"Beberapa manfaat yang didapatkan dari rutin mengonsumsi kapurung, antara lain mencegah penyumbatan pembuluh darah, menyehatkan kulit, menunjang kesehatan saraf, dan bertindak sebagai antioksidan."
Oleh. Dian Afianti Ilyas
(Tim Redaksi NarasiPost.com)
NarasiPost.Com-Kekayaan alam dan hasil hutan Indonesia yang melimpah ruah, seyogianya membenarkan bahwa Indonesia layak mendapatkan julukan gemah ripah loh jinawi. Keberlimpahan sumber daya alam hayati yang tersebar di setiap daerah di Indonesia, tak ayal turut memengaruhi kemunculan aneka ragam kuliner nusantara.
Salah satu daerah yang kaya akan ragam kuliner adalah Sulawesi Selatan. Jika mendengar Sulawesi Selatan disebut, orang-orang akan langsung terbayang pada kuliner khasnya yang fenomenal, coto makassar dengan isian daging atau jeroan sapi yang dipadukan dengan kuah kacang yang kental. Padahal, bagi mereka yang mengaku sebagai pecinta kuliner, "wajib" kiranya untuk mencicipi salah satu menu primadona masyarakat Luwu, Sulawesi Selatan, yaitu kapurung.
Kapurung atau biasa disebut pugalu adalah makanan khas yang terbuat dari sari atau tepung sagu. Makanan ini mirip dengan papeda khas Papua atau sinonggi di Kendari. Sagu yang sudah diberai dalam wadah kemudian dilarutkan dengan air panas, diaduk dengan teknik tertentu hingga kenyal, lalu dibentuk bulat-bulat kecil menggunakan sumpit dari bambu yang disebut pidui.
Sagu yang sudah dibentuk bulat-bulat kecil tersebut di tempatkan dalam wadah yang berisi sayur-sayuran yang direbus. Untuk menambah cita rasa, beberapa bahan lainnya perlu ditambahkan, seperti garam, kacang goreng yang sudah ditumbuk, patikala, perasan jeruk nipis, tomat dan cabai, juga suiran ikan masak. Semuanya diaduk menjadi satu dalam wadah. Hidangan yang satu ini sangat cocok disantap pada saat cuaca dingin.
Walau terkategori makananan tradisional, kapurung memiliki banyak penggemar. Buktinya, sejumlah warung makan di Makassar menjadikan kapurung sebagai salah satu menu yang ditawarkan ke pelanggan.
Sejak zaman dahulu, kuliner ini sudah menjadi makanan pokok masyarakat Luwu. Namun seiring waktu berjalan, makanan ini tergantikan oleh nasi. Saat ada acara pernikahan atau acara keluarga, kapurung tak pernah absen dari menu yang disajikan oleh tuan rumah.
Bagi masyarakat Luwu yang merantau ke luar daerah, berkumpul bersama para perantau lainnya adalah saat yang ditunggu-tungu. Ma' kapurung (membuat kapurung) menjadi penghibur untuk melepas kerinduan akan kampung halaman.
Sagu di Tana Luwu
Sejak dahulu, Tana Luwu memiliki potensi agrikultural yang tinggi. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya lahan yang ditumbuhi tanaman sagu.
Bulbeck et al (2006) dalam hipotesisnya menuliskan bahwa pusat pemerintahan Kerajaan Luwu pernah dipindahkan ke daerah Pattimang-yang kaya akan sagu-dengan tujuan agar suplai kebutuhan sagu warga ibukota Kerajaan Luwu tersebut dapat terpenuhi. Pada abad XVI, diperkirakan penduduk Pattimang mencapai 14.500 jiwa (Sumantri et al).
Pada tahun 1886, produksi sagu mulai mengalami peningkatan akibat permintaan ekspor yang tinggi. Berdasarkan laporan Braam Morris (1888), salah satu negara yang menjadi tujuan ekspor komoditas sagu luwu adalah Singapura. Orang-orang Arab, China, dan Bugis Makassar yang memulai perdagangan sagu antarnegara ini. Berdasarkan data Gubernur Celebes, pelabuhan Palopo tercatat melakukan ekspor sagu kurang lebih sebanyak 15.000 pikul. Dalam sebulan, ada sekitar 12 kapal yang sandar di pelabuhan ini.
Fakta tersebut menegaskan bahwa sagu bukan hanya sekadar kebutuhan makanan pokok, namun menjadi tonggak perekonomian dan turut memengaruhi politik kewilayahan.
Atas dasar potensi sagu yang berlimpah di Tana Luwu inilah, disinyalisasi menjadi cikal bakal munculnya makanan khas kapurung. Masyarakat umum yang kesulitan mengakses padi, mengolah sagu menjadi makanan yang super lezat dan bergizi yang berasal dari hasil kekayaan alam yang ada di darat dan di laut.
Perpaduan yang Sarat Gizi
Nilai asupan gizi yang dikandung dalam kapurung tak perlu diragukan. Hal ini bisa dilihat dari bahan-bahan yang digunakan dalam kapurung. Pertama, sumber karbohidrat yang berasal dari sagu, sumber utama energi yang dibutuhkan oleh tubuh. Bagi para penikmat kuliner yang sedang menjaga berat badan, tak perlu khawatir, sebab nilai karbohidrat yang terdapat dalam kapurung lebih rendah dari nasi.
Kedua, protein yang bersumber dari daging ikan segar yang dicampurkan dalam kapurung. Protein begitu penting bagi tubuh untuk memperbaiki sel-sel yang rusak.
Ketiga, serat dan vitamin yang berasal dari sayur-mayur. Dalam pembuatan kapurung, sayur-mayur yang biasa digunakan adalah bayam, jantung pisang, jagung, pakis, kacang panjang, dan terong yang kaya akan vitamin A.
Beberapa manfaat yang didapatkan dari rutin mengonsumsi kapurung, antara lain mencegah penyumbatan pembuluh darah, menyehatkan kulit, menunjang kesehatan saraf, dan bertindak sebagai antioksidan. Dengan kandungan gizi yang begitu tinggi, rasa gurih dari sayuran, asam yang didapat dari patikala, dan kuah yang pedas menjadi daya tarik tersendiri, tak salah jika kapurung menjadi salah satu menu recommended.
Ketersediaan sumber pangan yang melimpah di alam seyogianya menambah rasa syukur kita atas kekuasaan Allah Ar-Razzaq juga menjadikan kita terpacu untuk senantiasa menjaga lingkungan tempat kita tinggal.
وَنَزَّلْنَا مِنَ السَّمَاۤءِ مَاۤءً مُّبٰرَكًا فَاَنْۢبَتْنَا بِهٖ جَنّٰتٍ وَّحَبَّ الْحَصِيْدِۙ
"Dan dari langit Kami turunkan air yang memberi berkah lalu Kami tumbuhkan dengan (air) itu pepohonan yang rindang dan biji-bijian yang dapat dipanen." (QS. Qaf ayat 9).
Jadi, tertarik mencoba berapa porsi, nih? Kapurung, massapodda Guys!![]