Menjadi ibu rumah tangga atau wanita karier memiliki konsekuensi masing-masing. Jika ia mampu menjalankan semua peran ini, kebaikan pun akan diraihnya.
Oleh. Mariyah Zawawi
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Tulisan yang membahas karier dan rumah tangga bukanlah tema yang baru. Sudah banyak sekali tulisan tentang hal ini. Namun, penulis berharap, tulisan ini tetap dapat memberi manfaat.
Hidup Adalah Pilihan
Setiap hari, kita akan dihadapkan pada berbagai macam pilihan, mulai dari hal-hal yang kecil hingga yang besar. Misalnya, kita harus memilih antara memakai baju berwarna biru atau cokelat, memasak sayur lodeh atau tumis kangkung. Tentu saja, kita juga harus memilih hal-hal yang berkaitan dengan hidup kita, seperti memilih untuk menjadi bu rumah tangga atau menjadi wanita karier.
Tentunya, setiap pilihan akan ada konsekuensinya. Kita harus mempertimbangkan banyak hal sebelum mengambil keputusan agar tidak timbul penyesalan di kemudian hari. Apalagi, jika hal itu menyangkut masa depan kita dan keluarga.
Demikian pula dengan pilihan antara bekerja dan tidak bekerja bagi seorang wanita. Masing-masing akan membawa konsekuensi. Bukan hanya konsekuensi di dunia, tetapi juga di akhirat. Hal itu karena setiap pilihan akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah Swt.
Mengapa Bekerja?
Bekerja sepertinya sudah menjadi hal yang umum dilakukan oleh kaum perempuan saat ini. Hal itu merupakan salah satu bentuk eksistensi diri mereka. Dengan bekerja, mereka diakui keberadaannya, entah sebagai guru, karyawan, dan sebagainya.
Bekerja juga menjadi salah satu ikhtiar untuk mendapatkan rezeki. Dengan rezeki itu, seorang istri dapat membantu suami memenuhi kebutuhan hidup. Maklumlah, hidup dalam sistem kapitalisme seperti sekarang membutuhkan banyak dana. Selain dana untuk kebutuhan sehari-hari, kita juga membutuhkan dana untuk biaya kesehatan, sekolah, dan lainnya.
Selain itu, bekerja juga menjadi salah satu cara dalam memanfaatkan ilmu yang diperoleh selama dalam masa pendidikan. Misalnya, mengajarkan ilmu dengan menjadi guru, dosen, dan sebagainya. Mereka yang pernah mendapatkan ilmu di bidang kesehatan, dapat memanfaatkan ilmunya dengan menjadi tenaga kesehatan.
Oleh karena itu, wanita yang tidak bekerja dipandang tidak memanfaatkan ilmu yang diperoleh. Hal itu dianggap sebagai sebuah kerugian. Itulah sebabnya, masyarakat pun banyak yang menyayangkan keputusan seorang wanita yang memilih untuk menjadi ibu rumah tangga. Padahal, ia mendapatkan pendidikan tinggi.
Hukum Bekerja bagi Wanita
Islam menempatkan laki-laki dan wanita sejajar di hadapan hukum syarak. Namun, ada hukum-hukum yang diwajibkan atas laki-laki, tetapi tidak pada perempuan. Misalnya, salat Jumat wajib bagi laki-laki, tetapi mubah bagi perempuan. Islam juga mewajibkan laki-laki untuk memberi nafkah kepada mereka yang berada di bawah tanggung jawabnya. Oleh karena itu, bekerja menjadi wajib hukumnya bagi laki-laki.
Sebaliknya, ada hukum yang khusus untuk perempuan yang tidak berlaku bagi laki-laki. Misalnya, hukum tentang wanita hamil dan menyusui. Hal itu karena hanya perempuan yang dapat mengandung dan menyusui anak-anaknya.
Meskipun yang wajib bekerja adalah laki-laki, tetapi seorang wanita juga boleh bekerja. Namun, ada beberapa syarat yang harus ia penuhi yakni:
Pertama, pekerjaan itu tidak bertentangan dengan hukum syarak, seperti bekerja di bidang pendidikan, kesehatan, atau pertanian.
Kedua, mendapat izin dari walinya. Jika ia belum menikah, ayah atau saudara laki-lakinya adalah walinya. Sedangkan jika ia telah menikah, suamilah yang berhak memberikan izin kepadanya.
Kedua, tidak melakukan kemaksiatan saat bekerja. Misalnya, ia harus menutup auratnya secara sempurna, tidak melakukan ikhtilat atau khalwat. Hal ini sesuai dengan hadis riwayat Ahmad dan Ibnu Hibban.
لَا يَخْلُوَنَّ أحَدُكُمْ بِامْرَأةٍ فَإنَّ الشَّيْطَانَ ثَالِثُهُمَا
Artinya: “Janganlah salah seorang di antara kalian berkhalwat dengan seorang perempuan. Sesungguhnya setan akan menjadi orang yang ketiga di antara keduanya.”
Kelebihan dan Kekurangan
Baik menjadi ibu rumah tangga atau wanita karier, keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan bagi ibu rumah tangga adalah memiliki banyak waktu untuk menjalankan perannya, baik domestik maupun publik. Dalam ranah domestik, ia dapat mengurus anak, melayani suami, serta menyelesaikan pekerjaan di rumah dengan tenang. Ia juga dapat mendampingi anak-anak saat belajar dan bermain, serta dapat menyaksikan tumbuh kembang mereka.
Sedangkan dalam ranah publik, ia dapat menjalankan kewajibannya untuk melakukan amar makruf nahi mungkar. Hal itu dapat dilakukannya secara langsung dengan mengisi kajian, melakukan diskusi dengan para ibu, dan sebagainya. Jika ia memiliki keahlian menulis atau membuat video, ia dapat menyebarkan Islam melalui tulisan atau video hasil karyanya.
Namun, tidak jarang ada ibu rumah tangga yang tidak mampu menjalankan perannya dengan baik. Waktu banyak yang dimilikinya habis digunakan untuk melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat, mulai dari menonton televisi sepanjang hari, merumpi dengan tetangga, atau berkumpul bersama ibu-ibu lain hanya untuk makan-makan dan pamer kekayaan. Sedangkan urusan rumah dan anak-anak ia serahkan kepada pembantu.
Kekurangan dari ibu rumah tangga adalah tidak dapat memperoleh penghasilan sendiri. Ia hanya mendapatkan nafkah dari suaminya. Oleh karena itu, ia harus mengelola keuangan dengan baik, sesuai dengan kesepakatan bersama suami.
Hal ini dipandang sebagai kelemahan wanita di hadapan suami. Kondisi seperti ini membuat istri harus selalu menurut kepada suami. Ia tidak bebas melakukan kegiatan sesuai keinginannya. Istri seperti ini juga hanya akan pasrah dengan keadaannya. Ketergantungannya terhadap suami membuatnya tidak mampu berbuat apa-apa, bahkan saat suami berlaku zalim kepadanya.
Pendapat seperti ini muncul dari mereka yang memandang segala sesuatu berdasarkan materi. Semua yang tidak dapat menghasilkan materi, dianggap kurang berharga, termasuk wanita. Padahal, nilai seorang wanita tidak dilihat dari berapa banyak rupiah yang dihasilkannya. Namun, bagaimana ia mampu menjaga kehormatan diri dan keluarganya. Selain itu, bagaimana ia berhasil mendidik putra-putrinya agar siap menerima estafet kepemimpinan dari para pendahulu mereka.
Sedangkan kelebihan wanita karier adalah memiliki penghasilan sendiri. Ia pun leluasa dalam mengelola pendapatannya. Ia dapat menggunakannya untuk memenuhi kebutuhan pribadinya, membantu suami dalam memenuhi kebutuhan keluarga, atau bahkan membantu orang tua atau saudara-saudaranya.
Kekurangannya, waktu untuk keluarga tidak sebanyak yang dimiliki ibu rumah tangga. Terlebih, jika pekerjaannya membuatnya harus banyak keluar rumah, ke luar kota, atau bahkan ke luar negeri. Ia pun terpaksa menyerahkan urusan anak-anaknya ke pembantu dan tempat penitipan anak. Untuk ini, ia harus mengeluarkan dana tersendiri.
Sedikit atau banyak, hal itu akan berdampak terhadap keluarganya. Kelelahan akibat bekerja, terkadang membuat wanita karier tidak dapat mendampingi putra-putrinya secara optimal dalam tumbuh kembang mereka. Hubungan dengan anak-anak pun kurang dekat.
Wanita Karier Sekaligus Ibu Rumah Tangga
Sebenarnya, menjadi wanita karier adalah pilihan yang berat dibandingkan menjadi seorang ibu rumah tangga saja. Hal itu karena seorang wanita yang bekerja tetap tidak dapat melepaskan tanggung jawab dan perannya sebagai istri dan ibu. Ia harus menjalankan dua hal itu sekaligus.
Oleh karena itu, wanita yang bekerja harus mampu mengatur waktu dengan baik. Ia harus dapat menjalankan tugasnya sebagai istri dan ibu. Ia harus memastikan bahwa seluruh kebutuhan suami dan anak-anak terpenuhi. Selain itu, ia juga harus menyelesaikan pekerjaan di rumah, mulai dari memasak, menata rumah, mencuci, dan sebagainya. Pada saat yang sama, ia juga harus mampu menyelesaikan pekerjaannya di kantor.
Di samping itu, ia juga harus tetap menjalankan kewajibannya untuk melakukan amar makruf nahi mungkar. Jangan sampai, bekerja membuatnya lalai dari kewajiban tersebut. Justru, bekerja dapat menjadi sarana yang memudahkan baginya dalam melaksanakan kewajiban tersebut. Bekerja akan memberinya kesempatan untuk bertemu dengan lebih banyak orang dan menyampaikan ide-ide Islam ke mereka. Dengan demikian, memudahkannya dalam mencerdaskan umat dengan Islam.
Hal ini mengharuskannya memiliki fisik dan mental yang kuat, sehingga mampu mengerjakan urusan rumah tangga dan kantor sekaligus. Selain itu, ia sangat membutuhkan dukungan dari suami serta anak-anaknya. Tanpa dukungan mereka, ia akan kelelahan secara fisik maupun psikisnya.
Khatimah
Demikianlah, menjadi ibu rumah tangga atau wanita karier memiliki konsekuensi masing-masing. Jika memilih untuk menjadi wanita karier, ia harus mampu menjalankan peran sebagai istri, ibu, sekaligus pekerja. Jika ia mampu menjalankan semua peran ini, kebaikan pun akan diraihnya.
Namun, bagi mereka yang memilih untuk menjadi ibu rumah tangga, jangan berkecil hati. Kesempatan untuk meraih pahala pun banyak terbuka. Ia akan memperoleh pahala dari melayani suami, mengurus anak-anak, serta pahala mengajarkan Islam kepada orang lain.
Wallaahu a’lam bi ash-shawaab []
Apapun pilihan hidup setiap wanita, harus siap dengan segala konsekuensi dan tanggung jawabnya.
Semangat para wanita! semuanya hebattt! Asal dengan niat karena Allah ya❤️ biar menjalankan "konsekuensinya" happy!
Peran ganda yang harus dijalani seorang ibu sekaligus wanita karir memerlukan kekuatan yang lebih, tak jarang wanita memerankan dengan sempurna keduanya. Maka islam telah mengaturnya, jalankan dan utamakan yang wajib sebab konskuensinya untuk jangka panjang akhirat. Dan seharusnya sistem Islam diterapkan di negara ini agar dapat memenuhi peran dan kewajiban ibu dan ayah. Terutama terpenuhi kebutuhan ekonomi.
Betul sekali. Saat ini bukan kondisi yang ideal bagi ibu. Akibatnya, mereka belum bisa menjalankan perannya secara sempurna karena harus berperan ganda.
Menjadi wanita karier berarti berperan ganda, karena kewajiban seorang ibu mengurus keluarga tetap harus ditunaikan
Betul, butuh kekuatan ekstra untuk menjalankan keduanya.
Betul, menjadi ibu rumah tangga atau wanita karier memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Setiap orang juga punya pilihan untuk memilih satu atau keduanya.
Betul, mbak. Tapi kalau memilih menjadi wanita karier, berarti harus menjalankan dua peran. Lebih berat tanggung jawabnya.
MasyaAllah....memang hidup adalah pilihan. Mau bekerja atau jadi ibu rumah tangga. Saya memilih untuk menjadi ibu rumah tangga, dan tidak berkecil hati.
Sama, mbak. Meskipun kadang dikomentari eman-eman, ilmunya tidak dimanfaatkan. Tapi insyaallah tetap bermanfaat.