Politik pemerintahan demokrasi nyatanya semakin menunjukkan hipokrit. Alih-alih negara hadir sebagai pengurus dan pelayan umat, sistem demokrasi kapitalisme yang diterapkan justru menjadikan negara sebagai sumber penderitaan bagi rakyat.
Oleh. Rahmadinda Siregar S.Hum.
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Siapa pun yang menyaksikan dan mengamati tatanan kehidupan global saat ini dengan kritis, yakni tatanan hidup di bawah sistem sekularisme-kapitalisme, pasti akan sampai pada kesimpulan bahwa dunia terpenjara dalam kubangan sistem kehidupan yang gelap gulita. Sistem kehidupan yang jauh dari sinar harapan, keadilan, dan kesejahteraan bagi seluruh umat manusia. Hal itu dapat disaksikan dari berbagai aspek kehidupan di antaranya; aspek ekonomi, sosial budaya, politik pemerintahan, pendidikan, dan media. Semuanya telah diwarnai dengan noda pekat kegelapan.
Kegelapan Multidimensi
“Capitalism isn’t working, another world is possible”. Realitas itulah yang terjadi dalam tatanan ekonomi. Hal ini menunjukkan bahwa kapitalisme terbukti gagal menyejahterakan rakyat. Ketidakadilan ekonomi begitu nyata dalam kesenjangan antara "the have" dan "the haven't". Penerapan kapitalisme hanya membawa keuntungan bagi 1% manusia, sementara 99% manusia lainnya hidup dalam kesengsaraan.
Menurut Badan Amal Oxfam asal Inggris, menanggapi Forum Ekonomi Dunia (WEF) yang berlangsung 15 Januari 2023 di resort ski Davos di Swiss, untuk pertama kalinya dalam 25 tahun kekayaan ekstrem dan kemiskinan ekstrem telah meningkat secara bersamaan. "Davos kembali diadakan pada bulan Januari. Festival kekayaan kembali digelar. Dan kami menghadirkan temuan baru yang mengkhawatirkan yang menunjukkan bahwa satu persen, satu persen orang-orang terkaya di dunia, telah meraih hampir dua pertiga dari semua kekayaan baru yang diciptakan sejak 2020,” kata direktur keadilan ekonomi Oxfam America. (voaindonesia.com, 16/01/2023)
Dalam aspek politik pemerintahan masih diselimuti kegelapan dan jauh dari harapan. Politik pemerintahan semakin menunjukkan hipokrit. Alih-alih negara hadir sebagai pengurus dan pelayan umat, sistem demokrasi kapitalisme yang diterapkan justru menjadikan negara sebagai sumber penderitaan bagi rakyat. Kekuasaan politik hanya menjadi ajang rebutan kursi dan cuan. Demokrasi pula yang menumbuhsuburkan pejabat korup dan menjadi jalan terjalinnya hubungan haram antara penguasa dan pengusaha. Bahkan sistem politik yang ada hari ini—demokrasi- tidak mampu dan tidak akan pernah mau menghancurkan status quo hegemoni Barat atas dunia Islam.
Pada tatanan sosial budaya, kriminalitas, dan pergaulan bebas semakin mengerikan terjadi di berbagai jenjang usia remaja dan pemuda. Arus kehancuran generasi semakin tak terbendung. Pornografi, pornoaksi, LGBT dengan payung UU Kesetaraan Gender membius jutaan pemuda hanyut dalam budaya permisif dan menyimpang. Data World Health Organization (WHO) 2020 menunjukkan, setiap tahunnya terjadi 200 ribu pembunuhan di kalangan anak-anak muda usia 12—29 tahun. Sebanyak 84% kasus melibatkan laki-laki usia muda. (voi, 19/04/2020)
Sistem pendidikan sekuler yang telah berakar kuat di negeri-negeri muslim membuka jalan bagi menguatnya nilai kebebasan, HAM, pluralisme, feminisme, dan kesetaraan gender. Internalisasi nilai kebebasan mendorong sikap hedonis dan jauh dari ketaatan pada nilai-nilai agama. Arus digitalisasi yang merusak tak mampu dibendung hingga akhirnya melahirkan suasana batin yang penuh kegalauan hingga memicu problem mental health.
Pada akhirnya lahir generasi gamang yang terombang-ambing di tengah gempuran dunia digitalisasi. Di sisi lain, remaja dan pemuda dicetak menjadi agen pemberdayaan bidang pembangunan, di mana keterlibatan mereka dalam setiap isu pembangunan tidak lepas dari konsep hingga implementasi solusi yang akan mengukuhkan program kapitalisme.
Muharam: Momentum Meraih Perubahan Hakiki dengan Islam Kaffah
Umat manusia mana pun yang menangkap dahsyatnya kerusakan sistem kehidupan hari ini membutuhkan petunjuk untuk keluar dari kegelapan menuju cahaya. Terlebih umat Islam yang diistimewakan sebagai ukhrijat linnas (benih unggul yang dikeluarkan di tengah-tengah manusia) sebagai umat terbaik. Allah Subhanahu wa taala berfirman, "Wahai nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk menjadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, dan untuk jadi penyeru kepada agama Allah dengan izin-Nya dan untuk menjadi cahaya yang menerangi." (TQS. Al-Ahzab [33]: 45–46)
Kehadiran petunjuk dan cahaya tersebut tentu harus datang dari Allah Swt., Zat Pencipta sekaligus Pengatur kehidupan. Islam menunjukkan kepada manusia jalan untuk menyelesaikan setiap problematikanya sekaligus cara untuk menerapkannya secara praktis dalam kehidupan.
Untuk misi penting itu, Allah Swt. mengutus Rasulullah saw. dengan risalah Islam kafah. Sehingga siapa pun yang ingin keluar dari kegelapan tersebut harus senantiasa memperhatikan bagaimana Rasulullah saw. dan para sahabatnya dalam mentransformasikan masyarakat yang dahulunya jahiliah menuju masyarakat Islam. Melalui peristiwa hijrahnya Rasulullah saw. dari Makkah ke Madinah, beliau mampu meletakkan fondasi sebuah adidaya baru yang berbasis akidah Islam. Seluruh interaksi dan pengurusan urusan warga negaranya dibangun seluruhnya dengan syariat Islam.
Hijrah Rasulullah saw. sejatinya mengandung spirit perubahan hakiki dari masyarakat jahiliah menuju terwujudnya masyarakat Islam. Bahkan peristiwa hijrah menjadi tonggak pemersatu umat secara riil, perekat erat dalam satu akidah, dan satu kepemimpinan dengan tegaknya sistem politik yang mampu memobilisasi seluruh potensi dan kekuatan umat serta menjaga muruah mereka sebagai umat di atas segala bangsa. https://narasipost.com/syiar/08/2022/satu-muharam-hijrah-nabi-ganti-sistem/
Oleh karenanya, proses transformasi masyarakat jahiliah menuju tegaknya masyarakat Islam harus dilalui dengan jalan berjuang mencampakkan sistem sekuler demokrasi kapitalisme yang jahiliah dan mewujudkan tegaknya syariat Allah di muka bumi. Hijrah dan perubahan seperti inilah yang akan mengembalikan umat Islam kembali meraih posisinya sebagai khairu ummah dan mengeluarkan umat manusia dari kegelapan menuju cahaya.
Perjuangan untuk mentransformasikan masyarakat jahiliah menuju Islam tentu hanya bisa mewujud melalui dakwah membangun kesadaran politik ideologis di tengah umat. Dakwah yang tecermin dengan munculnya kesadaran yang lahir dari akidah Islam. Sehingga menjadi akidah produktif yang mendorong ketaatan untuk menerapkan Islam kaffah dalam naungan Khilafah. Metode dakwah seperti ini mengharuskan umat bergabung dalam sebuah partai politik ideologis yang hanya menjadikan Islam sebagai asas pergerakan sekaligus tujuan utamanya. Jalan dakwah seperti ini sejatinya telah Baginda Rasulullah ﷺ contohkan. Tugas kita adalah memahami sirah dan hukum syarak, lalu meneladaninya dengan cermat, sabar, ikhlas, dan istikamah. []
Muharam adalah bulan mulia. Sudah saatnya bagi individe, masyarakat, dan negara untuk hijrah dari kejahiliahan modern menuju Islam kaffah. Sebab, keberkahan tidak akan terwujud kecuali syariat Islam diterapkan.
Ayo kembali pada sistem Islam.. sistem terbaik di muka bumi ini..
Umat Islam dalam menyikapi moment Muharam seharusnya tak hanya dilihat dari sudut pandang sejarah semata. Tetapi harus dilihat aspek politiknya yaitu perubahan mendasar untuk mewujudkan kehidupan Islam yang akan membawa keberkahan.
Muharram semestinya sebagai monent hijrah dari banyaknya permasalahan hidup kembali kepada aturan Sang Pembuat kehidupan. Agar keberkahan dapat dirasakan
Dunia tidak sedang baik2 saja. Muharram bulan yang dimuliakan, semoga kemenangan kita bisa diraih dalam bulan2 kemuliaan.