Hampir semua orang tua merasa iba dalam mengajarkan ibadah puasa kepada anak. Padahal, mengajarkan anak berpuasa akan membawa dampak positif.
Oleh. Mahyra Senja
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Mengajarkan anak berpuasa memiliki tantangan tersendiri. Sebagai orang tua, kita punya tanggung jawab besar dalam mendidik buah hati. Orang tua juga perlu memberikan bekal yang cukup selama bulan suci Ramadan agar bisa memanfaatkan momentum bulan ini untuk mengedukasi anak tentang berpuasa. Ya, kita perlu menjadikan rumah sebagai tempat belajar yang menyenangkan bagi buah hati.
Sayangnya banyak orang tua yang tidak peduli pada anak-anaknya karena terbentur oleh keadaan, kesibukan, dan kurangnya keilmuan. Sehingga penting bagi orang tua untuk belajar parenting dan menjadi seorang pendidik di rumah. Bila kita dihadapkan pada situasi sulit, saat kita meminta anak di usia dini untuk menahan haus dan lapar sehari penuh, pasti melelahkan, dan butuh perjuangan.
Tantangan dalam Mengajarkan Anak Berpuasa
Tidak dapat dimungkiri, kita pasti menemui berbagai macam kendala, misalnya mulai dari anak rewel, merajuk, dan sakit. Kita diuji dengan lapis-lapis sabar yang tiada habisnya dalam mendidik anak berpuasa. Hampir semua orang tua pasti merasa iba dan setengah hati dalam mengajarkan ibadah puasa kepada anak. Padahal, perlu kita ketahui bersama mengajarkan anak berpuasa akan membawa dampak positif.
Manfaatnya anak akan menjadi lebih kuat secara mental dan fisik. Saat puasa, seorang anak diajarkan untuk lebih bisa mengendalikan diri. Sehingga ketika mereka sudah memahaminya di masa yang akan datang, kita sebagai orang tua tidak perlu repot melatih anak agar kuat berpuasa. Sebab, pembiasaan yang sudah kita lakukan sejak dari kecil.
Hanya saja kita tidak boleh mendidik dengan paksaan, kekerasan, dan pukulan. Sehingga anak menjadi trauma dan membenci orang tuanya. Namun, sebaiknya kita merangkul mereka dengan kasih sayang dan cinta agar mereka mudah memahami dan patuh pada orang tuanya.
Bagaimana mendidik tanpa paksaan? Caranya dengan memberikan bonding secara terus menerus pada saat menjelang tidur atau bangun tidur. Kata-kata positif yang sering diulang akan terekam dalam memori sang anak, sehingga akan membuatnya selalu mengingat nasihat orang tua. Anak-anak akan termotivasi untuk belajar. Di sinilah tugas orang tua membersamai anak-anak di rumah. Anak-anak butuh pendampingan sekaligus dukungan agar target ibadah bisa berjalan dengan lancar.
Pengalaman Seru
Pengalaman saya dalam mendidik anak berpuasa di rumah mulai dari persiapan, pelaksanaan sampai penutup, membutuhkan proses dan waktu. Namun, hasilnya lumayan. Anak saya diberikan reward oleh pihak sekolah sebagai siswa yang cerdas secara spiritual karena pada saat persiapan puasa saya menyiapkan jurnal harian untuk progres puasa, ibadah, dan amalan lain di bulan Ramadan.
Saya tidak bosan mengingatkan di saat dia lupa atau lalai. Namun, tidak dengan kekerasan, tapi rangkulan. Ya, saya mengajarkan anak dengan tarik ulur, menahan emosi dan mendoakan mereka. Sehingga akhirnya mereka mau menurut dan terbiasa puasa. Pada saat menjelang lebaran, saya menghitung amalan anak dan memberikan hadiah untuknya. Inilah yang membuat anak bahagia karena target mereka tercapai.
Sahabat, bekal pendidikan agama sejak dini penting untuk diterapkan sebelum akhirnya terlambat. Ya, jika anak kurang mempunyai fondasi agama yang cukup, akibatnya sangat fatal terutama pada moralnya. Anak-anak dilahirkan dengan fitrah yang berbeda-beda, maka kita tidak boleh membanding-bandingkan progres anak dalam berpuasa karena setiap anak berbeda-beda.
Anak yang berusia enam tahun masih dalam tahap belajar berpuasa, maka sebaiknya orang tua mengajarkan anak dengan memberikan jeda waktu di awal puasa, misalnya satu minggu pertama, anak kita buka puasa saat Zuhur dan satu minggu pertama anak kita buka puasa saat Magrib. Kenapa demikian? Sebab, setiap anak butuh proses dan waktu untuk membiasakan diri.
Inilah alasan orang tua harus mempunyai kesabaran ekstra dalam mendidik anak yang sedang berpuasa, dengan memberi jeda waktu, kita bisa merefleksi kemampuan anak dalam berlatih puasa. Tidak terburu-buru memaksakan anak karena berakibat pada mentalnya. Buat kesepakatan pada anak secara tertulis dan dampingi agar anak bisa menjaga puasanya.
Selain itu, tugas kita juga harus menyiapkan nutrisi yang tepat saat sahur dan berbuka puasa yaitu dengan menyiapkan makanan empat sehat lima sempurna dan menu andalan yang istimewa untuk anak, misalnya menu yang enak dan sehat, seperti kurma, puding, buah-buahan, makanan yang kaya protein, dan sayur.
Kita juga perlu menyiasati menu sahur dan berbuka puasa yang bervariasi, enak, dan cukup gizinya. Ingatlah bahwa semua jenis makanan yang disukai anak harus memperhatikan nilai gizinya agar anak kita tetap sehat dan bahagia dalam menjalankan puasa. Menu yang tidak berlebihan dan sehat bisa diolah sendiri dan tidak perlu mahal.
Berbagai tantangan mendidik anak dalam berpuasa memang sangat banyak terutama saat menghadapi anak yang tantrum. Maka, kita perlu menyiasatinya dengan mengatur pola puasa, pola tidur, ibadah aktivitas lainnya. Sebab, tanpa perencanaan yang matang, semua progres tidak akan berjalan baik.
Nah, kita perlu mengatur kegiatan positif yang dilakukan anak saat berpuasa agar tidak jenuh dan bermalas-malasan sehingga mudah membatalkan puasa. Caranya yaitu dengan membuat kegiatan positif dalam berpuasa bersama keluarga. Misalnya mendongeng, mengaji, belajar bersama, membuat takjil, ngabuburit, memberikan reward, dan lain sebagainya.
Sebagai orang tua kita harus kreatif dalam melakukan aktivitas seru yang dilakukan di rumah, misalnya menggambar, joging, nonton, membuat kartu ucapan lebaran atau bermain bersama. Semua hal yang dijalani bersama keluarga pasti menyenangkan. Anak-anak lebih suka didekati dengan hal-hal yang disukai, jadi sebagai orang tua kita perlu mengasihi anak agar mereka patuh pada orang tua dan mau diajarkan berpuasa. Semoga tulisan ini menginspirasi, semangat untuk mengajarkan anak berpuasa.
Wallahu a'lam bishawab []
Kalo anak senang pasti sukses mendidik puasa
Mengajari anak untuk belajar puasa kadang memang penuh drama. Orang tua harus sabar dan paham batasan yang harus dilakukan serta selalu lakukan pendekatan keimanan agar anak menjalankannya dengan rasa senang.
Pokoknya berusaha merayu buah hati selalu bersemangat untuk mencintai Allah