Noktah Kesombongan

Noktah kesombongan

Menjaga hati dari benih-benih kesombongan di tengah taburan harta, kuasa, kecerdasan, ketampanan, maupun kecantikan terkadang sulit dilakukan. Namun, hal itu juga bukanlah sesuatu yang tidak mungkin, apalagi bagi seorang muslim yang tertancap takwa di dadanya. Syariat Islam pun mengingatkan beberapa perkara kepada setiap muslim agar mampu menjaga hati dari noktah kesombongan.

Oleh. Sartinah
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com& Penulis buku Rempaka Literasi)

NarasiPost.Com-Sahabat, masih ingatkah dengan film Titanic yang sangat terkenal di tahun 1997 silam? Sebuah film yang salah satunya menonjolkan sisi kemewahan kapal pesiar dengan desain yang sangat canggih di masanya. Tak hanya canggih, RMS Titanic juga merupakan kapal yang mewah dan besar, harga tiketnya pun terbilang sangat mahal. Sayangnya, mahakarya nan luar biasa itu membuat sang perancangnya, Thomas Andrews, jemawa.

Dengan penuh percaya diri, sang perancang menyebut bahwa RMS Titanic dibuat kedap air sehingga tidak mungkin tenggelam, bahkan oleh Tuhan sekalipun. Sayang seribu sayang, apa yang dibanggakan oleh Thomas Andrews justru menjadi petaka baginya dan menjadi duka banyak orang. Kapal super mewah itu menabrak gunung es dan tenggelam pada saat pelayaran perdananya. Banyak orang akhirnya beranggapan bahwa tenggelamnya RMS Titanic adalah karma bagi sang perancang. Ia berani menantang Tuhan karena keangkuhannya.https://narasipost.com/story/01/2021/jumawa-manusia/

Sejatinya manusia hanya bisa berencana dan berusaha semampunya, dari ratusan hingga ribuan kali dalam hidupnya. Namun, Allah-lah yang akhirnya menentukan takdir bagi setiap manusia. Tidak ada seorang pun yang berhak memutuskan takdir bagi dirinya, termasuk sang perancang RMS Titanic, Thomas Andrews. 

Sayangnya, di kehidupan yang jauh dari penjagaan Islam saat ini, pewaris-pewaris Thomas Andrews justru kian banyak. Benih-benih kesombongan terus disemai, dipupuk, dan disuburkan oleh makhluk bernama manusia. Dari  yang berharta, hingga mereka yang hanya rakyat jelata. Sadar atau tidak, sembunyi ataupun terang-terangan, sifat itu terkadang menyusup tanpa suara dan mengendap di relung hati manusia. 

Potensi Kesombongan

Sombong adalah salah satu sifat tercela yang tidak disukai Allah. Bahkan, seorang raja yang hidup pada zaman Nabi Ibrahim, yakni Namrud, diazab oleh Allah karena kesombongannya. Tak dimungkiri, dalam kehidupan yang serba kapitalistik saat ini, banyak orang bisa berubah menjadi sombong atau memiliki potensi kesombongan yang lebih besar dari orang lainnya.

Pertama, orang kaya. Orang kaya memiliki potensi yang lebih besar untuk sombong dibandingkan dengan orang miskin. Kita tentu sering mendengar istilah "kesombongan feodal" yang berkembang di masyarakat saat ini dan disematkan pada orang-orang kaya. Keangkuhan mulai muncul ketika seseorang merasa lebih unggul dari mereka yang berasal dari kelas sosial yang lebih rendah. Makin banyak harta yang dimiliki, potensi kesombongannya pun makin besar. Makin kaya seseorang, makin terancam hancur oleh kesombongan. 

Kedua, orang yang memiliki kuasa. Orang yang diberikan amanah kekuasaan memiliki potensi lebih besar untuk sombong ketimbang orang yang tidak memiliki kekuasaan. Mungkin kesombongan jenis ini sudah lumrah terjadi di tengah masyarakat. Lihat saja tuan-tuan terhormat yang duduk di singgasana kekuasaan. Saat berburu empati rakyat mereka bisa sangat ramah, tetapi ketika sudah duduk di takhta kekuasaan, mereka makin lupa bagaimana cara berdiri sejajar dengan orang lain. 

Ketiga, orang yang berilmu. Seseorang yang diberi kepandaian dan kecerdasan menjadi yang selanjutnya berpotensi sombong. Dalam bahasa masyarakat, mereka dikenal memiliki "keangkuhan intelektual". Mungkin banyak orang tahu bahwa salah satu cara setan menyesatkan manusia adalah dengan harta dan keserakahan pada dunia. Namun, tampaknya tidak banyak yang tahu bahwa setan juga menyesatkan manusia melalui ilmu. Sifat sombong tersebut muncul ketika seseorang mulai merendahkan orang lain, memiliki sifat yang keras, serta senang berdebat kusir karena merasa lebih berilmu. 

Keempat, orang saleh. Potensi kesombongan juga membayangi orang-orang saleh. Orang alim tentu banyak dijadikan rujukan untuk mengeluarkan fatwa dan memberi petuah. Namun, rasa dibutuhkan dan dipuja orang lain karena kesalehan dan keilmuannya dapat menumbuhkan benih-benih kesombongan. Perlahan tumbuh perasaan lebih hebat dari orang lain, lebih berilmu, lebih masuk surga dahulu, dan lebih diterima oleh Allah Swt. ketimbang orang lain. Merasa serba "lebih" inilah yang menjadi awal munculnya kesombongan.

Warisan Setan

Begitulah, di zaman yang penuh fitnah ini, bukan hanya orang kaya, berkuasa, dan orang pintar saja yang berpotensi dihinggapi rasa sombong dalam hatinya, tetapi orang saleh pun memiliki potensi yang sama. Meski demikian, bukan berarti seseorang tidak boleh kaya, memiliki kuasa, pandai, dan tidak jadi orang alim hanya karena takut sombong. Tidak demikian! 

Setiap orang tentu saja boleh memiliki semua itu, baik harta, kuasa, kepandaian, dan kesalehan selama di dalamnya diletakkan sifat tawadhu (rendah hati). Begitulah Islam mengajarkan kepada setiap pemeluknya. Kayalah tetapi tidak perlu sombong, karena harta hanyalah titipan. Berkuasalah tetapi tetap rendah hati, karena jabatan adalah amanah. Pandai dan cerdaslah karena itu akan menjadikan seseorang lebih arif, dan salehlah agar bisa merendahkan diri di hadapan orang yang paling rendah sekalipun. 

Hendaknya setiap diri menyadari bahwa salah satu sifat setan yang diwariskan secara turun-temurun adalah kesombongan. Sombong merupakan penyakit yang masuk ke hati tanpa terasa, tetapi tiba-tiba makin membesar. Ketahuilah, merasa diri paling suci merupakan wujud kesombongan. Merasa paling benar adalah wujud kebodohan. Dan merasa paling berkuasa merupakan wujud ketakaburan.https://narasipost.com/motivasi/07/2023/apa-yang-kita-sombongkan/

Tahukah kita jika kesombongan adalah jubah Allah yang tidak boleh diambil oleh manusia? Berlaku sombong sama saja sedang menantang Allah. Pesan tersebut tertuang dalam hadis Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Ahmad,

"Kesombongan adalah selendang-Ku dan keagungan adalah kain-Ku. Barang siapa yang merebutnya dariku dalam salah satu dari kedua hal tersebut, maka benar-benar Aku akan lemparkan dia ke neraka."

Oleh karena itu, sehebat dan sebaik apa pun manusia, tetap saja tidak boleh memiliki kesombongan meski hanya sebesar biji sawi. Sebab, manusia hakikatnya adalah makhluk yang lemah dan terbatas serta membutuhkan yang lain. Jika kelemahan dan kekurangan sangat lekat dengan manusia, lantas apa haknya manusia untuk jemawa? 

Layakkah kita menyombongkan diri, jika menghitung jumlah alis yang berjejer di atas mata saja tidak sanggup? Pantaskah kita membanggakan diri, jika menahan gugurnya selembar daun saja tidak mampu? Dan patutkah kita jemawa, jika menahan lepasnya nyawa dari tubuh saja tidak kuasa? 

Me-manage Hati

Menjaga hati dari benih-benih kesombongan di tengah taburan harta, kuasa, kecerdasan, ketampanan, maupun kecantikan terkadang sulit dilakukan. Namun, hal itu juga bukanlah sesuatu yang tidak mungkin, apalagi bagi seorang muslim yang tertancap takwa di dadanya. Syariat Islam pun mengingatkan beberapa perkara kepada setiap muslim agar mampu menjaga hati dari noktah kesombongan.

Pertama, ingatlah bahwa apa yang terjadi di dunia ini adalah atas kehendak Allah, bukan karena kemampuan dan kehebatan kita. Allah-lah yang mengatur segala sesuatunya, termasuk diri dan urusan kita. Bukankah kita sering mendengar pepatah klasik yang menyebut bahwa di atas langit masih ada langit? Yang artinya, sehebat apa pun seseorang pasti masih ada lagi yang lebih hebat darinya.

Kedua, selalu ingat bahwa semua yang kita miliki hanyalah titipan. Jika semua yang ada dan kita miliki hanyalah titipan, artinya setiap manusia harus bersiap jika suatu hari sang empunya meminta dan mengambil titipan itu. Harta, jabatan, kepandaian, anak, dan semuanya adalah milik Allah yang dititip sementara pada kita. Yakinlah, suatu hari Allah pasti akan mengambilnya cepat atau lambat, siap atau tidak. Jika kita hanya dititipkan sesuatu, layakkah menyombongkan titipan itu di hadapan orang lain? 

Ketiga, pandai bersyukur atas segala nikmat. Hidup adalah nikmat. Iman juga nikmat. Diberi harta dan apa pun yang bisa kita manfaatkan juga nikmat. Karena semua adalah nikmat, maka pandai-pandailah bersyukur terhadap sesuatu, sekecil apa pun itu. Pandai mensyukuri nikmat yang kecil, akan menghindarkan hati dari kufur nikmat dan tinggi hati.

Keempat, selalu merasa banyak dosa. Manusia memang tempatnya salah dan dosa. Tak ada manusia yang sempurna dan dapat terbebas dari kesalahan. Bayangkan andai dosa bisa dihitung secara kasat mata, niscaya titik-titik noda dosa itu sudah terkumpul sangat banyak, menghitam, dan mengerikan. Kesadaran kita akan potensi berbuat dosa, menunjukkan bahwa kita tak sempurna. Dengan mengingat dosa kita yang begitu banyak sejak dahulu hingga kini, dapat meruntuhkan titik-titik kesombongan yang bersemayam di dalam kalbu.

Khatimah

Demikianlah, kesombongan adalah awal dari kehancuran. Jika kita masih berniat sombong, maka pikirkanlah akhir kesudahan dari kesombongan Firaun, Haman, Namrud, dan lainnya. Sebagai manusia yang tidak memiliki jaminan surga, maka tidak patut untuk sombong kepada siapa pun. Jika ingin menyombongkan diri terhadap anak kecil, ingatlah bahwa anak kecil merupakan hamba Allah yang masih suci dan belum memiliki dosa. Sedangkan kita jauh lebih dewasa dan pasti memiliki lebih banyak dosa.

Jika ingin menyombongkan diri terhadap orang yang lebih tua, ingatlah bahwa orang itu hidup lebih lama, pasti ibadahnya pun lebih banyak jika dibandingkan dengan kita. Jika ingin sombong di hadapan orang alim, ingatlah bahwa dia memiliki ilmu yang lebih banyak dari kita. Sedangkan kita tentu lebih dangkal ilmunya.

Bahkan, jika bermaksud menyombongkan diri di depan orang yang bodoh sekalipun, ingatlah pula bahwa dia melakukan dosa karena ketidaktahuannya. Sedangkan kita tetap melakukan dosa padahal lebih tahu dari orang yang bodoh itu. Jika demikian, adakah yang tersisa dari diri kita untuk dibanggakan? Wallahu a'lam bishawab

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Penulis Rempaka literasiku
Sartinah Seorang penulis yang bergabung di Tim Penulis Inti NarasiPost.Com dan sering memenangkan berbagai challenge bergengi yang diselenggarakan oleh NarasiPost.Com. Penulis buku solo Rempaka Literasiku dan beberapa buku Antologi dari NarasiPost Media Publisher
Previous
Kabut Polusi Udara PM 2,5 Tenggelamkan Ibu Kota Jakarta
Next
Ilusi Keadilan bagi Dunia Ketiga
4.2 5 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

27 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Mimy Muthamainnah
Mimy Muthamainnah
1 year ago

Sombong tak berbentuk sehingga mudah menyelinap masuk ke pori2 kalbu manusia sadar atau tanpa disadari. Selayaknya umat harus waspda dan menjauhkan dari virus yg bisa menghancurkan pelakunya tersebut.

Dewi Kusuma
Dewi Kusuma
1 year ago

Kesombongan hanya milik Allah tak selayainya manusia memiliki sifat sombong.
Karya motivasi yang mengena di hati.

Maya Rohmah
Maya Rohmah
1 year ago

Menjaga hati dari benih-benih kesombongan di era saat ini, sungguh berat.
Baca tipsnya dalam tulisan ini!

Novianti
Novianti
1 year ago

MaasyaaAllah. Reminder buat kita semua. Setiap aktivitas hanya untuk Allah bukan mencari pujian manusia.

Maman El Hakiem
Maman El Hakiem
1 year ago

Tapi ada loh yang sombong banget udah miskin gak mau ngaji dukung demokrasi lagi hihi

Sartinah
Sartinah
Reply to  Maman El Hakiem
1 year ago

Bukan ada, tapi banyak, hehe ...

Wd Mila
Wd Mila
1 year ago

Semoga Allah menjauhkan hati hati kita dari sifat sombong. Aamiin

Sartinah
Sartinah
Reply to  Wd Mila
1 year ago

Aamiin. Syukran mbak Mila sudah mampir

Neni Nurlaelasari
Neni Nurlaelasari
1 year ago

Masya Allah. Tulisannya rasa muhasabah. Karena manusia tak pantas untuk sombong. Semua hanya titipan Allah. Semoga kita bisa terhindar dari sifat buruk ini.

Sartinah
Sartinah
Reply to  Neni Nurlaelasari
1 year ago

Aamiin. Syukran mbak Neni sudah mampir.

Dia dwi arista
Dia dwi arista
1 year ago

Jangankan yg kaya, tampan, cantik dan pintar. Kadang orang miskin aja sombong. Hehe

Sartinah
Sartinah
Reply to  Dia dwi arista
1 year ago

Nah, itu dia. Ngeri aja ya kalau udah miskin tapi masih sombong pula. Syukran mbak Dia sudah mampir.

Hanimatul Umah
Hanimatul Umah
1 year ago

MasyaAllah yang ini memang jempol banyak...sombong tak pantas kita sandang. Membaca karya ini dapat disimpulkan, di dunia ini tak ada yang dapat kita sombongkan.

Sartinah
Sartinah
Reply to  Hanimatul Umah
1 year ago

Betul sangat mbak Hanimatul Umah. Semoga hati kita semua terhindar dari kesombongan ya. Aamiin ...

Afiyah Rasyad
Afiyah Rasyad
1 year ago

Masyaallah jadi alarm diri saya Mbak.
Semoga kita semua terjaga dan terhindar dari sikap sombong dan penyakit hati lainnya.

Sartinah
Sartinah
Reply to  Afiyah Rasyad
1 year ago

Aamiin, ini buat kita semua deh yang merasa manusia termasuk saya. Syukran mbak Afiyah sudah mampir

R. Bilhaq
R. Bilhaq
1 year ago

tidak layak manusia menyombongkan diri, karena semua yang ada hanyalah milik Allah Swt..

Sartinah
Sartinah
Reply to  R. Bilhaq
1 year ago

Benar sangat mbak R. Bilhaq, hanya Allah yang berhak memiliki kesombongan. Syukran ya sudah mampir.

Riah ummu zalfa
Riah ummu zalfa
1 year ago

MasyaAllah. Tabarakallah mba Sartinah. Keren pisan naskahnya. Memang benar sombong adalah awal kehancuran bagi diri sendiri. Semoga Allah hindarkan kita semua dari sifat sombong dan sifat-sifat buruk lainnya. Aamiin

Sartinah
Sartinah
Reply to  Riah ummu zalfa
1 year ago

Aamiin, syukran mbak Mimi wa fiik barakallah. Syukran ya sudah mampir.

Sartinah
Sartinah
Reply to  Sartinah
1 year ago

Eh, salah tulis nama. Maafkeun daku mbak Riah, ojo nesu ya. Kenapa jadi mbak Mimi

Mariyam Sundari
Mariyam Sundari
1 year ago

Allah Swt. berfirman, "_abaa wastakbar_" ini yang membuat Iblis tidak mau patuh terhadap perintah Allah, karena kesombongannya.
Moga Allah, menjauhkan diri kita dari sifat sombong. Amiin. Jazakillah mbkyu. Barakallah.

Sartinah
Sartinah
Reply to  Mariyam Sundari
1 year ago

Aamiin, wa fiik barakallah mbak Maryam. Syukran ya sudah mampir.

Mimy Muthamainnah
Mimy Muthamainnah
1 year ago

Masyaallah tabarakallah. Tulisan keren mb Sartinah selalu bikin nyes di hati. Jazakillah khairan naskahnya kaya nasehat. Semoga Allah terus melimpahkan hidayahnya kepada kita agar terhindar dari sifat takabur dan ujub. Aamiin

Sartinah
Sartinah
Reply to  Mimy Muthamainnah
1 year ago

Aamiin, Wa fiik barakallah mbak Mimi. Kata-kata mbak Mimi juga bikin hati saya nyes. Syukran ya sudah mampir.

Isty Da'iyah
Isty Da'iyah
1 year ago

MasyaAllah....terimakasih telah diingatkan untuk berhati-hati dengan bahayanya sombong.

Sartinah
Sartinah
Reply to  Isty Da'iyah
1 year ago

Sama-sama mbak Isty. Ini juga mengingatkan bagi diri saya. Syukran ya mbak sudah mampir.

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram