Dengan mengendalikan tangis anak akan memahamkan kepada mereka untuk meraih apa pun yang dia inginkan dengan usahanya, bukan dengan menangis.
Oleh. Netty al Kayyisa
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Menangis adalah ekspresi yang sangat wajar bagi anak-anak. Terutama anak-anak yang belum bisa mengungkapkan luapan emosinya dengan kata-kata. Meski menangis adalah hal yang wajar, tetapi orang tua pasti merasa gelisah dan tertekan jika mendengar anaknya menangis. Bahkan karena tangis anak-anak, orang tua menjadi tega memukul, membentak, bahkan menghilangkan nyawa anaknya karena berisik dan kebisingannya.
Tangisan, ratapan, dan jeritan sejatinya adalah senjata anak-anak untuk mendapatkan apa yang dia minta. Dia tidak akan berhenti menangis ketika belum mendapat apa yang diinginkannya. Dan ketika orang tua merasa tersiksa dengan tangisan anak, kepala pening dan ingin meledak marah, maka supaya cepat reda menangisnya orang tua biasanya akan memberikan apa yang dia mau. Dan pada saat itu, orang tua secara tidak langsung mengajarkan kaidah “Menjerit dan menangislah maka engkau akan mendapatkan apa pun yang kamu inginkan”.
Dalam perkembangan selanjutnya, jika hal ini dibiasakan, bisa jadi saat tumbuh besar pun dia akan mengandalkan tangisnya untuk mendapat apa yang ingin dimiliki. Dia akan menjadi pengemis profesional yang hanya dengan menampakkan wajah memelas dan mata berkaca-kaca maka semua orang akan menuruti keinginannya. Berbahaya bukan jika hal ini diteruskan? Maka perlu ada langkah-langkah jitu untuk menghentikan tangis anak agar tidak menjadi kebiasaan dan menjadi karakter saat dia besar.
Selesaikan dengan Kata-Kata
Anak adalah miniatur orang dewasa. Dia memiliki akal dan naluri-naluri yang sama dengan orang dewasa. Hanya saja, kemampuan akalnya belum berkembang secara sempurna. Meski demikian, tetap harus distimulasi dengan benar. Termasuk kemampuan mengungkapkan emosi dan perasaannya. Ketika anak sudah mulai bisa mengeluarkan suara, ajari cara mengungkapkan keinginan meski hanya dengan bahasa isyarat. Misalnya mamam, eek, dan bahasa-bahasa anak kecil yang menunjukkan ekspresi dan keinginannya. Saat usia dua tahun yang kemampuan bicaranya sudah mulai muncul, ajak mereka berbicara, sampaikan dengan kata-kata.
Seiring bertambah usia, ketika dia mulai menunjukkan aksi tantrumnya, biarkan dia menyelesaikan tangisnya dan kembali ajak berbicara, memberi pengertian dengan bahasa yang mudah dipahami dan diterimanya. Kadang mereka butuh ruang dan waktu untuk menangis dan menjerit, maka tak mengapa memberikan kesempatan pada mereka. Setelah tangisnya mereda, orang tua bisa berbicara baik-baik padanya.
Lima Langkah Menghentikan Tangis Anak
Agar dapat berbicara dengan tenang dan mengajarkan cara meluapkan emosi dengan tepat, langkah awal adalah menghentikan tangis mereka. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menghentikan tangis anak di antaranya:
Pertama, jus air mata. Jika anak menangis, maka orang tua bisa mengambil gelas untuk menampung air mata anak. Pilih gelas plastik yang tidak mudah pecah jika direbut dan dibanting ananda. Sampaikan padanya, “Menangislah nak, ibu akan tampung air matamu di gelas ini. Nanti akan jadi jus air mata yang segar. Hhmm... ibu ingin merasakan segarnya jus air mata.”
Kedua, ajari anak tentang frekuensi suara. Jika anak meminta sesuatu dengan berteriak, maka bisa dijelaskan bahwa itu frekuensi suara tinggi. Kemudian minta ananda untuk berkata lemah lembut, dan jelaskan bahwa itu suara dengan frekuensi rendah. Jelaskan pula kapan anak boleh menggunakan suara dengan frekuensi tinggi, kapan dengan frekuensi rendah. Jika menginginkan sesuatu, mintalah dengan suara rendah, bukan dengan berteriak yang merupakan suara tinggi. Orang tua juga bisa menguatkan dengan hadis Rasulullah yang menyatakan,
"Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah berbicara yang baik-baik atau diam." (HR Al-Bukhari)
Ketiga, kamar kemarahan. Ketika anak meluapkan kemarahan dengan menangis atau meminta sesuatu dengan tangisan, orang tua bisa menyiapkan ruang khusus semisal kamar atau gudang untuk meluapkan kemarahan dan tangisannya. Sampaikan pada anak bahwa jika dia menangis maka ada tempat khusus untuknya dan silakan dipuaskan menangis dan meluapkan amarahnya di ruang tersebut.
Keempat, foto saat menangis. Ambil beberapa foto anak ketika dia tertawa, sedih, menangis dan lainnya. Saat dia tenang tunjukkan foto saat dia menangis. Anak akan merespons berbeda. Ada yang senyum-senyum malu, ada yang tertawa, dan ekspresi lainnya. Katakan pada anak, “Inilah fotomu saat menangis. Sangat jelek dan tidak menyenangkan. Maka jangan sering-sering menangis ya?”
Kelima, berikan tiga menit untuk menangis. Saat anak menangis, sampaikan padanya, “Kamu punya waktu tiga menit untuk menangis. Setelah itu sampaikan kepada ibu apa yang kamu inginkan dan apa yang kamu rasa.”
Semoga dengan beberapa cara ini, bisa menghentikan tangis anak. Menjadikan mereka paham untuk meraih apa pun yang dia inginkan dengan usahanya, bukan dengan merendahkan diri, meminta, dan menangis.
Khatimah
Dalam membersamai tumbuh kembang dan pengasuhan anak dibutuhkan kesabaran. Orang tua jangan fokus pada hasil, tetapi harus bersabar dengan prosesnya. Bisa jadi semua cara sudah kita lakukan untuk menghentikan tangis anak tetapi belum juga berhasil. Jangan lupa senantiasa memohon kemudahan kepada Allah Sang Pemilik hati. Dengan usaha dan doa-doa orang tuanya, semoga mampu melunakkan hati-hati anak kita dan condong kepada kebenaran. Wallahua'lam bishawab.[]
Kalau tips saya, mengigatkan bahwa jika ada masalah, bicara. Bukan dengan tangisan. Jika menangis, saya biarkan sampai tenang sambil mengelus kepala atau punggungnya. Jika sudah kelihatan agak tenang baru mengatakan ,"Jika sudah siap bicara,, mama siap mendengarkan." Memang mesti kreatif jadi ibu menghadapi ulah anak.
Siip! Betul mb, jadi orang tua harus kreatif
Artikel yang sangat bagus.
Next, bahas jika ada tantrum di ruang publik, Ustazah.
Ahahaha.. pernah kejadian teh anak saya guling2 di sardo. Itu semacam supermarket gitu gegara minta jajan yang ga thoyib. Sama bapaknya di suruh diemin aja. Uaduh jadi tontonan dong. Ada yang mencibir dan rasan2 juga. Sampai petugasnya mau nolongin sama bapaknya bilang, "ga usah mbak, mas. Biarkan saja. Hanya umminya yang bisa nenangin dia". Wkwkwk...majulah saya, cuma modal pelukan, dianya sdh diam. He hee he