Aku sama sekali (tidak memiliki keakraban) dengan dunia. Perumpamaanku dengan dunia adalah bagaikan seseorang yang ada di dalam perjalanan; dia beristirahat di bawah sebuah pohon rindang, lalu dia pergi dan meninggalkannya. (HR. Ahmad, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Al-Hakim)
Oleh. Afiyah Rasyad
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-“Kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (TQS. Al-Hadid: 20)
Duhai, firman Allah Swt. dalam surah Al-Hadid ayat 20 tersebut jelas menjadi alarm hidup kaum muslim. Betapa banyak kaum muslim yang terlena dengan dunia dan kehidupan yang fana ini. Maka dari itu, apa yang disampaikan Allah Swt. tentang dunia hanyalah kesenangan yang menipu adalah sebuah kebenaran yang harus diyakini sepenuhnya.
Kehidupan yang ada saat ini begitu jauh dari sendi-sendi syariat Islam. Banyak di antara kaum muslim yang berlomba-lomba meraih kesuksesan duniawi. Mereka giat dan gemar mengumpulkan bekal materi untuk sebuah kelayakan hidup di dunia. Tumpukan harta, gelar, jabatan, ketokohan seakan menjadi parameter sebuah kebahagiaan dan kesuksesan. Saat ini, banyak muslim yang terjebak dalam pemikiran kapitalisme.
Banyak muslim yang bekerja mati-matian untuk menumpuk harta demi sebuah prestise kehidupan. Mereka lupa bahwa tak ada satu pun kantong pada kain kafan yang bisa membawa hartanya meski hanya secuil ke alam baka. Keabadian dianggap hanya sebuah candaan belaka.
Banyak muslim yang berlomba menghabiskan waktu luang dan masa sehatnya untuk mereguk kebahagiaan sesaat. Mereka bersenang-senang sesuka hati tanpa melihat apakah itu benar atau salah secara cermat. Mereka juga melupakan bahwa segala akses koneksi kesenangan duniawi yang mereka cari itu tak bisa mengantarnya ke alam kubur dengan selamat.
Model kehidupan dalam dunia kapitalisme amatlah rusak. Kebebasan dan pemisahan agama dari kehidupan disanjung dengan semarak. Sehingga, kesibukan mengejar urusan dunia memalingkan kaum muslim dari menaati Allah Swt. dalam seluruh aspek kehidupan, baik kehidupan individu, masyarakat, ataupun negara. Keabadian seakan tak tebersit sama sekali dalam panggung sandiwara dunia.
Gaya hidup bebas yang diemban ideologi kapitalisme mengakar dan mendarah daging pada sebagian besar jiwa kaum muslim. Free sex, narkoba, miras, judi, riba, dan segenap kemungkaran lainnya begitu mudah dilakukan tanpa takut akan konsekuensi pertanggungjawaban di keabadian. Mereka melupakan kepastian yang nyata bahwa hanya ada surga dan neraka tempat kembali yang abadi.
Kesungguhan, kecintaan, keseriusan, dan kesibukan dengan dunia bisa membuat manusia lupa diri dan memalingkannya dari ketaatan pada Allah Swt. Karena dunia, banyak manusia yang juga tidak mempersembahkan dirinya menjadi sebaik-baik hamba di hadapan Allah. Mereka lebih berburu kesenangan duniawi. Sementara itu, Allah Swt. telah mengingatkan manusia, terutama kaum muslim dengan firman-Nya:
“Ketahuilah bahwa harta-harta kalian dan anak-anak kalian itu hanya cobaan. Sesungguhnya di sisi Allahlah pahala yang besar.” (TQS. Al-Anfal: 28)
Baginda Rasulullah saw. juga telah memberikan gambaran yang nyata tentang dunia melalui sabda beliau saw.,
“Aku sama sekali (tidak memiliki keakraban) dengan dunia. Perumpamaanku dengan dunia adalah bagaikan seseorang yang ada di dalam perjalanan; dia beristirahat di bawah sebuah pohon rindang, lalu dia pergi dan meninggalkannya.” (HR. Ahmad, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Al-Hakim)
Betapa dunia hanyalah tempat singgah sementara waktu, sebentar saja. Hal itu telah diungkapkan oleh Allah Swt. dalam surah Al-Mukminun ayat 112-114 yang artinya,
“Berapa tahunkah lamanya kalian tinggal di bumi?” Mereka menjawab, “Kami tinggal di bumi sehari atau setengah hari. Tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung.” Allah berfirman, “Kalian tidak tinggal di bumi melainkan sebentar saja jika saja kalian tahu.”
Sungguh, keabadian yang terlupakan merupakan tabiat kehidupan kapitalisme yang jauh dari napas-napas Islam. Kaum muslim jauh dari kehidupan Islam karena syariat Islam tidak diterapkan dalam naungan institusi negara. Sehingga, kemaksiatan dan kemungkaran beredar tanpa jeda dalam tiap aliran nadi kaum muslim. Saat ini, hanya benteng ketakwaan individu saja yang mampu menghalau pemikiran rusak kapitalisme.
Oleh karena itu, menjadi sebuah kesalahan fatal apabila kaum muslim membiarkan kondisi ini terus terjadi. Sebab, keabadian akan terlupakan untuk waktu yang lama jika tak ada perubahan. Saatnya kaum muslim menyadari hakikat hidup, bahwa kehidupan yang kekal hanya di akhirat. Kesadaran ini akan mudah terwujud saat mengkaji Islam dan berada dalam barisan dakwah untuk melanjutkan kehidupan Islam yang dilegalkan dalam institusi negara. Wallahu a'lam bishawab.
Saking rempongnya di dunia, lupa memikirkan akhirat. Akhirnya dunia nggak dapat, akhirat juga nggak dapat. Astagfirullah. Naudzubillah mindzalika.
Masya Allah. Selalu terpukau dengan tulisan mba afiyah rasyad. Barakallah mba.
La hawla wala quwwata illa billah
Aamiin
Aamiin wafiik barokallah
banyak orang yang selalu membangun jembatannya (dunianya) namun, lupa membangun rumahnya (akhiratnya)..
MasyaAllah. Luar biasa.
Benar, sekularisme jelas menjadi penyebab kaum muslim lupa akan ada kehidupan yang abadi. Akhirnya, kesenangan duniawi menjadi hal yang wajib dikejar oleh siapapun.
Dunia perbekalan yang melalaikan...
Nyatanya ,manusia Lupa akan perannya di dunia yang seharusnya menyembah pada Sang Maha Pencipta. Tapi justru mengingkari aturan Allah.
Saatnya kita berbenah diri mempersiapkan bekal yang cukup menghadap -Nya
MasyaAllah. Best banget motivasinya.
Ya gaya hidup.yang meninggalkan agama dalam menjalani kehidupan manusia akan menyesatkan. Maka wajib kembali kepada aturan Allah. Saatnya memegang teguh syariat Islam secara totalitas agar kebahagiaan dunia akhirat terwujud nyata
Ketika cinta dunia merasuki sel-sel kehidupan manusia sementara kebahagiaan hakiki akhirat telah diilupakan Maka bersiaplah memasuki istana neraka.
Masyaallah, motivasi buat kita semua ini. Semoga kita dijauhkan dari sifat cinta dunia yang berlebihan hingga lupa pada alam keabadian.
MasyaAllah barakallahufiik setuju pake banget
Maa syaa Allah tabarakallah cikgu atas ilmunya.
Dunia adalah penjara bagi orang beriman. Semoga kita tidak terlena dengan. Dunia kita jadikan ladang untuk beramal Sholih.
Benar, tak ada satu pun kantong dalam kain kafan
Tabarokalloh ustadzah
Smg mjd ladang pahala yg terus mengalir
Smg ummat segera tercerahkan
MasyaAllah wa taarakallah untuk penulis. Suka dengan tulisannya. Khas banget.
Suka juga dengan semua tulisan dari para penulis NP. Semoga NP selalu eksis..aamiin