Wahai Ayah, Penuhilah Nafkah Keluargamu!

ayah, penuhilah nafkah keluargamu

Wahai ayah, sesungguhnya nafkah halal tidak hanya dari sisi zatnya saja, tetapi juga cara memperolehnya.

Oleh. Netty al Kayyisa
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Dalam kehidupan rumah tangga, kewajiban seorang ayah adalah mencukupi nafkah keluarganya. Baik nafkah lahir maupun nafkah batin. Nafkah lahir berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan hidup seperti sandang, pangan, dan papan. Sementara nafkah batin meliputi kebutuhan biologis, kasih sayang, perhatian dan pendidikan sesuai Islam.

Kewajiban ayah ini sebagaimana disampaikan dalam firman Allah surah Al-Baqarah ayat 233 yaitu ;

وَٱلۡوَٰلِدَٰتُ يُرۡضِعۡنَ أَوۡلَٰدَهُنَّ حَوۡلَيۡنِ كَامِلَيۡنِۖ لِمَنۡ أَرَادَ أَن يُتِمَّ ٱلرَّضَاعَةَۚ وَعَلَى ٱلۡمَوۡلُودِ لَهُۥ رِزۡقُهُنَّ وَكِسۡوَتُهُنَّ بِٱلۡمَعۡرُوفِۚ لَا تُكَلَّفُ نَفۡسٌ إِلَّا وُسۡعَهَاۚ لَا تُضَآرَّ وَٰلِدَةُۢ بِوَلَدِهَا وَلَا مَوۡلُودٞ لَّهُۥ بِوَلَدِهِۦۚ وَعَلَى ٱلۡوَارِثِ مِثۡلُ ذَٰلِكَۗ فَإِنۡ أَرَادَا فِصَالًا عَن تَرَاضٖ مِّنۡهُمَا وَتَشَاوُرٖ فَلَا جُنَاحَ عَلَيۡهِمَاۗ وَإِنۡ أَرَدتُّمۡ أَن تَسۡتَرۡضِعُوٓاْ أَوۡلَٰدَكُمۡ فَلَا جُنَاحَ عَلَيۡكُمۡ إِذَا سَلَّمۡتُم مَّآ ءَاتَيۡتُم بِٱلۡمَعۡرُوفِۗ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَٱعۡلَمُوٓاْ أَنَّ ٱللَّهَ بِمَا تَعۡمَلُونَ بَصِيرٞ ٢٣٣

“Seorang ibu selalu memastikan untuk menyusui anak-anaknya selama dua tahun dengan sempurna yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi sandang dan pangan kepada para ibu dengan cara makruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan waris pun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”

Cara Memenuhi Nafkah Lahir

Ada beberapa mekanisme dalam Islam, agar ayah bisa memenuhi nafkah lahir keluarganya dengan layak. Standar layak di sini berkaitan dengan sekitar tempat tinggal. Apa yang menjadi ukuran kebiasaan di wilayahnya, itulah standar kelayakannya. Dari sisi sandang, pangan, dan papannya.

Beberapa mekanisme itu antara lain ;

  1. Melalui kewajiban bekerja. Ayah harus mengupayakan nafkah keluarga dari bekerja. Dengan standar kerja menurut hukum Islam adalah mengerahkan tenaga atau jasanya. Di luar itu tidak termasuk bekerja. Misalnya terjun di dunia hiburan atau olahraga, hobi dan kesenangan. Misalnya menjadi penyanyi, pemain bola, pelawak dan sebagainya.
  2. Melalui waris. Bisa jadi ayah tidak bekerja tetapi memiliki warisan yang besar. Maka harta waris ini juga bisa digunakan untuk memenuhi nafkah keluarganya
  3. Melalu hadiah atau pemberian. Ada kalanya seseorang mendapat hadiah atau pemberian dari orang lain, seperti orang tuanya, sanak saudaranya, kerabat jauhnya, ataupun dari teman sejawat, atasan, dan kolega. Maka harta-harta yang dihasilkan dari pemberian ini sah digunakan untuk memenuhi kewajiban ayah terhadap keluarganya
  4. Melalui pemberian negara

Mekanisme ini ada dalam negara Islam. Ketika negara melihat bahwa tenaga sang ayah dibutuhkan oleh negara dan dia berhak mendapat santunan dari negara, maka negara bisa memberikan sejumlah harta kepadanya. Misalnya seorang Khalifah, muawin tafwid, dan sebagainya.

Pemberian negara ini juga bisa dilakukan ketika sang ayah tidak bisa memenuhi kebutuhan keluarga karena sudah uzur, mengalami kecacatan, sakit yang parah, dan kondisi lain yang tidak memungkinkan bagi ayah untuk bekerja dan tidak ada penanggung nafkah selainnya.

https://narasipost.com/challenge-np/09/2023/peran-wah-seorang-ayah/

Di luar empat mekanisme di atas, tidak ada cara lain bagi ayah untuk bisa memenuhi nafkah keluarga. Perlu dipastikan cara mendapatkan nafkah adalah sebab kepemilikan yang dibolehkan syarak. Bukan sesuatu yang dilarang semisal mencuri, menipu, korupsi, meminta-minta, atau menjual diri.

Selain memastikan cara mendapatkan nafkah yang halal, ayah juga harus memastikan zat yang dikonsumsi keluarganya juga halal. Halal dalam mendapatkan hingga proses siap hidang. Misalnya ketika memakan daging hewan tertentu. Maka ayah harus memastikan dari mana cara mendapatkan, bagaimana proses penyembelihan, dan pemasakannya.

Kisah Penjagaan Ayah terhadap Nafkah Anak

Seorang sahabat nabi yang dikenal dengan nama Abu Dujanah, adalah seorang sahabat yang setiap selesai salat Subuh beliau akan langsung terburu-buru kembali ke rumah. Hal itu dilakukan setiap hari hingga Rasulullah menegurnya. Rasulullah menanyakan mengapa Abu Dujanah tidak pernah mengikuti zikir dan doa bersama Rasulullah, tetapi justru terburu-buru untuk kembali ke rumahnya.

Abu Dujanah menjelaskan jika di rumahnya ada pohon kurma milik tetangganya yang sebagian pohonnya melengkung ke halaman rumahnya. Anak-anak Abu Dujanah setiap bangun tidur merasa kelaparan dan segera memunguti kurma yang berjatuhan dari pohon untuk dimakan. Abu Dujanah tak menginginkan itu terjadi, karena kurma itu milik tetangganya dan sesuatu yang haram untuk dimakan. Maka beliau bergegas pulang sebelum anak-anaknya bangun, mengumpulkan buah kurma yang berjatuhan dan mengembalikan pada pemiliknya.

Sedemikian besar perhatian Abu Dujanah terhadap nafkah berupa makanan kepada anak-anaknya. Tak sekedar zatnya yang diperhatikan kehalalannya, tetapi juga cara memperolehnya. Hal ini seharusnya menjadi teladan bagi para ayah untuk memenuhi nafkah keluarga dengan memperhatikan aspek kehalalan zat sekaligus cara memperolehnya. Wallahu’alam bi showab. []

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com
Netty al Kayyisa Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Orang-Orang yang Terzalimi
Next
Kaum Muslim Berduka, Merasakan Ramadan Tanpa Junnah
5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

7 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Netty
Netty
7 months ago

Jazakillah khoir mom dan seluruh tim NP

Firda Umayah
Firda Umayah
7 months ago

Dalam sistem kapitalisme, semua kondisi bisa terjadi. Ada ayah yang ingin bekerja tapi sulit mendapatkan pekerjaan. Tapi ada juga ayah yang lalai dan bergantung kepada istrinya yang bekerja. Padahal, kalau mau berusaha, Allah pasti memberikan jalan.

Netty
Netty
Reply to  Firda Umayah
7 months ago

Bener banget. Allah tidak akan menyia-nyiakan usaha hambaNya

Dewi Kusuma
Dewi Kusuma
7 months ago

Masyaallah Islam begitu sempurna mengatur kehidupan manusia. Semoga para ayah lebih bertenaga jawab kepada keluarga untuk memberikan nafkah terbaiknya

Netty
Netty
Reply to  Dewi Kusuma
7 months ago

Aamiin..

Dia dwi arista
Dia dwi arista
7 months ago

Hari ini, banyak laki2 yang tak paham kewajibannya. Terkadang merasa jika nafkah harus ditanggung bersama dan menuntut istri untuk ikut bekerja

Netty
Netty
Reply to  Dia dwi arista
7 months ago

Emansipasi jare mb. He he

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram