Sehatkah Daging Mentah atau Setengah Matang untuk Dikonsumsi?

"Oleh karena itu, sudah dapat kita pahami bahwasanya daging mentah ataupun setengah matang berpotensi menjadi sumber penyakit bagi tubuh kita. Namun demikian, proses memasak sempurna (hingga matang) memang tidak menjamin berhasil membunuh semua sumber penyakit yang ada, karena ada beberapa sumber penyakit yang tahan terhadap proses pemanasan. Tetapi setidaknya proses memasak dengan matang telah meminimalisasi risiko cemaran sumber penyakit."

Oleh. drh. Lailatus Sa'diyah
(Kontributor Tetap NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Konsumsi daging mentah atau setengah matang telah menjadi tren dalam dunia kuliner. Hampir setiap restoran menyajikan menu daging yang beraneka ragam dengan tingkat kematangan yang berbeda-beda. Tidak sedikit orang yang menyatakan bahwa lebih berselera mengonsumsi daging setengah matang. Ada juga yang menyatakan daging setengah matang memiliki zat gizi yang lebih tinggi dibandingkan daging yang dimasak sampai matang. Karena menurutnya ada sebagian besar zat gizi yang rusak dengan adanya proses memasak hingga matang. Benarkan demikian?

Preiato(2020) menyatakan bahwa memasak daging dapat mengurangi kandungan vitamin dan mineral tertentu, termasuk thiamin, riboflavin, niasin, natrium, kalium, kalsium, magnesium, dan fosfor. Namun, ada penelitian lain yang menyatakan bahwa kadar mineral lain, khususnya tembaga, seng, dan besi, akan meningkat setelah dimasak. Hal ini bertolak belakang dengan pernyataan yang disampaikan oleh Lombardi-Boccia dkk (2006) yang menemukan bahwa memasak akan menurunkan kadar zat besi pada daging.

Dalam Ilmu pengetahuan, perbedaan hasil atas suatu penelitian adalah hal wajar selama ada alasan yang mendasar. Hal ini dikarenakan adanya variabel yang beda antara penelitian satu dan lainnya. Misalkan faktor metode memasak, human error, cara pencucian daging, cara penyimpanan sebelum dimasak, dan masih banyak faktor lain yang nantinya akan berpengaruh pada hasil pengujian kadar gizi.

Namun demikian, adanya penelitian yang menyatakan kandungan gizi akan hilang selama proses memasak hingga matang, hendaknya tidak dijadikan alasan bagi kita untuk mengkonsumsi daging setengah matang ataupun mentah. Karena ini bisa menjadi sumber masalah baru.

Sumber Penyakit

Menurut Bantawa et al (2018), Daging merupakan sumber protein, asam lemak esensial, mineral dan vitamin yang baik tetapi mudah rusak karena merupakan media yang cocok untuk pertumbuhan berbagai mikroorganisme.

Menurut Shaffer (2021), daging segar memiliki kandungan air yang tinggi sehingga baik untuk pertumbuhan mikroorganisme. Juga umumnya mengandung bakteri, termasuk yang dapat menyebabkan penyakit. Hewan-hewan tersebut secara alami membawa spesies bakteri seperti Salmonella dan E. coli didalam saluran pencernaanya, dan daging mentah dapat terkontaminasi pada proses penyembelihan.

Bakteri patogen yang paling sering ditemukan pada daging sapi adalah Escherichia coli. Strain E. coli O157: H7 adalah bakteri yang tidak umum dan berbahaya yang dapat menyebabkan kerusakan parah pada lapisan usus. Kemudian ada Salmonella, Staphylococcus aureus, dan Listeria monocytogenes juga merupakan mikroba kontaminan yang banyak ditemukan pada daging sapi dan daging unggas, namun beberapa organisme ini dapat dimatikan pada proses pemanasan.

Selain bahaya cemaran mikroba, daging segar juga dapat mengandung parasit dan juga virus yang berbahaya jika dikonsumsi dalam kondisi setengah matang atau bahkan tanpa dimasak terlebih dahulu. Selain itu, ada juga parasit yang umumnya ditemukan pada daging dan produk daging adalah Toxoplasma gondii dan Trichinella spp. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Plaza dkk (2020) terhadap 300 sampel daging yang berasal dari gerai retail di Skotlandia ditemukan DNA Toxoplasma gondii pada 14 persen dari sampel daging.

Jadi, berdasarkan literasi di atas, sudah dapat kita pahami bahwasanya daging mentah ataupun setengah matang berpotensi menjadi sumber penyakit bagi tubuh kita. Namun demikian, proses memasak sempurna (hingga matang) memang tidak menjamin berhasil membunuh semua sumber penyakit yang ada, karena ada beberapa sumber penyakit yang tahan terhadap proses pemanasan. Tetapi setidaknya proses memasak dengan matang telah meminimalisasi risiko cemaran sumber penyakit.

Mungkin sebagian dari kita menjadikan atas dasar "selera" sebagai salah satu alasan dalam mengonsumsi daging setengah matang ataupun mentah. Namun, hendaknya perlu kita pikirkan lagi berkaitan dengan dampak buruk terhadap kesehatan yang akan kita dapatkan.

Anjuran Islam

Daging adalah salah satu bahan pangan asal hewan yang memiliki kandungan protein yang tinggi sehingga sangat baik untuk mencukupi kebutuhan nutrisi tubuh kita. Spesialnya lagi, daging adalah salah satu bahan makanan yang disebutkan dalam Al-Quran. Seperti yang tertera dalam firman Allah dalam surat At-Tur ayat 22 : "Dan Kami beri mereka tambahan dengan buah-buahan dan daging dari segala jenis yang mereka ingini". Dan masih banyak lagi ayat-ayat yang menyebutkannya.

Sebagai seorang muslim, sudah selayaknya kita menjadikan aturan Islam sebagai landasan dalam beraktivitas begitu juga berkaitan dengan memilih dan pengolahan bahan pangan. Bagi seorang muslim ada dua syarat dalam memilih makanan. Sebagaimana firman Allah ta'ala dalam Surat Al- Baqarah ayat 168 : “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan; karena sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu."

Pertama, makanan tersebut harus halal. Halal berkaitan dengan zat nya atau bukan makanan yang diharamkan oleh syariat. Halal cara mendapatkannya yaitu bukan hasil curian. Begitu juga cara menyembelihnya harus sesuai dengan syariat Islam.

Kedua, makanan tersebut harus toyyib atau baik. Makanan yang baik adalah makanan yang tidak membahayakan ketika dikonsumsi. Pengolahan atau memasak daging hingga benar-benar matang adalah salah satu cara menjadikan daging tersebut toyyib untuk dimakan. Dengan adanya teknik pengolahan yang benar, akan mempertahankan kandungan gizi di dalamnya meskipun tidak utuh 100 persen.

Dengan kita senantiasa berusaha untuk memberikan makanan yang halal dan toyyib bagi tubuh kita, insyaallah akan memberikan sumbangsih yang besar terhadap kesehatan hati dan tubuh kita. Ini pulalah yang akan mendorong kita agar senantiasa dapat beraktivitas secara optimal menjalankan kewajiban kita termasuk kewajiban berdakwah menyampaikan ajaran Islam.

Rekomendasi Mengolah Daging

Untuk meminimalisasi bahaya pada makanan akibat kontaminasi bakteri dan parasit lain, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) memberikan rekomendasi dalam mengolah daging dengan tepat adalah :

  1. Jangan mencuci unggas atau daging mentah dengan tujuan menyimpannya dalam kulkas. Mencuci unggas atau daging mentah dapat menyebarkan bakteri ke makanan, peralatan, dan permukaan lain, dan tidak dapat mencegah penyakit.
  2. Mengemas daging sesuai dengan porsi memasak agar lebih mudah pengolahannya. Kemudian membungkusnya dengan rapat.
  3. Sebelum di simpan dalam freezer hendaknya di simpan dahulu dalam chiller selama 2 jam. Kemudian baru di pindah ke freezer.
  4. Memasak unggas dan daging dengan matang, sehingga bakteri dapat terbunuh dengan proses memasak.
  5. Sebaiknya menggunakan termometer pada saat memasak untuk memeriksa suhu yang digunakan dan mengetahui tingkat kematangan pada daging, karena tingkat kematangan daging tidak dapat diamati dengan perubahan warna saja.

Pengolahan bahan pangan dengan benar bertujuan untuk menghasilkan produk olahan yang memiliki nilai gizi yang dapat dimaanfaatkan secara maksimal tanpa merubah aroma, rasa, dan tekstur dari makanan tersebut. Selain itu, yang paling penting lagi adalah makanan olahan tersebut aman untuk dikonsumsi. Wallahua'lam bishowab.[]


Photo : Pinterest

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
drh. Lailatus Sa'diyah Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Stigmatisasi Ulama Viral, Benarkah Radikal?
Next
Larangan Mengundang Penceramah Radikal, Inikah Usaha Membungkam Kebenaran?
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram