Kondisi masyarakat yang menganut ideologi sekularisme kapitalisme telah membuat manusia jauh dari rasa tenang. Sehingga sangat wajar apabila manusia ingin kembali kepada fitrah asalnya yakni mencari ketenangan dan jalan kebenaran. Umat mulai banyak yang berhijrah karena kesadaran untuk totalitas dalam menjalankan syariat Islam.
Oleh. Isty Da’iyah
(Kontributor NarasiPost.Com dan Penulis Buku “Jejak Karya Impian”)
NarasiPost.Com-Hijrah identik dengan perubahan, yakni perubahan ke arah yang lebih baik, dari maksiat menuju taat. Saat ini hijrah sudah menjadi istilah yang dekat bagi umat Islam, terutama bagi individu yang ingin menjadi pribadi-pribadi yang lebih baik dan bertakwa. Bahkan belakangan ini fenomena hijrah menjadi daya tarik sendiri bagi sebagian orang yang ingin memahami agamanya. Meskipun fenomena hijrah ini hanyalah fenomena kembalinya umat ke fitrah sebagai hamba Allah Swt. Namun, fenomena ini adalah pertanda positif, tinggal bagaimana mengarahkan potensinya agar bisa menjadi hijrah yang membawa pada keberkahan. Yakni hijrahnya sebuah peradaban yang harapannya akan membawa kepada keberkahan bagi seluruh alam.
Saat ini, kita sudah masuk pada bulan Muharam, 1445 H. Sebagian besar umat Islam menjadikan Muharam sebagai momentum untuk melakukan refleksi (perenungan), dan membuat resolusi baru agar menjadi lebih baik. Termasuk di dalamnya melakukan muhasabah terhadap sistem kehidupan sekuler yang dijalankan selama ini, yang telah terbukti bermasalah.https://narasipost.com/challenge-ke-4-np/10/2021/gue-yang-hijrah-kok-lo-yang-gerah/
Banyak umat Islam yang menginginkan perubahan namun, tidak paham akar masalahnya. Tidak tahu akan hijrah atau berubah ke arah mana, dan dengan cara bagaimana. Akibatnya, umat Islam mudah galau dengan arah perubahan, yang penting hijrah, meski hanya di permukaan dan ganti bungkusnya saja. Sehingga sering kita dapati banyak umat yang sudah mengaku hijrah, namun masih banyak masalah.
Sejatinya Islam telah mengajarkan, bahwa kita harus berubah karena kehidupan hari ini jauh dari standar Islam, sehingga banyak masalah dan jauh dari kata berkah. Padahal tidak adanya keberkahan tersebut, karena jauhnya syariat Islam dari kehidupan. Sehingga mau tidak mau perubahan harus diarahkan kepada tegaknya kehidupan Islam, dan tidak boleh mengambil jalan yang berselisih dengan yang dicontohkan oleh Rasulullah saw.
Fenomena Hijrah Harus Terarah
Fenomena hijrah yang terjadi saat ini seharusnya bisa menjadi pemantik untuk kembalinya sebuah sistem Islam kaffah. Dalam beberapa tahun terakhir istilah hijrah sudah menjadi tren. Banyak muncul komunitas hijrah seperti: artis hijrah, pengusaha hijrah, pemuda hijrah, dan masih banyak lagi komunitas yang berlabel hijrah. Ini jelas harus disambut baik. Meskipun tidak bisa dimungkiri sebagian individu yang hijrah harus melalui banyak perjuangan. Karena ketiadaan support sistem yang melindungi ketakwaan individu.https://narasipost.com/teenager/06/2021/yuk-hijrah-secara-kaffah/
Seorang individu muslim bisa dikatakan berhijrah apabila ia bertobat kepada Allah Swt., bersungguh-sungguh melakukan ketaatan terhadap segala aturan-Nya dan meninggalkan kemaksiatan pribadi. Hal ini sesuai dengan apa yang dijelaskan oleh Nabi dalam sebuah hadis yang artinya: ”Wahai Rasulullah, siapakah orang yang berhijrah (muhajir) itu?” Beliau menjawab, ‘Dialah orang yang meninggalkan perkara yang telah Allah larang atas dirinya.”
Hijrah individu ini perlu sebuah konsistensi atau keistikamahan dalam menjaga keimanan yang bersemayam dalam diri, agar bisa memancarkan sebuah ketakwaan dalam perilakunya. Hal ini jelas perlu sebuah pendampingan dari ulama saleh yang akan membimbing proses hijrahnya, dan sebuah jemaah dakwah yang bisa memberikan gambaran yang jelas ke mana arah hijrah yang sesuai tuntunan Islam. Di luar itu juga perlu lingkungan yang bisa mendukung proses hijrah individu tersebut.
Fenomena gelombang hijrah yang terjadi di berbagai kalangan dan komunitas saat ini, lebih banyak dilatarbelakangi oleh kejenuhan masyarakat terhadap kondisi yang terjadi saat ini. Hijrah individu ini jelas akan membawa dampak yang baik bagi pelakunya maupun di lingkungan masyarakatnya. Namun, jalan kebaikan dalam berhijrah tidak selamanya mulus. Selalu ada tantangan dan rintangan di tengah jalan. Sehingga perlu komitmen yang kuat bagi individunya. https://narasipost.com/motivasi/03/2023/siap-hijrah-siap-diuji/
Kondisi masyarakat yang menganut ideologi sekularisme kapitalisme telah membuat manusia jauh dari rasa tenang. Sehingga sangat wajar apabila manusia ingin kembali kepada fitrah asalnya yakni mencari ketenangan dan jalan kebenaran. Umat mulai banyak yang berhijrah karena kesadaran untuk totalitas dalam menjalankan syariat Islam, sebagai pelarian untuk mencari ketenangan batin yang tidak bisa didapatkan pada sistem kapitalisme sekuler. Oleh karena itu, sekecil apa pun jalan hijrah atau perubahan menuju kebaikan di negeri ini adalah berkah yang patut disyukuri. Di tengah karut-marut keadaan sosial masyarakat yang hedonis, dan pragmatis, fenomena hijrah menjadi harapan baru untuk keadaan yang lebih baik.
Fenomena hijrah individu dan masyarakat yang terjadi saat ini merupakan sebuah indikasi kesadaran umat yang sadar terhadap agamanya. Refleksi hijrah ini harusnya tidak hanya berhenti di hijrah individu atau kelompok yang penekanannya pada ritual ibadah, busana, atau rumah tangga. Namun, harus berkelanjutan pada spirit penerapan ajaran Islam secara kaffah dalam semua aspek, termasuk aspek ekonomi, sosial, politik, dan bernegara. Karena Islam adalah agama yang paripurna dan sempurna, sudah seharusnya setiap bagian dari ajaran Islam diterapkan dalam kehidupan. Sehingga refleksi hijrah akan benar-benar membawa berkah bagi seluruh manusia.
Refleksi Hijrah Kaffah untuk Peradaban Islam
Ada tiga pilar penting yang menentukan suksesnya sebuah hijrah perubahan menuju peradaban Islam. Hijrah individu, Masyarakat, dan penerapan sistem Islam oleh negara. Karena sesungguhnya pangkal kemungkaran dan jauhnya keberkahan hari ini bukan semata disebabkan oleh pribadi-pribadi yang bermaksiat kepada Allah Swt. Namun, dari aturan yang diterapkan di tengah-tengah umat jauh dan berpaling dari syariat Islam, inilah induk dari segala kerusakan saat ini.
Oleh karena itu, diperlukan syariat Islam untuk mewujudkan sebuah peradaban yang penuh keberkahan. Karena dengan syariat Islam peradaban akan berdiri tegak dan kokoh di atas dasar akidah Islam. Keunggulan peradaban Islam tidak hanya pada tataran akidahnya yang memuaskan akal, namun juga terlihat pada fakta ketinggian pemikiran di segala aspek kehidupan yang meliputi, ideologi, pemerintahan, ekonomi, politik, dan sosial.
Sebagaimana Rasulullah yang hijrah dari negeri kufur ke negeri Islam, yakni dari Makkah ke Madinah. Di Madinah beliau mendapatkan kekuasaan yang menolong. Yakni kekuasaan yang dengan kekuasaan itu syariat Islam kaffah bisa diterapkan secara sempurna. Sehingga dari sini kita bisa mengambil hikmah dari esensi hijrah Rasulullah saw. Yakni yang perlu diperjuangkan oleh umat Islam adalah hijrah meninggalkan sistem jahiliah kapitalisme sekularisme menuju sistem Islam. Karena sejatinya untuk menerapkan sistem Islam secara kaffah diperlukan sebuah kekuasaan.
Maka semestinya perjuangan hijrah umat tidak hanya diarahkan untuk hijrah individu saja. Perjuangan harus diarahkan agar sistem Islam kaffah segera diterapkan dalam segala aspek kehidupan. Sehingga seorang penguasa bisa menjadikan kekuasaannya untuk mendakwahkan, dan menerapkan Islam. Karena kebaikan penguasa dan rakyat akan mengantarkan pada keberkahan hidup. Sebagaimana yang termaktub dalam Al-Quran surah Al-Maidah ayat 50 yang artinya:
”Apakah hukum jahiliah yang mereka kehendaki? Hukum siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?”
Sambut Peradaban yang Penuh Berkah
Hijrah yang seiring dengan kesadaran umat untuk melanjutkan kehidupan Islam dengan tegaknya sebuah peradaban, makin menguat di kalangan masyarakat. Banyaknya umat yang mulai gerah dan akhirnya hijrah, merupakan indikasi jika peradaban Islam akan segera kembali. Banyaknya kezaliman dan kehancuran yang terjadi akibat sistem kapitalisme sekuler membuat umat semakin merindukan adanya sebuah sistem pengganti yang bisa memberi solusi. Merindukan perubahan yang hakiki yang bisa segera menyelamatkan mereka dari keterpurukan.
Sistem kapitalisme adalah sebuah sistem yang memungkinkan terjadinya kesepakatan antara penguasa dan pemilik modal, sehingga melahirkan kebijakan-kebijakan yang menyengsarakan rakyat. Sistem buatan manusia yang jauh dari kata memanusiakan manusia, sehingga menimbulkan kerusakan di setiap sendi dan lini kehidupan manusia itu sendiri. Sehingga umat Islam harus segera bangkit dan berdiri tegak mengalahkan musuh yang sudah lunglai. Bersama-sama saling bergandengan untuk memperkuat ukhuwah dalam rangka untuk mengalahkan kapitalisme.
Oleh karena kita harus membuka tangan, dada, untuk tegaknya kembali apa yang telah dijanjikan oleh Allah Swt. dan janji Baginda Rasulullah saw. Mengutip arti dari surah An-Nur ayat 55:“Allah telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan yang mengerjakan kebajikan, bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi...,”
Bumi ini milik orang-orang beriman, jika kita beriman bumi ini akan kita warisi, sebagaimana kita juga akan merengkuh kembali apa yang diwariskan oleh Rasulullah saw. dan sahabat yang mulia yakni, kekhilafahan Islam. Manusia boleh berselisih, dengan anggapannya, boleh berpendapat banyak hal, tetapi Allah Swt. dan Rasulullah saw. yang telah menetapkan, tidak akan pernah menyelisihi. Karena tegaknya peradaban Islam merupakan satu tatanan yang berdasarkan syariat, yang ditunggu untuk menggantikan sistem yang rusak pada saat sekarang. Janji Allah dan Rasulullah saw. pasti akan datang. Kapitalisme akan ambruk digantikan dengan tegaknya peradaban Islam yang cemerlang.
Ketika syariat Islam diterapkan, maka akan muncul sosok pemimpin yang amanah yang diinginkan oleh semua orang. Memerdekakan umat dari penindasan dan penderitaan. Karena merdeka itu adalah, merdeka dari penghambaan kepada sistem ideologi manusia menuju penghambaan kepada tuhan manusia Allah Swt. itulah sebenar-benarnya merdeka, dan sebenar-benarnya hijrah.
Saat ini geliat hijrah untuk menuju tatanan kehidupan Islam sudah semakin bergemuruh, memanas di seluruh negeri, bahkan di seluruh dunia. Dakwah Islam kaffah mendapat tempat dan diterima di hati umat, maka pantulan dari kapitalisme itu semakin menguat pula. Sehingga makin represif penolakan kepada dakwah Islam maka kita harus semangat, karena itu suatu tanda, dakwah kita mulai dirasakan dampaknya oleh mereka. Sebentar lagi kemenangan akan segera tiba, yakni sebuah peradaban yang penuh berkah dalam naungan Khilafah rasyidah 'ala minhaj nubuwah. Takbir!
Wallahu’alam bishawab.
Hijrah adalah berpindah dari negara kufur ke negara Islam.
Namun, sekarang Negara Islam belum ada,,
Untuk itu, kita mengusahakan agar negara Islam terwujud
Saat ini masih terbuka peluang yang sangat besar bagi siapapun untuk menjadi Ansharullah, sebagaimana kaum Anshar di Madinah. Entah siapa nanti yang akan terpilih, yang pasti kita tetap berusaha menyiapkan umat Islam untuk bersegera hijrah peradaban.
Semangat menyadarkan umat, dengan menjadikan tulisan sebagai uslub dakwah. Raih pahala jariyah.
Insyaallah kemenangan akan segera tiba. Allahu Akbar.
Barakallah, mbak ❤️
Alhamdulillah, akhirnya tulisan ini tayang di Media tercinta. Barakallah NP
Benar sekali. Saat ini fenomena hijrah sudah banyak dipahami muslim. Tinggal mengarahkan dan menyeru agar fenomena hijrah tidak cukup untuk individunya saja. Tapi juga untuk masyarakat dan sistem negara yang ada.
Masya Allah, tulisannya membakar semangat
Terimakasih mbak Raras
alhamdulillah... syukron Mbak atas pemaparannya..