terlebih dahulu bumbu halus menggunakan blender atau bisa diuleg.
  2. Tumis bumbu halus bersama lengkuas, daun salam, daun jeruk, dan serai hingga harum.
  3. Lalu masukkan ayam yang sudah dipotong dan telur rebus yang sudah dikupas.
  4. Masukkan santan dan air secukupnya. Biarkan hingga ayam matang, tambahkan lada bubuk dan koreksi rasa. Opor telah siap dihidangkan.

Silaturahmi Lanjut dengan Makanan

Lebaran bagi kaum muslim di Indonesia sangat identik dengan mudik, kumpul-kumpul dan saling bersilaturahmi. Baik ke sanak saudara, teman, hingga relasi bisnis. Dan tentu momen silaturahmi tak afdal rasanya jika tanpa sajian makanan. Entah itu makanan ringan seperti kerupuk, keripik, dan kue-kue aneka macam rasa dan warna, hingga hidangan berat seperti bakso, opor dan ketupatnya.

Meski tahun ini lagi-lagi pandemi belum tuntas bersih, tapi hal ini tak menghalangi kaum muslim untuk berbagi dan bersilaturahmi. Kendatipun berembus imbauan silaturahmi tanpa makan-makan, namun agaknya imbauan ini tidak bisa dilaksanakan dengan baik. Sebab, tentu sudah lazim silaturahmi dilanjutkan dengan makan-makan.

Tidak Berlebihan

Memang benar jika Lebaran adalah salah satu momen untuk makan. Namun, terlalu banyak makan, apalagi makanan khas Lebaran yang gurih dan manis dapat mengancam kesehatan. Dan organ yang paling sering terancam kesehatannya ketika Lebaran adalah lambung.

Benar, sebab keadaan lambung yang terbiasa puasa, lalu digempur dengan limpahan makanan secara terus-menerus (bayangkan setiap rumah yang kita singgahi mengharuskan kita mencicipi hidangan di mejanya) lama-lama akan collaps. Alias sakit perut, bahkan lebih parah dapat menimbulkan rasa begah, muntah dan diare.

Oleh sebab itu, makanlah secukupnya untuk menjaga kesehatan lambung kita. Allah pun tidak suka dengan orang yang berlebihan. "Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus di setiap (memasuki) masjid, makan, dan minumlah, tetap jangan berlebih-lebihan. Sungguh Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan." (QS. Al-A'raf:31)[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Tim Redaksi NarasiPost.Com
Dia Dwi Arista Tim Redaksi NarasiPost.Com
Previous
Pesona Al-Reem Island
Next
Kemiskinan Semakin Merajalela, Sistem Islam Solusinya
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram