Mana Naskah TOR Minggu Ini?

Naskah TOR

Dari sini, saya juga belajar bahwa sebaik-baik informasi itu bila berasal dari sumbernya langsung. Informasi ini pasti terpercaya dan tidak diragukan lagi kebenarannya, apalagi bila narasumbernya tidak memiliki motif tertentu.

Oleh. Haifa Eimaan
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)

 NarasiPost.Com-“Mbak Haifa, mana naskah TOR minggu ini?” Demikian teks lengkap pesan dari Bu Andrea, Pemred NarasiPost.Com.

Ya, akhirnya saya kena tagih juga. Meskipun berkomitmen pada diri sendiri akan menyelesaikan sebelum tenggat, nyatanya ada saja peristiwa yang membuat tagihan itu menghampiri.

**

Ceritanya begini. Pada pertengahan Maret lalu, saya kebagian tema TOR tentang peracunan massal ratusan siswi di Iran. Tujuan tulisan ini untuk menyingkap konspirasi dan mencari solusi tuntasnya. Jujur, tema ini sangat menantang karena saya tidak punya maklumat sama sekali tentang kasus ini. Di sisi lain, saya tidak punya alternatif. Tema lainnya sudah habis dipilih teman-teman penulis inti. Ini gara-gara saya telat buka grup. Duh!

Sedih? Tentu tidak. Sebaliknya, ini merupakan peluang emas. Saya akhirnya berkesempatan untuk mempelajari konstelasi politik di Iran. Hanya saja memang, saya membutuhkan waktu riset lebih panjang, sedangkan naskah harus sudah disetor hari Jumat, maksimal pukul 23.59 WIB.

Setelah membaca berita dari laman yang disarankan oleh TOR, saya memiliki sedikit gambaran tentang situasi dan kondisi politik di Iran saat itu. Pada awalnya semua lancar dan menyenangkan. Masalah muncul ketika ada analisis dari beberapa tokoh di Iran bahwa aksi peracunan pada siswi ini sebagai balas dendam atas kematian Mahsa Amini. Saya mulai mempertanyakan, siapa Mahsa Amini? Mengapa kematiannya bisa menggerakkan ribuan demonstran di Iran dan mengundang simpati dunia? Bagaimana kematiannya bisa berdampak pada aksi peracunan massal siswi di Iran? Apakah dia memiliki latar belakang politik tertentu?

Saya mencoba menelusuri jejak digital gadis berusia 22 tahun itu.  Namun, tidak banyak informasi yang saya dapatkan. Akhirnya, saya menelusuri Google menggunakan bahasa Inggris. Dengan cara ini, jangkauan beritanya sangat luas, berasal dari berbagai belahan dunia. Namun, untuk kasus ini hasilnya sama saja. Semua hanya menceritakan usia Mahsa Amini saat tewas, tujuannya ke Teheran, cara berkerudungnya, proses penangkapannya, dan hasil autopsinya yang tidak dibuka ke publik.

Nah, di tengah kebuntuan itu, saya mencoba ChatGPT yang lagi naik daun. Kalimat arahan yang dimasukkan adalah who is Mahsa Amini. She was died in Iran last year.” Berikut ini jawaban ChatGPT yang sampai hari ini masih saya simpan.

Mahsa Amini is an Iranian political and human rights activist who has been at the forefront of many of the major youth-led campaigns in Iran since the 2009 presidential election. She is the founder of the Marze Por Gohar (MPG) Party in Iran, a pro-democracy and civil rights organization which seeks to create a more open and democratic society in Iran. She has been actively involved in a number of initiatives and campaigns to promote human rights, civil liberties and democratic governance in Iran. She has written numerous articles on the current political situation in Iran and spoken at a number of conferences and seminars on the prospects for change in the country. Amini has been a target of attacks by the Iranian government.

Saat membaca ini, hati saya langsung berbuncah. Jawaban inilah yang saya cari. Ternyata klaim kejituan ChatGPT bukan isapan jempol semata. Atas jawaban ChatGPT ini, saya langsung menggemarinya. ChatGPT bisa jadi jalan pintas pemecah kebuntuan informasi penulis.

Jari-jemari saya langsung lancar mengetik. Antara otak dan jari betul-betul seiring sejalan. Masyaallah. Alhamdulillah. Tulisan saya selesai malam itu.

Ada Plot Twist, dong!

Kamis saatnya disunting. Saya cukup puas dengan penggunaan EYD dan kosakata yang sesuai KBBI. Semuanya sudah rapi. Akan tetapi, naskah itu tidak juga saya setor. Mata saya terpaku pada paragraf yang mengulas Mahsa Amini sesuai jawaban ChatGPT. Saya baca perlahan, diresapi, dan dicerna sebaik-baiknya.

Tidak dinyana. Kejanggalan mulai tampak. Kejanggalan itu berupa informasi-informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Astagfirullah.

Otak saya mendadak blur karena harus mengganti bagian analisis, padahal menurut saya itu merupakan bagian tersulit. Menulis bagian fakta, mudah. Kita hanya perlu mengubah redaksi berita dan memasukkan sumber berita yang valid. Bagian solusi juga tidak terlalu rumit karena Islam sudah memiliki solusi atas semua persoalan, sumber hukumnya jelas, yaitu Al-Qur’an dan hadis. Namun, bagian analisis tidak segampang itu. Bagaimana kita menghadirkan argumen tidak terbantahkan tentang kebobrokan sistem kapitalisme maupun konspirasi global menggolkan liberalisasi di dunia Islam, lalu  merangkainya menjadi paragraf yang padu, serta nyaman dibaca itu tidaklah mudah. Saya kerap berlama-lama di bagian analisis ini.

Karena kepala tiba-tiba terasa penuh, saya meninggalkan tulisan itu dalam keadaan belum direvisi. Nah, saat diperbaiki keesokan harinya, sebuah pesan masuk dari Bu Andrea, jam 10.33 WIB. Isinya persis seperti kalimat pembuka tulisan ini.

“Mbak Haifa, mana naskah TOR minggu ini?”

“Insyaallah hari ini, Mom. Tinggal disunting,” balas saya pada 10.59 WIB. Naskah tentang peracunan massal siswi di Iran itu, saya kirim pukul 14.18 WIB. Alhamdulillah, tidak melampaui tenggat.

Terang setelah Petang

Meskipun naskah sudah dikirim, tetapi saya masih tertegun di depan gawai sekaligus merasa getun. Pasti ada yang saya lewatkan tentang ChatGPT dan perbedaannya dengan Google. Saya mulai membandingkan keduanya berdasar pengalaman ini saja.

Simpulannya, Google itu ibarat perpustakaan dunia. Sebagai perpustakaan, Google memiliki akses ke banyak data dari berbagai disiplin ilmu sampai hiburan. Kita bisa mencari dan bertanya apa saja di sini. Google memberikan alternatif jawaban dari banyak situs web. Artinya, sumber referensinya jelas, mulai dari nama situs web dan kredibilitasnya, tanggal diunggah, sampai nama penulisnya. Melacak kesahihan informasinya juga lebih mudah.

Nah, ChatGPT itu seperti asisten virtual. Ia dirancang memberi pengalaman bercakap-cakap dengan manusia sealami mungkin. Kita bertanya apa, dia menjawab dengan bahasa percakapan laiknya penutur asli. Nah, jawaban-jawabannya ini tidak memiliki sumber referensi yang jelas seperti Google. Dengan makna lain, jawabannya tidak dijamin kesahihannya. Saya melewatkan poin ini. Saya pikir, ChatGPT akan menyaring seluruh informasi di dunia maya, lalu disampaikan ke kita sebagai jawaban akurat. Nyatanya tidak begitu.  Sebagai mesin kecerdasan, ChatGPT masih perlu banyak dilatih memahami konteks, ditambah datanya, dan tentu masih butuh banyak pengembangan.

Berikut ini disinformasi ChatGPT tentang Mahsa Amini.

Pertama, Mahsa Amini seorang aktivis politik dan HAM Iran yang berada di garda terdepan sejumlah kampanye sejak pemilihan presiden 2009. Bila tidak divalidasi dengan usia kematiannya, tidak ada yang tahu kalau berita ini salah. Di banyak berita di Google, disebutkan bahwa Mahsa Amini tewas pada usia 22 tahun di tahun 2022. Artinya dia lahir di tahun 2000. Apakah mungkin pada tahun 2009, dia telah memimpin aksi-aksi HAM dan turut serta berkampanye dalam pemilihan presiden? Sangat tidak mungkin anak berusia 9 tahun aktif dalam kegiatan politik.

Kedua, Mahsa Amini pendiri Partai Marze Por Gohar (MPG) di Iran. Dikutip dari hrw.org (2/8/1999), pendiri partai ini adalah Rozbeh Farahanipur. Partai yang memperjuangkan demokratisasi dan liberalisasi Iran ini didirikan pada tanggal 8 Juli 1998 di Teheran. Pada tahun itu, Mahsa Amini jelas belum lahir. Sangat fatal ‘kan kesalahannya?

Ketiga, dia telah menulis banyak artikel dan menjadi pembicara di sejumlah konferensi dan seminar tentang arah perubahan Iran. Saat divalidasi, Google tidak memiliki data satu pun tentang hal ini.

Nah, dari pengalaman ini, saya belajar untuk tidak percaya begitu saja pada ChatGPT. Periksa dan teliti setiap informasi yang diberikan baik itu dari ChatGPT, Google, maupun informasi dari media sosial. Allah Swt. telah memerintahkan dengan tegas di dalam surah Al-Hujurat ayat ke-6.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ جَاۤءَكُمْ فَاسِقٌۢ بِنَبَاٍ فَتَبَيَّنُوْٓا اَنْ تُصِيْبُوْا قَوْمًاۢ بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوْا عَلٰى مَا فَعَلْتُمْ نٰدِمِيْنَ

“Wahai orang-orang beriman, jika ada orang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, supaya kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kecerobohan, yang karenanya kamu menyesali perbuatanmu.” 

Di ayat ini, secara gamblang disebut orang fasik yang datang kepadamu. ChatGPT ini malah bukan orang, tetapi mesin kecerdasan. Artinya, perintah untuk memeriksa dan meneliti beritanya jauh lebih tegas lagi karena potensi kesalahannya sangat tinggi.

Dari sini, saya juga belajar bahwa sebaik-baik informasi itu bila berasal dari sumbernya langsung. Informasi ini pasti terpercaya dan tidak diragukan lagi kebenarannya, apalagi bila narasumbernya tidak memiliki motif tertentu. Namun, jika informasi bukan dari sumbernya langsung, pastikan sudah divalidasi dengan sumber data lainnya. Sebagai muslim, kita sangat dilarang menyebarkan berita bohong dan palsu sebagaimana firman Allah Swt. di dalam surah Al-Baqarah ayat ke-42 yang artinya,

 “Dan janganlah kalian mencampuradukkan kebenaran dengan kepalsuan atau janganlah kalian menyembunyikan kebenaran sedangkan kalian mengetahuinya.”

Ya, Allah. Alhamdulillah, saya berhasil melalui fase ini dengan selamat. Saya tidak tergolong orang-orang yang menyebarkan berita palsu. Poin ini sangat penting bagi kita sebagai penulis ideologis. Memenuhi tenggat itu penting, tetapi jauh lebih penting memeriksa kesahihan berita yang akan disampaikan kepada umat.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Penulis Inti NarasiPost.Com
Haifa Eimaan Salah satu Tim Penulis Inti NarasiPost.Com. pernah memenangkan Challenge bergengsi NarasiPost.Com dalam rubrik cerpen. beliau mahir dalam menulis Opini, medical,Food dan sastra
Previous
Keimanan di Atas Segalanya
Next
Semua Anak Unik, Berikan yang Terbaik!
4.2 6 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

16 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Maya Rohmah
Maya Rohmah
1 year ago

Mbak Haifa cerdas dan teliti sekali. Umat beruntung memiliki beliau.

Mariyah Zawawi
Mariyah Zawawi
1 year ago

Masya Allah, nulis rubrik WN memang jadi tantangan tersendiri. Apalagi kalau sebelumnya tidak memiliki informasi sama sekali tentang negara itu.

Keren tulisannya, mbak. Baarakallaah ....

Haifa Eimaan
Haifa Eimaan
Reply to  Mariyah Zawawi
1 year ago

Wabarakallahu fiik, Mba Mariyah 🙂

Miladiah al-Qibthiyah
Miladiah al-Qibthiyah
1 year ago

New insight buat para penulis.
Aku suka diksimu. Kamu keren sangat Mbak Haifa

Haifa Eimaan
Haifa Eimaan
Reply to  Miladiah al-Qibthiyah
1 year ago

Semoga ga ada lagi yang kena prank ChatGPT, Mba

Nining Sarimanah
Nining Sarimanah
1 year ago

MasyaAllah, mbak Haifa memang keren tulisannya renyah enak dibaca. Sulitnya mencari data yang valid merupakan tantangan tersendiri buat penulis, terlebih penulis inti. Kalau saya sudah dihadapkan dengan bhs Inggris, nyerah deh karena tak paham.

Haifa Eimaan
Haifa Eimaan
Reply to  Nining Sarimanah
1 year ago

Renyah kaya kerupuk baru digoreng ya, Mba 🙂
Mencari data dan analisis itu tantangannya

Dia dwi arista
Dia dwi arista
1 year ago

Padahal sudah seneng ya ChatGPTnya membantu banget, eh malah disinformasi. Pelajaran untuk tak asal ambil fakta

Haifa Eimaan
Haifa Eimaan
Reply to  Dia dwi arista
1 year ago

Rasanya kaya Nemu harta Karun, tapi ujung-ujungnya kena prank.
Ya Allah

Mimy Muthamainnah
Mimy Muthamainnah
1 year ago

Menganalisis sebuah masalah merupakan bagian tersulit, ini yg sering bikin sebagian orang memutar otak lebih keras agar tdk salah menyimpulkan.so, tulisanmu keren mb Haifa. Sukses selalu.

Haifa Eimaan
Haifa Eimaan
Reply to  Mimy Muthamainnah
1 year ago

Bagian analisis memang paling sulit bagi saya, Mba.
Jangan Sampe tulisan kita jump to conclusions alias ujug2 khilafah solusinya

Firda Umayah
Firda Umayah
1 year ago

Menulis naskah world news itu memang sesuatu sekali. Banyak data yang harus kita baca agar akurat.

Haifa Eimaan
Haifa Eimaan
Reply to  Firda Umayah
1 year ago

Sepakat, Mba
Bahaya kalo yg kita tulis jauh dari data sebenarnya

Sartinah
Sartinah
1 year ago

Wah, ini mah problem kita semua, mbak. Saya juga sering alami keterbatasan maklumat tentang tema WN, kadang satu hari hanya saya pakai untuk membaca, mencari info ini dan itu. Pokoknya jadi cerita indah deh ada di NP

Haifa Eimaan
Haifa Eimaan
Reply to  Sartinah
1 year ago

Bener, Mba.
Kalo ada pilihan tema lain, saya bakal milih tema lain itu 🙂

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram