"Rhodamine B mempunyai kandungan klorin (Cl). Klorin sangat berbahaya bagi tubuh sebab ia merupakan bahan reaktif. Ketika tertelan ke dalam tubuh, klorin akan berusaha menstabilkan kedudukannya dengan mengikat senyawa lain yang ada di dalam tubuh, sehingga keberadaannya menjadi racun bagi tubuh."
Oleh. Dia Dwi Arista
(Tim Redaksi NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Terasi begitu dipuja oleh penikmat sambal. Meski memiliki bau tak sedap, anehnya sebagian besar dapur di Indonesia malah menyimpannya. Luar biasa.
Terasi yang terbuat dari udang rebon, yakni udang kecil-kecil dan juga ikan kecil, diubah menjadi terasi dengan aroma khas yang menyengat. Terasi ini kemudian digunakan sebagai salah satu bumbu masak untuk menambah rasa dan aroma bagi masakan nusantara. Di antaranya adalah sambal terasi, cah kangkung, bahkan ada juga nasi goreng yang dicampur dengan terasi.
Hebatnya, jangkauan terasi ini sudah seluas nusantara, alias menjadi makanan nasional. Tak heran, salah satu perusahaan makanan memproduksinya besar-besaran, sebab nilai jualnya yang tinggi. Untuk terasi lokal, seperempat terasi dijual dengan harga kisaran 25 ribu rupiah. Cukup murah apa mahal?
Lantas, bagaimana sih awal mula terasi menjadi makanan khas nusantara?
Sejarah
Dilansir dari kompas.com, terasi bermula pada saat Pangeran Cakrabuana dari kerajaan Cirebon mempunyai kegemaran mencari udang rebon, hasil tangkapannya kemudian diolah menjadi terasi sebagai campuran berbagai jenis masakan. Ternyata terasi ini temuan pangeran lho!
Pesona terasi nyatanya tak berhenti di sana, setelah terasi terkenal dan diperjualbelikan di tengah-tengah masyarakat, Laksamana Cheng Ho, panglima Cina yang terkenal dengan keperkasaannya mengarungi samudra, terpikat dengan daya tariknya. Ia pun kemudian membawa terasi kembali ke tempat asalnya, Cina. So terasi merupakan makanan bangsawan. hehehe
Cara Membuat Terasi
Pertama, pisahkan udang rebon atau ikan kecil dari segala kotoran, agar udang bersih dan menghasilkan terasi yang bersih pula.
Kedua, keringkan udang dan ikan kecil tersebut di bawah sinar matahari. Jika sudah setengah kering, angkat.
Ketiga, udang dan ikan kecil yang setengah kering diberi garam, pemberian garam tergantung pada masing-masing daerah. Namun, biasanya berkisar pada 5 hingga 20 persen. Penggunaan garam ditujukan sebagai bahan untuk pengawetan.
Keempat, langkah selanjutnya adalah fermentasi, yang dilakukan selama kurang lebih 18 jam. Setelah itu, udang dijemur kembali selama 6 jam, dan di fermentasikan kembali selama 18 jam lagi. Kemudian dijemur kembali.
Lima, terasi yang sudah dua kali di fermentasi dan dijemur kemudian siap untuk digiling. Setelah tercampur rata, bentuk adonan sesuai selera, bisa berbentuk kubus atau bola, lalu jemur selama 3 jam. Dan langkah selanjutnya, terasi kemudian dibungkus dengan daun pisang.
Keenam, tahapan selanjutnya adalah fermentasi lanjutan selama 30 hari. Adanya fermentasi berulang kali, diharapkan dapat menghasilkan rasa sedap dari terasi.
Inilah cara membuat terasi yang diambil dari buku "Makanan tradisional Indonesia: Kelompok Makanan Fermentasi dan Makanan yang Populer di Masyarakat" karya Eni Harmayani, Umar Santoso dan Murdijari Gardjito (2006) yang diterbitlan Gadjah Mada University Press. Ada yang mau coba?
Manfaat Terasi bagi Tubuh
Banyak yang mengatakan terasi adalah sumber protein. Jika dilihat dari bahan dasarnya, tentu udang memang mengandung banyak protein. Namun tidak benar juga ketika ada yang mengatakan terasi sebagai asupan protein. Sebab, cara pengolahannya yang sangat panjang juga memengaruhi protein yang dikandung dalam udang.
Selain itu, biasanya perhitungan nutrisi dimulai dari 100 gram, pertanyaannya, adakah yang memasak dengan menggunakan terasi 100 gram? hehe. Karena memang terasi hanyalah makanan atau bumbu pelengkap dan penyedap, yang kebutuhannya dalam masakan tidak terlalu banyak. Jadi, terasi tidak bisa digunakan sebagai sumber protein.
Namun tetap saja, menggunakan terasi tidaklah berbahaya, sebab bahan-bahan yang digunakan adalah bahan yang aman untuk dikonsumsi. Kecuali jika bahan pembuatan terasi dicampur dengan bahan yang berbahaya, semisal zat pewarna.
Bahaya Mengancam
Sebenarnya pewarna makanan tidaklah berbahaya. Namun masalahnya, ketika terasi yang kita cintai diberi zat pewarna nonpangan, alias zat pewarna tekstil Rhodamine B, akhirnya terasi tersebut menjadi berbahaya bagi kesehatan. Hal ini sering dijumpai ketika Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) meneliti kandungan terasi dari beberapa pasar tradisional.
Sebagaimana yang pernah diwartakan oleh kompas.com, (26/1/2011) di Bangka ditemukan sejumlah terasi yang menggunakan pewarna Rhodamine B untuk membuat tampilan terasi lebih menarik. Sayangnya, tampilan menarik tak berbanding lurus dengan keamanannya. Sebab pewarna Rhodamine B bukanlah pewarna yang layak dikonsumsi. Namun, ia adalah pewarna tekstil yang dapat berakibat buruk pada kesehatan manusia jika sering dikonsumsi. Seperti menjadi pemicu munculnya kanker getah bening dan gangguan fungsi hati.
Di Indonesia sendiri, melalui Peraturan Menteri Kesehatan, Rhodamine B telah dilarang penggunaannya sejak tahun 1985. Sedangkan WHO juga telah mengumumkan secara resmi bahwa Rhodamine B mengandung logam berat dan unsur kimiawi yang dapat merusak kesehatan. Eropa sendiri juga telah melarang penggunaan Rhodamine B pada makanan, sebab zat aditif ini digolongkan dalam kategori karsinogen yang dapat merangsang pertumbuhan kanker.
Bahaya yang ditimbulkan Rhodamine B ini begitu besar, hingga tak hanya sebagai pewarna makanan, Rhodamine B juga tidak aman sebagai pewarna kosmetik. Parahnya, unsur berbahaya yang ada dalam Rhodamine B tak hanya terdapat dalam senyawa organiknya, bahkan senyawa anorganik dan ketika ia terkontaminasi dengan senyawa anorganik lainnya pun akan menimbulkan dampak berbahaya.
Rhodamine B juga beredar dengan nama-nama yang berbeda, seperti Tetra ethyl rhodamine, Rheonine, D and C red no. 19, C.I. Basic Violet 10, Food Red 15, ADC rhodamine B, Aizen Rhodamine, dan Brilliant Pink.
Bahaya Rhodamine B
Rhodamine B mempunyai kandungan klorin (Cl). Klorin sangat berbahaya bagi tubuh sebab ia merupakan bahan reaktif. Ketika tertelan ke dalam tubuh, klorin akan berusaha menstabilkan kedudukannya dengan mengikat senyawa lain yang ada di dalam tubuh, sehingga keberadaannya menjadi racun bagi tubuh. Ketika senyawa tubuh tersebut diikat, ia tidak bisa berfungsi sebagaimana seharusnya, akhirnya kinerja tubuh menjadi tidak optimal.
Ketika senyawa Rhodamine B berada di dalam makanan, yang kemudian masuk ke dalam tubuh, maka akan menimbulkan:
- Iritasi saluran pernapasan
- Bibir kering, pecah, terkelupas, gatal hingga iritasi kulit
- Keracunan
- Iritasi mata
Oleh karena itu, memilih terasi yang baik dan aman harus mengetahui ciri-ciri terasi yang sudah tercemar oleh pewarna Rhodamine B. Ciri-cirinya adalah :
- Warna merah segar
- Warna merah tidak merata
- Keras ketika terasi yang diberi pewarna Rhodamine B disimpan terlalu lama, warna merah pun agak memudar.
- Tekstur agak kasar
Jadi pilah dan pilih makanan yang tidak mengandung zat-zat berbahaya, agar tubuh kita dan keluarga tetap sehat.
Tubuh Sehat Dambaan Kaum Muslimin
"Dan makanlah dari apa yang telah diberikan Allah kepadamu sebagai rezeki yang halal dan baik, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya." (Al-Maidah:88)
Allah Swt. telah memerintahkan kaum muslimin untuk memakan makanan yang halal lagi tayib, yakni makanan yang tidak dilarang Allah Swt. untuk dikonsumsi oleh kaum muslimin. Juga makanan yang baik untuk tubuh, tidak meninggalkan mudarat bagi kesehatan. Dengan demikian ketika kaum muslimin gemar dengan terasi, maka carilah terasi yang baik dikonsumsi dan tidak mengandung zat-zat berbahaya seperti pewarna makanan Rhodamine B, boraks dan lain sebagainya.
Sebab, hanya setitik Rhodamine B yang masuk ke dalam tubuh kita lewat terasi atau makanan lain, maka ketika berlangsung dalam waktu yang lama, dapat berpengaruh pada kesehatan tubuh. Sedangkan kaum muslim sendiri, bahkan manusia pada umumnya, sangat mendambakan raga yang sehat tak berpenyakit. Dengan tubuh yang sehat, ibadah, muamalah akan berlangsung dengan baik, kenikmatan akan berlipat.
Allahu a'lam bis-showwab[]