"Bagaimana cara kita mengekspresikan rasa cinta yang ada, inilah amal perbuatan yang menyebabkan munculnya dosa atau pahala. Cinta dapat mendatangkan dosa, namun cinta juga dapat mendatangkan pahala. Cinta yang mendatangkan pahala adalah cinta yang halal diekspresikan kepada pasangan halal kita melalui ikatan pernikahan."
Oleh. Ahsani Annajma
NarasiPost.Com-Yang paling menyakitkan adalah ketika kamu mencintai, namun cinta itu tak pernah terbalas. Kamu telah rela mengorbankan segalanya untuknya, namun cintamu hampir tidak pernah melakukan pergorbanan apa pun untukmu. Kamu telah berjuang habis-habisan, namun cintamu tetap bergeming dan tidak melakukan perjuangan ataupun memperjuangkan sesuatu untukmu. Hingga pada titik terakhir, kamu berada di puncak tertinggi mencintai, namun ternyata kamu mengetahui hal yang sebenarnya bahwa cintamu hanyalah angan-angan kosong.
Hmmm… kebayang nggak dear kalau kita yang menjadi seseorang yang berada dalam kondisi di atas? Mencintai namun tidak dicintai, ealaah…roman-romannya mengingatkan saya pada lagu "cinta dalam hati" yang dibawakan oleh Band Ungu. Katanya sih, mungkin ini memang jalan takdirku, mengagumi tanpa dicintai, heheheh miris banget ya kayaknya. Dear, emangnya seberapa penting sih ngobrol soal cinta itu? Penting banget? Atau bahkan enggak ada penting-pentingnya? Duh, jadi galau ya gara-gara si cinta, banyak kubunya.
Yang perlu kamu tahu dear, segala sesuatu yang Allah Swt. ciptakan itu, tentulah pasti ada tujuannya. Termasuk perihal tentang cinta. Yups, cinta, rasa suka dan ketertarikan adalah sebuah rasa yang Allah Swt. desain untuk manusia. Setiap manusia memiliki rasa cinta atau ketertarikan, bahasa kerennya gharizah nau’. Gharizah nau’ ini sangat penting kita ketahui, seperti apa dalam pandangan Islam, untuk apa? Supaya kita tidak terjerumus dengan apa-apa yang mengatasnamakan cinta. Oke, jangan di skip, yuk baca dan resapi sampai titik terakhir, ya!
Especially Bulan Februari, Ada Apa?
Kalau bicara especially, berarti kita sedang bicara tentang kekhususan sesuatu. Nah, bulan Februari ini lazimnya identik dengan satu perayaan khusus yang dianggap sesuatu yang istimewa dan spesial oleh sebagian besar umat seluruh dunia, khususnya untuk para muda-mudinya nih. Yang tambah mengerenyitkan dahi, Negeri Raja Salman, yang dahulu melarang V-day, kini mereka ikut merayakan Valentine. Setiap etalase toko dipenuhi lautan merah lingerie, ini menandakan virus V-Day telah menjangkiti muslim, sekalipun di negeri yang mayoritas muslim, apakah ini merupakan sebuah kemajuan atau kemunduran? Makin penasaran? Yuk, lanjut…
Bulan Februari bertabur segala hal yang bernuansa serba pink, betul atau betul? Hehe. Kamu ngerasa nggak? Ketika kita berjalan-jalan ke supermarket atau mini market, mal-mal besar, sudah mulai terpampang bingkisan-bingkisan menarik serba pinky untuk perayaan Valentine lho.Tampaknya, momen ini nggak akan dilewati begitu saja oleh para pemilik modal, mereka berduyun-duyun menjual berbagai atribut pelengkap perayaan hari Valentine. Mulai dari berbagai bungkusan cokelat, tak lupa ditambah hiasan seuntai kata-kata romantis, buket bunga yang cantik, pernak-pernik simbol berbentuk hati, gambar dua sejoli pada baju couple dan nggak ketinggalan menariknya adalah promo tiket-tiket taman hiburan, khusus di hari Valentine, pastinya target penjualan itu ditujukan kepada kawula muda.
So, kaum muda seusiamu banyak yang kepincut memburu produk berisi ungkapan-ungkapan manis khas V-Day tersebut, wah… cuan melimpah, para pemilik modal kaya raya, misi pun lancar jaya, ih….apa hubungannya, coba? Hubungannya lebih ngenes lagi nih dear, kabarnya penjualan paket kondom dan cokelat yang dijadikan sebagai simbol perayaan valentine ini meningkat di hari itu (metro,sindonews, 14/2/2022). Nau’dzubillah min dzalik, berarti kan ada sesuatu nih, misi V-day yang lovey dovey ini nggak lain adalah misi bisnis yang dikemas atas nama cinta, sejatinya juga menjadi misi penghancuran generasi. Yuk, mikir!
Sejarah Kelam V-Day
Perayaan V-day sudah kepalang basah Ws tanggal 14 Februari. Padahal, dalam buku “Jangan Jadi Bebek” yang ditulis oleh O.Solihin, V-day ini memiliki latar belakang peristiwa yang bukan berasal dari Islam lho, dear.
Sejarah tentang V-day ini memang masih diselimuti misteri, sebab banyak versi yang menceritakan dan mengangkat sudut pandang yang berbeda. Yang jelas, kisah ini berasal dari sisa-sisa tradisi agama Kristen dan Romawi Kuno. Mereka mengadakan sebuah festival di sebuah tempat bernama “Lupercalia” yang dirayakan setiap tanggal 15 Februari, yang didedikasikan sebagai tanda sembah kepada Dewi Pertanian Romawi. Dalam seremonial Lupercalia itu, terdapat undian perjodohan, di mana setiap pria dan wanita yang tertulis namanya dalam sebuah kertas, berkencan bersama, kemudian melakukan hubungan intim selama festival berlangsung.
Dalam versi lain, dikisahkan ketika agama Kristen masuk Roma, seorang Kaisar Claudius II mengatakan bahwa pria lajang lebih baik untuk menjadi tentara dibanding mereka yang memiliki istri dan keluarga, sehingga ia melarang pernikahan untuk kaum muda. Melihat hal itu, seorang pendeta bernama St.Valentine menyadari tindakan ini merupakan tidak adil, ia menentang kaisar Claudius dan terus memimpin pernikahan untuk para kekasih muda secara rahasia. Hingga akhirnya St.Valntine ini dieksekusi mati pada tanggal 14 Februari. Sebelum dieksekusi mati, dikabarkan ia sempat jatuh hati pada putri sipir penjara, dan mengirimkan ungkapan cinta valentine, hingga kata-kata itu dikenang sampai hari ini (Suara.com, 2/2/2022).
Alih-alih momen romansa pada 14 Februari, justru yang terjadi dalam legendanya terjadi tragedi eksekusi mati. Sudah jelas sekali, hari Valentine ini tidak ada dalam ajaran Islam. Buktinya, dilihat dari sejarah V-day berasal dari tradisi Romawi Kuno yang menganut paham paganisme (paham yang menyembah dewa-dewa). Hati-hati ya, dear!
Budaya V-Day Bukan Budaya Kita
Dear, setelah kita tahu sejarah kelam V-day, miris sekali ya memang. Hari Valentine di tanah air seolah sudah menjadi "hajatan" cinta di antara pasangan muda-mudi yang kondisinya pun tak kalah parah. Laris manisnya penjualan paket kondom dan cokelat menandakan pada hari Valentine ini kental dengan kegiatan seks bebas.
Nggak bisa dimungkiri ya, kalau perayaan sesuatu itu selalu tergantung oleh cara pandang seseorang terhadap kehidupan. Jika sebagian kaum muda memandang bahwa hidup ini adalah sebagai ajang foya-foya, maka perayaan V-day pun nggak jauh-jauh dari sikap hidup hedonis, materialis dan liberalis. Nggak jelas batas halal dan haramnya. Lha, wong agamanya ditinggalin di masjid kok, kan katanya Agama nggak boleh ikut campur urusan anak muda?
Bisa ditarik benang merah alias kesimpulan, mengikuti perayaan V-day ini menyerupai gaya hidup atau budaya orang kafir. Dari Ibnu ‘Umar, Nabi saw bersabda, “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR Ahmad dan Abu Daud). Mungkin ada yang mengelak “ah perayaan V-day yang bebas banget gitu kan adanya di Barat, di Indonesia mah nggak mungkin kayak gitu". Siapa bilang nggak mungkin? Kehidupan liberalisme yang serba permisif, tidak menjamin siapa pun untuk aman-aman saja, sekalipun orang alim, mereka dapat terjerumus juga dalam lembah pergaulan bebas.
Islam Yes!
Dear, kita harus bantu nyadarin kaum muda yang masih terlena dengan perayaan Valentine ini, apalagi yang ngaku agamanya Islam. Jangan sampai tudingan Islam KTP itu benar adanya. Orang Islam, tapi aturan sehari-harinya nggak mau diatur oleh Islam, lha kan bingung mau pakai aturan siapa? Dear, tahu kan kalau hari Valentine sama sekali nggak cocok sama budaya dan ajaran Islam, Rasulullah saw. sebagai sosok teladannya umat Islam bersabda,
لَيْسَ مِنَّا مَنْ تَشَبَّهَ بِغَيْرِنَا
“Bukan termasuk golongan kami siapa saja yang menyerupai selain kami.” (HR. Tirmidzi)
Nahlo, sama Rasulullah aja nggak diakuin sebagai umatnya (bukan golongan kami). Terus, mau jadi golongan siapa dong? Orang-orang kafir itu? Big No ya, dear. Heran, kenapa masih banyak remaja yang masih merayakan hari Valentine ini, ya? Ingat, rasa cinta, ketertarikan yang Allah kasih ke kita itu adalah fitrah. Hadirnya rasa cinta (gharizah nau’) ini sebenarnya tidak salah. Hanya saja, salah atau benarnya penyaluran gharizah ini tergantung dari pemahaman kita sebagai hamba.
Yaps, bagaimana cara kita mengekspresikan rasa cinta yang ada, inilah amal perbuatan yang menyebabkan munculnya dosa atau pahala. Cinta dapat mendatangkan dosa, namun cinta juga dapat mendatangkan pahala, yes. Sebagai muslim, kita memilih yang mana? Pastinya, memlih yang mendatangkan pahala dong, ya? Cinta yang mendatangkan pahala adalah cinta yang halal diekspresikan kepada pasangan halal kita melalui ikatan pernikahan.
Tak hanya dalam ikatan pernikahan. Untuk yang masih jofisa, alias jomlo fi sabilillah, kita bisa mengekspresikan rasa cinta kepada orang tua, adik-kakak kita, dan juga sesama kaum muslim. Ini adalah bentuk cinta yang berpahala lho. Tentu sebagai orang yang mengaku beriman, kita pengen kan, dapat pahala sebagai tiket untuk sampai pada final destination, yaitu surga? Jangan sampai kita ikut-ikutan budaya yang bukan berasal dari Islam, karena nanti di yaumil akhir kita nggak akan dianggap oleh Rasul sebagai golongannya, itu pesan dari Nabi kita tercinta.
Sebagai seorang pemuda muslim yang mengimani Allah dan hari akhir, tentu saja kita nggak pantas mengikuti budaya yang nggak jelas juntrungannya, terlebih adalah produk peradaban Barat sekuler (memisahkan agama dari kehidupan). Valentine’s day ini hanyalah sarana dari sekian banyak sarana sebagai alat penjajahan Barat yang notabene "hobi" menghancurkan generasi Islam, paling tidak dari sisi budaya dan gaya hidup. Wallahu'alam.[]
photo : unsplash