Istri harus selaras dalam setiap keputusan yang diambil oleh suami demi keharmonisan bangunan keluarga, selama tidak bertentangan dengan syariat.
Oleh. Aya Ummu Najwa
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Miris, hari-hari ini begitu banyak fenomena memilukan yang menimpa keluarga muslim. Dari maraknya kasus perselingkuhan, suami membunuh istri atau sebaliknya, hingga anak membunuh orang tuanya. Potret kehidupan yang sungguh jauh dari cita-cita keluarga dalam Islam, yang menginginkan kehidupan sakinah mawadah warahmah. Gambaran keluarga yang kehilangan qawwamah seorang suami/ayah, juga kehilangan kasih sayang istri/ibu.
Kurangnya ilmu dalam mengarungi kehidupan rumah tangga, ditambah kejamnya sistem kapitalisme yang tidak layak untuk kehidupan manusia telah memperparah rapuhnya benteng pertahanan umat paling inti ini. Banyak kita temui, motif yang memicu konflik yang terjadi di dalam keluarga karena kurangnya ilmu pengetahuan suami istri. Istri yang tidak tahu cara menghormati suami, suka mendebat, tidak mau taat, bahkan kadang banyak terjadi nusyuz dan perselingkuhan dari pihak istri. Sementara itu, suami yang tidak memahami bagaimana menyayangi dan memuliakan istri, hanya menjadikan mereka pemuas nafsu, pabrik anak, pembantu, hingga menganggap mereka beban. Selain itu, banyak kita dapati anak-anak yang tak dididik dengan adab-adab Islam, sehingga tumbuh menjadi anak yang bengal dan tak terarah.
Seorang suami adalah pemimpin keluarga. Ia ditunjuk oleh Allah sebagai qawwam yang mempunyai kewajiban menegakkan kepemimpinan dalam keluarga. Istri sebagai tangan kanan suami, harus selaras dalam setiap keputusan yang diambil oleh suami demi keharmonisan bangunan keluarga, selama tidak bertentangan dengan syariat. Seorang suami dengan dukungan istri, bahu-membahu menjalankan bahtera rumah tangga agar tercipta baiti jannati bagi seluruh anggota keluarganya.
اَلرِّجَالُ قَوَّامُوْنَ عَلَى النِّسَاۤءِ
“Laki-laki (suami) itu pemimpin/pelindung bagi perempuan (istri).”(QS. An-Nisa’: 34)
Adab Istri terhadap Suaminya
Istri dan anak-anak harus mendudukkan seorang suami/ayah sebagai pemimpin yang layak dihormati dan ditaati. Tulisan ini akan dikhususkan menyajikan adab seorang istri kepada suaminya, menurut Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Al-Adab fid Din dalam Majmu'ah Rasail al-Imam al-Ghazali (Kairo, Al-Maktabah At-Taufiqiyyah, halaman 442,
آداب المرأة مع زوجها: دوام الحياء منه، وقلة المماراة له، ولزوم الطاعة لأمره، والسكون عند كلامه، والحفظ له في غيبته، وترك الخيانة في ماله، وطيب الرائحة، وتعهد الفم ونظافة الثوب، وإظهار القناعة، واستعمال الشفقة، ودوام الزينة، وإكرام أهله وقرابته، ورؤية حاله بالفضل، وقبول فعله بالشكر، وإظهار الحب له عند القرب منه، وإظهار السرور عند الرؤية له
“Adab istri terhadap suami meliputi, senantiasa merasa malu, tidak banyak mendebat atau membantah, senantiasa taat perintah suami, diam di saat suami sedang berbicara, menjaga kehormatan suami ketika pergi, menjaga harta suami, harum badan, mulut dan berpakaian bersih di hadapan suami, menampakkan sikap kanaah, menampilkan sikap kasih sayang, senang berhias, memuliakan keluarga suami, melihat suami dengan keutamaan, menerima nafkah suami dengan rasa syukur, menampakkan rasa gembira dan cinta di kala melihat dan berada di dekat suami.”
Adab istri terhadap suami berdasarkan kutipan Imam Al-Ghazali di atas, adalah sebagai berikut,
Pertama, hendaknya seorang istri senantiasa merasa malu terhadap suaminya. Rasa malu ini hendaknya terus dipertahankan meski sudah bukan pengantin baru lagi. Contohnya malu ketika bau badannya mengganggu, malu berpenampilan tidak menarik di hadapan suaminya, malu jika berkata dan berperilaku buruk, dan perilaku-perilaku yang buruk lainnya.
Kedua, tidak banyak mendebat suami. Perbedaan pendapat antara suami istri memang hal yang wajar, bahkan kadang menimbulkan perdebatan antara keduanya. Suami istri memang dianjurkan banyak komunikasi dan diskusi demi kebaikan keluarga. Akan tetapi, harus disadari bahwa pembicaraan yang mengarah kepada perdebatan berkepanjangan akan berpotensi menimbulkan konflik dan kemelut rumah tangga. Seorang istri hendaknya dapat menjaga lisannya di hadapan suaminya. Apalagi jika suaminya sedang menasihati kesalahan istri atau anaknya, hendaknya istri dan anak mendengarkan dan menaatinya. Jangan sampai seorang istri mendebat suami lebih-lebih di hadapan anak-anaknya, hal ini dapat merendahkan kehormatan suami dan contoh sikap yang buruk di hadapan anak-anaknya.
Ketiga, senantiasa taat atas perintah suami. Islam mewajibkan seorang istri untuk menaati suami selama tidak bertentangan dengan syariat Islam. Jika istri mempunyai alasan untuk menolak perintah suami, ia bisa mengajukannya melalui kata-kata dan sikap yang sopan tanpa melukai harga diri suaminya.
https://narasipost.com/family/09/2023/membina-keluarga-bahagia-dunia-akhirat/
Keempat, diam di saat suami sedang berbicara. Ketika suami sedang berbicara, hendaknya seorang istri mendengarkan dengan baik. Apabila ada yang tidak sesuai atau ada yang ingin disampaikannya, maka mestinya meminta izin suaminya terlebih dahulu, bukan langsung memotong kata-kata suami, yang akhirnya menimbulkan amarah pada suami.
Kelima, menjaga kehormatan suami meski ia sedang pergi. Ada kalanya seorang suami harus pergi karena keperluan. Untuk itu, meski suami sedang tidak bersamanya, maka seorang istri hendaknya tetap berperilaku baik dan menghindari perbuatan yang dapat menodai kehormatan suaminya. Ia wajib menjaga dirinya dari hal-hal yang yang dilarang agama, lebih-lebih melakukan aktivitas yang hanya menuruti hawa nafsu, dan hal-hal yang berpotensi menimbulkan fitnah.
Keenam, menjaga harta suami dan tidak mengkhianatinya. Seorang istri diibaratkan tangan kanan suaminya. Ia adalah orang yang seharusnya menjadi pihak terpercaya bagi suami. Sudah seharusnya, seorang istri penuh hati menjalankan perannya sebagai sahabat yang terpercaya bagi suami termasuk dalam hal harta. Jangan sampai seorang istri menjadi orang yang merugikan suaminya dan menikamnya dari belakang. Lebih-lebih untuk hal-hal yang mubazir atau bahkan hal yang diharamkan, tentu azab Allah akan berlipat baginya.
Ketujuh, menjaga badan dan mulut tetap harum, berpenampilan menarik serta berhias untuk suaminya. Agar suami tetap merasa nyaman ketika berdekatan dengan istrinya, hendaknya seorang istri senantiasa menjaga baik bau badan maupun mulutnya, serta senantiasa berpakaian menarik yang dikhususkan untuk menyenangkan suaminya. Hal-hal tersebut dapat merangsang romantika suami istri yang pudar, sehingga harmonis kembali. Tak harus senantiasa memakai parfum, namun bisa dilakukan dengan selalu menjaga kebersihan badan dan mulut dengan rajin mandi dan membersihkan badan juga pakaiannya.
Kedelapan, menampakkan kanaah. Seorang istri hendaknya tidak menuntut lebih dari apa yang mampu diberikan suami kepadanya. Ia hendaknya mensyukuri berapa pun jumlah atau wujud pemberian suaminya, dengan terus mendoakan dan memotivasi suaminya untuk terus bersemangat dalam hal pemenuhan nafkahnya.
Kesembilan, berlemah lembut dan kasih sayang terhadap suaminya. Kelembutan ucapan serta sikap terhadap suami dapat membantu menjaga keharmonisan rumah tangga. Lebih-lebih jika kondisi suami sedang tidak menguntungkan, seperti fisiknya sedang diuji sakit, ia akan merawatnya dengan kasih sayang, juga jika suaminya sedang terpuruk dalam hal ekonomi hendaklah istri bersabar, mendoakannya, dan menjaga ucapannya, jangan sampai menghina dan merendahkan kehormatan suaminya.
Kesepuluh, memuliakan keluarga dan kerabat suami. Jika suami masih mempunyai keluarga atau kerabat, sudah kewajiban seorang istri untuk memuliakan mereka, tanpa memandang status sosial maupun harta mereka.
Kesebelas, memandang suami dengan keutamaan. Apa pun keadaan suami, sudah seharusnya seorang istri memandangnya dengan keutamaan dan memuliakannya. Jika kondisi suami baik maka bersyukurlah, dan apabila suami tak sesuai dengan ekspektasinya maka bersabarlah.
Keduabelas, menerima pemberian suami dengan rasa syukur dan kanaah. Senantiasa bersyukur adalah sikap terpuji, tidak banyak menuntut dalam hal urusan dunia. Menjaga sikap kanaah akan membuat kehidupan rumah tangga menjadi lebih tenteram dan damai. Meminimalisasi hal-hal yang tidak perlu, dan menjauhi sikap boros. Rasa syukur ini akan membuat suami merasa dihargai jerih payahnya, sehingga akan lebih semangat lagi dalam memenuhi kewajibannya mencari nafkah.
Ketigabelas, menampakkan rasa cinta ketika bersama suami. Hendaknya seorang istri senantiasa bersikap lembut dengan menunjukkan rasa cintanya kepada suaminya. Ini merupakan bentuk upaya menumbuhkan mawadah warahmah dalam rumah tangga.
Keempatbelas, menampakkan rasa gembira dan bahagia di saat melihat suami. Di mana pun dan kapan pun sangatlah penting bagi seorang istri untuk senantiasa menunjukkan rasa gembira dan bahagia saat bertemu dengan suaminya. Dengan demikian suami merasa dihargai dan dicintai.
Demikianlah nasihat imam Al-Ghazali kepada para istri agar menjadi istri yang salihah, yang senang menjunjung tinggi adab, sebagai kewajiban yang harus dilaksanakan oleh seorang istri kepada suaminya. Dengan demikian ia telah mengusahakan keluarga yang sakinah mawadah warahmah dan berupaya menghadirkan suasana surga dalam rumahnya. Begitu pula, seorang istri yang menjaga adabnya terhadap suaminya, sungguh Allah akan memuliakannya.
Wallahu a'lam bishshawab.[]
Masyaallah, sungguh Islam telah mengatur sedemikian rupa istri adalah tawanan yang manis bagi suaminya. Maka tiada hal yg membahagiakan bagi suaminya kecuali berbaktinya seorang istri. Namun buah penerapan kapitalisme terkadang sibuknya istri berkarir dan menjadi tulang punggung kedua bisa merubah sifat sang istri. Kasihan sungguh
Makanya menikah itu ibarat menegakkan separuh agama karena perkara bakti kepada suami tidak mudah.
Seandainya saya dan para istri lainnya bisa mengamalkan keempatbelas tips ini, insyaallah keluarga yang sakinah mawadah warahmah akan terwujud.
Masyaallah, mantep tipnya untuk menjadi istri salehah. Apalagi saat ini di tengah hiruk pikuk keretakan rumah tangga yang luar biasa efek dari kapitalisme.