Setiap manusia diciptakan memiliki potensi yang sama baik itu akal, kebutuhan jasmani, naluri beragama, naluri mempertahankan diri dan naluri melestarikan keturunan. Tugas orang tua mengarahkan, mengasah, dan mengembangkan potensi tersebut dengan sebaik-baiknya.
Oleh. Sherly Agustina M.Ag.
(Penulis dan Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-"Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci). Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Majusi, atau Nasrani." (HR. Bukhari dan Muslim)
Anak lahir bagai kertas putih, tugas orang tuanya menorehkan hal yang baik dan positif agar kertas putih itu berharga dan indah dilihat. Sehingga banyak orang yang tertarik dan mengaguminya. Mendidik anak itu gampang-gampang susah, banyak hal yang harus diketahui dan dipelajari oleh para orang tua di muka bumi ini.
Anak adalah anugerah yang tak terkira, memilikinya melebihi kita memiliki mutiara mana pun yang paling mahal dan berharga. Terlepas sang anak lahir dengan kecacatan secara fisik maupun sempurna, sebagai orang tua tetap sayang dan harus mensyukurinya. Karena sebenarnya anak itu titipan dari Sang Pemiliknya, yaitu Allah. Ya, anak itu amanah yang harus kita jaga dengan sebaik-baiknya dan sebagai orang tua harus berupaya memberikan yang terbaik apa pun itu.
Manusia tercipta berbeda, itu sunatullah. Begitu pun dengan anak, mereka diciptakan berbeda memiliki keunikannya masing-masing. Memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Maka, jangan selalu menuntut sama pada anak kita dengan anak orang lain. Mereka punya cara sendiri dalam mengekspresikan dirinya, dalam belajar dan lainnya. Keunikan ini yang harus benar-benar dipahami oleh para orang tua agar anak tumbuh dengan sebaik-baiknya.
Tulisan ini renungan untuk saya pribadi, dikaruniai anak 3 yang memiliki karakter masing-masing. Tentu tak mudah, banyak salah, pasti. Tapi, di balik kesalahan yang pernah kita perbuat sejatinya agar belajar lebih baik dan baik lagi. Bukankah, orang yang hari ini berusaha lebih baik dari hari kemarin adalah orang yang beruntung?
Belajar Kesuksesan dari Keterbatasan
Karena anak itu amanah dari Allah, maka kita sebagai orang tua harus fokus memberikan yang terbaik. Baik dari segi memberi asupan yang bergizi, membuat pola dan habits yang baik, mendidik, membekali, menggali potensi dan mengembangkannya untuk kemaslahatan umat serta mempersiapkan mereka menjadi pejuang Islam sejati penakluk Roma. Bekal akidah yang utama diberikan sebagai pondasi agar mereka kuat dan tangguh menghadapi kehidupan, apalagi kehidupan saat ini serba fitnah dan banyak virus bertebaran.
Orang tua berupaya tidak fokus pada kelemahan anak, jadikan kelemahan itu menjadi kekuatan agar anak terus bangkit dan termotivasi menjadi lebih baik setiap waktunya. Biarkan dia melesat dengan caranya, tentu dengan arahan dan bimbingan dari kita sebagai orang tua yang berstandar syariat. Faktanya, banyak yang memiliki kelemahan fisik, tetapi dengan kelemahan itu bisa melakukan yang terbaik.
Misalnya Stephen William Hawking, beliau ahli Fisika Teoritis Bahasa Inggris yang prestasinya sangat terkenal. Walau Stephen menderita penyakit neuron motorik, bahkan sempat diklaim waktu hidupnya dua tahun. Namun, beliau bisa berprestasi dan dikenal dunia. Penyakit neuron motorik yang diderita Stephen menyerang sel-sel saraf yang mengontrol gerakan, sehingga penderitanya sulit menggerakkan lengan, kaki, dan wajah.
Prestasi Stephen di bidang akademik dan penerima penghargaan, salah satunya anggota kehormatan dari Royal Society of Arta, Presidential Medal of Freedom, dan anggota seumur hidup dari Pontificial Academy of Sciences. Hebatnya, Stephen tidak pernah menyerah dan membiarkan mimpinya lenyap karena keterbatasan fisik yang dialaminya.
Semasa hidup, Stephen Hawking menemukan teori relativitas Albert Einstein bahwa ruang dan waktu memiliki awal dan akhir yang pasti. Dari teori tersebut, Stephen dianggap sebagai salah satu ahli fisika teoretis paling cemerlang setelah Albert Einstein. Jika dia mampu, mengapa kita tidak? Fakta ini Allah tunjukkan pada kita sebagai orang yang beriman, bahwa jika kita memaksimalkan potensi yang Allah berikan kepada kita akan menuju pada kesuksesan. Semangat ini yang harus kita miliki dalam mendidik dan membentuk anak kita menjadi orang yang berguna di masa yang akan datang.
Contoh lain, kisah heroik Hellen Keller yang menderit penyakit Rubella atau demam scarket di usia 19 bulan. Akibatnya, Hellen buta, tuli, dan bisu sehingga sulit berkomunikasi dan rentan marah sehingga sulit diajar. Kisah ini hingga difilmkan dengan judul, "The Miracle Worker" oleh Nadia Tass tahun 2000. Hellen dewasa menjadi seorang penulis, aktivis politik, dan dosen Amerika. Bahkan, Hellen pemenang dari Honorary University Degrees Women's Hall of Fame, The Presidential Med of Freedom, The Lions Humanitarian Award. Kisah hidupnya banyak menginspirasi dan meraih 2 piala Oscar.
Bisa dibayangkan, ibu mana yang tak hancur melihat anaknya tiba-tiba menderita penyakit yang membuat anaknya bisu, tuli, dan buta. Secara logika, bagaimana nanti membimbing dan mengarahkannya? Berkat kesabaran yang luar biasa dari ibundanya, Hellen memiliki kemampuan di luar keterbatasan. Banyak hikmah yang bisa kita ambil dari kisah nyata ini, sehingga kita sebagai orang tua terus semangat dan memberikan yang terbaik untuk anak-anak kita.
Belajar dari Ibunda Para Ulama
Ingat, bahwa umat Islam dilahirkan menjadi generasi terbaik. Keterpurukan yang ada di depan mata harus kita ubah sesuai dengan yang Allah jelaskan di dalam Al-Qur'an. Mengembalilkan posisi umat Islam sebagai umat terbaik, maka tugas kita mengarahkan anak-anak kita. Mari kita lihat bagaimana ibunda para ulama mendidik anak mereka hingga menjadi ulama besar yang bermanfaat untuk umat dan dikenal sepanjang masa, di antaranya:
- Ibunda Sufyan ats-Tsaury. Sufyan ats-Tsaury merupakan tokoh besar di kalangan tabi' at-tabi'in. Beliau seorang fakih yang dikenal dengan sebutan amirul mukminin fil hadis (pemimpin umat Islam dalam hadis nabi). Di balik sosok beliau ada seorang ibu salihah yang mendidik dan menginfakkan waktu untuk membimbingnya. Ketika Sufyan tidak memiliki biaya untuk menimba ilmu, ibunya berkata, "Aku yang akan menanggung semua biaya yang dibutuhkan dalam menimba ilmu dari usaha memintalku."
- Ibunda Imam Malik bin Anas. Imam Malik pernah bercerita, sewaktu kecil ibunya biasa memakaikan pakaian dan mengenakan imamah untuknya. Lalu, ibunya mengantarkan Imam Malik kepada Rabi'ah bin Abi Abdurrahman. Ibunya berkata padanya, "Anakku, datanglah ke majelisnya Rabi'ah. Pelajari akhlak dan adabnya sebelum mempelajari hadis dan fikih darinya."
- Ibunda Imam as-Syafi'i. Imam Syafi'i anak yatim yang dibesarkan dan dididik oleh ibunya. Ibunya membawa Syafi'i kecil hijrah dari Gaza ke Mekah, di Mekah imam Syafi'i mempelajari Al-Qur'an dan berhasil menghafalnya di usia 7 tahun. Lalu, ibunya mengirim Syafi'i ke pedesaan yang bahasa arabnya masih murni sehingga bahasa arabnya menjadi tertata dan fasih. Ibunya juga memperhatikan agar Syafi'i bisa berkuda dan memanah, tak heran jika Syafi'i menjadi pemanah ulung yang pernah memuntahkan 100 anak panah dari busurnya dan tak satu pun melesat dari sasaran.
Imam Syafi'i menghafal kitab al-Muwatha di usia 10 tahun, dan di usia 15 tahun sudah diizinkan Imam Malik untuk berfatwa. Kecerdasan dan kedalaman pemahaman yang dimilikinya tak lepas dari peran ibunya yang cerdas dan mempelajari ilmu agama secara mendalam. Walau terbatas dalam hal materi, ibunda Imam Syafi'i tetap memberi perhatian luar biasa terhadap pendidikan anaknya.
Jika mereka mampu, mengapa kita tidak? Bukankah setiap manusia diciptakan memiliki potensi yang sama baik itu akal, kebutuhan jasmani, naluri beragama, naluri mempertahankan diri dan naluri melestarikan keturunan? Tugas orang tua yaitu bagaimana mengarahkan, mengasah, dan mengembangkan potensi tersebut dengan sebaik-baiknya.
Walau sulit mendidik mereka di zaman serba bebas dan fitnah, tapi kita punya Allah. Terus mendekat pada-Nya agar senantiasa mendapat petunjuk. Masih ada waktu, mari berlomba dalam kebaikan hingga bisa mengantarkan anak-anak kita membentuk puzle kehidupan menuju tegaknya syariat. Allahualam Bishawab.
Anak anugerah terindah yang Allah titipkan yang suatu saat akan Allah ambil kembali... anak2 memang mampu menyejukkan hati kedua orang tuanya..
Setiap anak itu unik karena setiap ibu itu cantik
Di balik suksesnya anak, ada peran ibu yang luar biasa, masyaAllah.
Betul ❤️
Ibu adalah madrosatul Ula, Dibalik keuksesan seorang anak, akhlak yang baik adalah dengan melihat bagaimana ibunya Mendidik di mulai dari rumah
That's true ❤️
Benar sekali. Anak yang hebat dimulai dari ibu yang hebat pula. Seperti kisah para ulama terdahulu.
Betul. Semoga kita bisa mencontoh ibunda para ulama..
Semoga bermanfaat, khususnya untuk saya pribadi..
MasyaAllah, tips menjadi ibu yang luar biasa.
Hebatnya ibunda para ulama..
Jazakunnallah Khair mom Andrea, mbak Mila dan seluruh tim NP ❤️
Masyaallah, kisah-kisah teladan dari ibu-ibu para ulama harusnya membuka mata kita bahwa orang tua harus benar-benar memprioritaskan pendidikan terbaik bagi anak-anaknya. Meski mungkin agak sulit menjadi seperti mereka di zaman ini, tapi wajib berusaha ya.
Benar, reminder untuk saya pribadi..