Menemani anak yang mengalami tantrum butuh ilmu, pemahaman, dan kesabaran.
Oleh. Firda Umayah
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com & Penulis Derap Dakwah Umayah)
NarasiPost.Com-Pernahkah anak Ayah dan Bunda mengalami tantrum? Lalu apa yang Ayah dan Bunda lakukan? Dua pertanyaan di atas jika dilontarkan kepada para orang tua pasti akan memunculkan jawaban yang beragam. Iya, jawaban beragam itu bisa terjadi karena cara berpikir orang tua yang berbeda mengenai gejolak emosi itu. Tak hanya itu, sikap orang tua ketika anaknya sedang tantrum pun akan beragam. Lantas, bagaimanakah sikap yang tepat ketika anak sedang mengalami gejolak emosi seperti ini?
Berbagai Pandangan Mengenai Tantrum
Menurut Wikipedia, tantrum ialah ledakan emosi yang bisa terjadi pada anak-anak atau orang-orang yang mengalami kesulitan dalam emosional. Ledakan emosi ini bisa ditandai dengan menangis, berteriak, sikap keras kepala, marah, dan sebagainya bahkan hingga menimbulkan kekerasan.
Menurut Rudolp Dreukurs seorang pakar pengasuhan anak menyatakan bahwa tantrum adalah masalah perilaku yang dialami anak-anak prasekolah dalam mengekspresikan kemarahan mereka. Perilaku ini juga disebut perilaku agresif anak untuk keluar dari zona tidak nyaman. (yankes.kemkes.go.id, 19-08-2022)
Senada dengan di atas, dalam laman yankes.kemkes.go.id juga disebutkan bahwa tantrum merupakan kondisi anak meluapkan kemarahan dan frustasi yang tidak terkendali. Ledakan emosi ini bisa dilihat dari beberapa sikap anak seperti berteriak, melempar, memukul, bahkan menyakiti dirinya sendiri.
Dari beberapa pendapat yang telah disampaikan, secara umum kondisi perilaku tantrum memang terjadi pada anak-anak. Mereka bisa mengalami kondisi tersebut karena beberapa hal. Misalnya tidak mendapatkan apa yang diinginkan, sulit mengekspresikan perasaan, merasa tidak nyaman dengan lingkungan sekitar, atau yang lainnya.
Berbagai Sikap Orang Tua Saat Anak Tantrum
Sebelum tulisan ini mengarah kepada sikap orang tua, perlu dipahami bahwa anak dalam mengekspresikan sikap tantrum dapat beragam. Ragamnya sikap ini bisa berbeda pada tahap usia anak. Anak dengan usia antara 0-3 tahun yang belum memiliki banyak kosakata, biasanya melampiaskan emosi dengan berteriak, menangis, guling-guling, dan sejenisnya.
Baca: Melepas Emosi Negatif
Anak dengan usia 4-5 tahun, biasanya melampiaskan emosi dengan sikap keras kepala, marah-marah, melempar, memukul, menyakiti diri sendiri, dan sejenisnya. Meskipun sebagian anak pada usia ini telah memiliki pembendaharaan kata yang cukup banyak, tetapi sebagian dari mereka belum mengerti arti kata perasaan mereka.
Saat orang tua mengetahui anaknya sedang mengalami gejolak emosi tersebut, tentu orang tua harus tepat dalam bersikap agar perilaku serupa dapat dikendalikan. Orang tua tidak boleh serta-merta mengikuti kemauan anak agar anak berhenti menangis, berteriak, atau yang lainnya. Sebaliknya, orang tua harus memahami terlebih dahulu perkembangan dan pertumbuhan fisik anak.
Iya, hingga usia 5 tahun, sel-sel saraf otak anak masih memerlukan kesinambungan untuk memahami kondisi, situasi, dan makna yang ada dalam kehidupan. Mengajarkan anak agar memahami kondisi perasaannya juga harus diberikan. Misalnya saat ekspresi wajah anak cemberut. Ini bisa menandakan anak tidak suka terhadap sesuatu. Maka orang tua harus menanyakan apa yang membuatnya merasa tidak suka.
Orang tua juga tidak boleh acuh terhadap sikap anak yang sedang meledak emosinya. Sikap acuh orang tua bisa membuat anak merasa tidak diperhatikan sehingga ledakan emosi bisa lebih besar lagi. Maka dari itu, orang tua perlu memperhatikan kondisi anak berdasarkan usia dan perkembangan yang ia miliki.
Menyikapi Tantrum Anak dengan Pandangan Islam
Islam sebagai agama yang paripurna, memandang bahwa anak usia di bawah 7 tahun belum dikatakan mumayiz. Mumayiz adalah kondisi di mana anak telah mampu membedakan hal-hal yang baik dan buruk. Pada usia itu, saraf-saraf otak telah memiliki sambungan yang cukup banyak sehingga anak bisa diajak diskusi.
Sedangkan sebelum usia 7 tahun, anak bagaikan raja yang harus dilayani, diperhatikan, dan diasuh segala kebutuhannya dengan baik. Anak yang belum tamyiz membutuhkan pemberian kosakata dan makna yang lebih banyak agar ia memahami arti dan makna dari apa yang ia ucapkan.
Anak tersebut juga perlu dijelaskan arti setiap ekspresi yang ia munculkan. Misalnya, ketika anak tersenyum, orang tua dapat menjelaskan bahwa anak sedang bahagia. Saat anak menangis, berarti menandakan ia sedang bersedih. Begitu seterusnya. Sehingga, ketika anak mengalami ledakan emosi, anak mengetahui bahwa ia sedang marah, sedih, tidak nyaman atau yang lainnya.
Selanjutnya, saat anak menunjukkan sikap tantrum, maka orang tua dapat melakukan beberapa hal berikut.
- Untuk usia 0-3 tahun, orang tua dapat menjelaskan perasaannya sembari mengalihkan perhatiannya. Misalnya, saat anak berteriak. Orang tua dapat menanyakan apa keinginannya. Jika anak belum mampu menjelaskan dengan tepat, orang tua bisa memberikan pilihan baik agar anak dapat memilihnya. Biasanya anak akan merespons dengan anggukan atau gelengan kepala. Jika anak tidak merespons karena fokus kepada ledakan emosinya, maka setelah anak diajak komunikasi, segera alihkan perhatiannya dengan hal-hal baik di sekitarnya. Anak juga perlu dicium, dipeluk, dan digendong sebab ini akan menenangkan dirinya.
- Untuk usia 4-5 tahun, jika anak menunjukkan ledakan emosi, orang tua harus memperhatikan terlebih dahulu model ledakan emosi anak. Apakah anak melampiaskan dengan memukul, melempar, menyakiti diri sendiri, atau yang lainnya. Orang tua harus menjaga dan melindungi anak dari benda-benda yang membahayakan dirinya. Orang tua harus memahamkan anak bahwa sikap menyakiti diri atau orang lain tidak baik untuk dilakukan. Tenangkan anak dengan menatap matanya sembari mengajak komunikasi terkait penyebab anak melampiaskan emosinya. Jika anak mengalami ledakan emosi karena melanggar aturan rumah yang sudah dijelaskan dan diterapkan sebelumnya, beri dia pemahaman sambil terus ditemani dan didampingi saat anak berusaha menata perasaannya.
- Untuk usia di atas 6 tahun, jika anak masih mengalami tantrum, ajak ngobrol anak dengan bahasa lembut agar anak mau menyampaikan apa yang ia rasakan. Biasanya tidak semua anak mudah mengatakannya. Beri ia waktu sejenak untuk melampiaskan emosinya sembari didampingi dan ditenangkan bahwa orang tua akan senantiasa menunggu curahan isi hatinya.
Penutup
Menemani anak yang mengalami tantrum butuh ilmu, pemahaman, dan kesabaran. Ingatlah bahwa anak yang belum balig masih memiliki keterbatasan dalam menangkap dan memahami kosakata yang ada dalam kehidupan mereka. Sebagai orang dewasa yang telah sempurna akalnya, tidak dibenarkan melakukan tindakan kekerasan atau membiasakan menuruti semua keinginan anak tanpa saringan. Bagaimanapun juga, perkembangan anak dipengaruhi dari pola didik orang tuanya.
Anak dapat menjadi penyejuk hati atau tidak tergantung dari orang tua yang mengasuhnya. Oleh karena itu, orang tua dituntut cerdas dan tepat dalam mendidik anak seperti yang Allah inginkan. Orang tua juga harus senantiasa mengharap kepada Allah agar anak dijadikan penguat iman dan penyejuk hati. Seperti doa yang disebutkan dalam Al-Qur’an surah Al-Furqan ayat 74,
“Ya Tuhan kami, anugerahkan kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyejuk hati, dan jadikanlah kami sebagai imam bagi orang-orang yang bertakwa.”
Wallahu a’lam bishawaab. []
Ketika anak tantrum, yg pertama dilakukan adalah sabar. Selanjutnya sabar, sabar, dan sabar. Sabar sebanyak mungkin sampai anak tenang kembali.. ini kalau saya ya.. hehe..
Barakallah Mbak Firda..
Benar banget mbak Deena. Harus selalu sabar
Baarakallahu fiik mbak Firda. Selalu kereeen naskahnya
Wa barakallahu fiik mbak Netty
Masyaallah tabarakallah Mb Firda, setantrum apa pun anak Islam selalu punya cara mengatasinya. dahulu menyaksikan anak balita mudah tantrum namun berkat kesabaran dan kegigihan ortunya setiap hari justru diantar belajar AlQu'an dan menghafal masyaallah perkembangan sikap signifikan ditujukan sang anak dan gak pernah tantrum lagi bahkan paling rajin,peduli dan penyayang sama saudaranya. Alhamdulillah
Benar, kesabaran orang tua menjadi hal penting dalam membersamai anak-anak dengan semua tingkah lakunya
Masyaallah. Ternyata sebagai orang tua harus punya ilmu dan pemahaman untuk mengatasi anak tantrum. Alhamdulillah, Islam sudah memberikan itu semua. Barakallah mba @Firda, naskahnya jadi tambahan ilmu bagi seorang ibu
Benar, orang tua harus selalu belajar, belajar, dan belajar dalam mendidik anak-anak