Sebagai seorang pengemban dakwah, tentu kita akan menggarap 'lahan' dakwah apa dan di mana saja untuk menambah pundi-pundi pahala. Seorang muslim yang beriman landasan perbuatannya adalah takwa. Siapa pun ingin viral amatlah gampang. Namun, yang luar biasa adalah ketika viral jalur langit.
Oleh. Ismawati
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Rasa syukur tak terkira kita ucapkan pada Sang Pencipta tatkala Allah Swt. masih memberikan kita kehidupan Islam. Mengemban agama ini memang tak mudah, tapi pasti akan ada balasan indah pada akhirnya, yakni surga. Sebuah muara yang menjadi tempat berlabuh terakhir kita, jika semua yang kita kerjakan di dunia ini sejalan dengan apa yang diperintahkan oleh-Nya. Maha suci Allah Swt. yang telah memberikan agama ini sebagai petunjuk untuk manusia. Allah Swt. tahu bahwa jika manusia dibiarkan mengatur hidupnya sendiri, kekeliruan pasti akan terjadi.
Sobat, nikmat selanjutnya adalah jika kita masih istikamah dalam dakwah di tengah arus liberalisasi yang merajalela. Engkau memilih jalan ini, jalan para nabi dan rasul mulia. Jalan terbaik yang membuat diri kita sibuk memahat pahala untuk kehidupan selanjutnya. Meskipun ada saja tantangan dan hambatan yang menghampiri. Kadang diri terasa lemah, namun doa dan pertolongan Allah Swt. yang menjadi penguatnya.
Terpilih menjadi seorang pengemban dakwah adalah sebuah kemuliaan. Sebab, kalimat terbaik yang keluar dari lisan manusia adalah kalimat yang menyeru kepada dakwah Nabi saw. Aktivitas terbaik yang dilakukan manusia adalah aktivitas mendekatkan diri kepada Allah Swt.
Allah Swt. berfirman,
وَمَنْ اَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّنْ دَعَآ اِلَى اللّٰهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَّقَالَ اِنَّنِيْ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ
“Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah dan mengerjakan kebajikan dan berkata, 'Sungguh, aku termasuk orang-orang muslim (yang berserah diri)?'” (QS. Al-Fusshilat: 33)
Melalui jalan dakwah inilah, kita senantiasa mengerjakan amalan apa saja yang mampu mendatangkan pahala. Salah satunya yakni media sosial. Sebuah platform yang mampu menjadi perantara tersebarnya informasi dengan cepat dan luas. Era digital, siapa, sih yang nggak pegang ponsel? Bayi baru berapa bulan lahir pun sudah dibekali orang tuanya ponsel. Setiap hari ada jutaan foto dan video yang diunggah ke media sosial. Kita dapat menemukan apa saja di sana.
Mengejar FYP
For Your Page (FYP) adalah tampilan konten terbaru yang muncul di halaman pengguna sosial media, pertama kali istilah ini digunakan untuk aplikasi TikTok. Ketika suatu konten berhasil masuk FYP, pengguna dapat mengoptimalkan kontennya agar lebih banyak pengikut dan penonton. Semakin banyak penonton dan pengikut dari setiap konten, semakin besar juga potensi bisnisnya.
Itulah yang netizen cari hari ini, mengikuti tren agar algoritma akun naik dan akun semakin berkembang. Tak ayal, beragam konten dicari meski mempertaruhkan harga diri, bahkan melakukan hal-hal di luar nalar manusia demi bisa viral dan masuk beranda FYP. Segitu haruskah target FYP dicapai untuk sebuah konten? Para muslimah pun tak kalah ambil bagian mewarnai beranda sosial media mereka dengan berlenggang-lenggok tanpa sedikit pun rasa malu.
Sebab, konten unfaedah cepat sekali mendapat respons netizen, sehingga videonya cepat naik, dan target utama pembuatnya segera tercapai yakni bisa viral dan diundang oleh beragam stasiun televisi atau bahkan di podcastYouTube. Tujuannya sama, untuk menarik adsense media, sehingga potensi penghasilan makin naik. Sudah jamak diketahui bahwa banyak orang yang berduit karena mencari penghasilan lewat adsense media sosial seperti YouTube dan sejenisnya.
Maklum, di dalam sistem kapitalisme yang diburu adalah materi. Tercapainya semua kebahagiaan adalah keharusan. Padahal, jika bahagia distandari oleh manusia, bentuknya bervariatif, realitasnya masyarakat dalam kapitalisme memandang kebahagiaan adalah segala bentuk materi duniawi. Demi cuan, rasa malu tergadaikan. Ramailah beranda sosial media dengan warna-warni konten unfaedah.
Teladan Uwais al-Qarni
Uwais al-Qarni adalah seorang pemuda yang tinggal di Yaman, tak ada orang yang mengenalnya bahkan namanya pun tak dikenali. Hanya saja, kisahnya pernah disebut oleh Rasulullah saw. Salah satu manusia yang bisa kita jadikan teladan karena dirinya diketahui adalah sosok yang tidak terkenal di bumi tapi dikenali penduduk langit. Dikisahkan bahwa Uwais adalah orang miskin yang mengalami penyakit kusta dan kulitnya belang-belang.
Namun, keimanan kepada Allah Swt. yang menghantarkan beliau menjadi sosok yang salih, cerdas, dan berbakti tulus kepada ibunya. Ibunya adalah seorang wanita tua yang sakit-sakitan dan menderita kelumpuhan. Kesabaran dan keikhlasan Uwais merawat ibunya merupakan bakti tulis seorang anak.
Suatu ketika Uwais pernah menempuh perjalanan ke Madinah untuk menemui Rasulullah saw. Namun, kala itu Rasulullah saw. sedang ada di medan perang. Pada akhirnya Uwais hanya menitip pesan pada istri Nabi saw., yakni Aisyah ra. Ketika Nabi saw. kembali ke Madinah, Aisyah ra. pun menceritakan kedatangan Uwais kepada Beliau saw. Lalu, Rasulullah saw. bersabda bahwa “Dia adalah penghuni langit.”
Masya Allah, teladan Uwais yang bisa kita ambil adalah sosok yang tidak terkenal di bumi, tapi berjaya di langit. Jika dibahasakan sekarang adalah Fyp jalur langit. Terkenal karena sebab ketaatan dan bakti kepada orang tuanya. Sungguh, kesalihannya adalah teladan yang harus generasi contoh pada hari ini. Di bumi, dia bukanlah siapa-siapa, sementara bagi penduduk langit, Uwais adalah sosok yang mulia.
Jalur Langit
Ketahuilah, Sobat, sekadar viral tanpa manfaat amatlah rugi. Sebab, apa yang kita kerjakan akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat nanti. Sementara kita pasti tahu bahwa setiap waktu umurnya semakin lama semakin berkurang. Tidak ada terlewat akan perhitungan Allah Swt. di akhirat kelak.
Rasulullah saw. mengingatkan kita dalam Hadis Nabi saw. "Kedua telapak kaki seorang hamba tidak akan bergeser pada hari kiamat sampai ditanya tentang umurnya untuk apa dia habiskan, tentang ilmunya untuk apa dia amalkan, tentang hartanya dari mana dia peroleh dan kemana dia infakkan, dan tentang tubuhnya untuk apa dia gunakan." (HR. Tirmidzi).
Sebagai seorang pengemban dakwah, tentu kita akan menggarap 'lahan' dakwah apa dan di mana saja untuk menambah pundi-pundi pahala. Seorang muslim yang beriman landasan perbuatannya adalah takwa. Takwa mampu memfilter perbuatan kita mana yang halal dan haram. Halal dan haram adalah standarisasi manusia dalam berbuat. Siapa pun ingin viral amatlah gampang. Namun, yang luar biasa adalah ketika viral jalur langit.
Dia yang senantiasa menghiasi kehidupannya untuk berdakwah, tidak menyia-nyiakan waktu dan kesempatan untuk memahat pahala jariah dari aktivitas ini. Apalagi dalam jejak media sosial, dia sadar bahwa kelak ketika sudah meninggal dunia, media sosialnya akan tetap ada. Jika di dalamnya terdapat konten-konten kebaikan, bermanfaat bagi pengikutnya, sudah tentu pahala jariah akan mengalir padanya. Begitu pun jika yang ada adalah konten unfaedahjangan sampai kita justru terjerumus akan dosa.
Biar saja jika akun media sosial kita tak punya banyak followers atau likers. Sebab, itu bukanlah tujuan yang kita capai, melainkan bonus dari apa yang sudah kita posting di media sosial. Jika hanya sekadar menjadi capaian agar dakwah mampu tersebar luas, sah-sah saja sebenarnya. Tapi fokus utamanya tetap pada tersampainya dakwah meluas hingga ke seluruh penjuru dunia. Media sosial adalah fasilitas baik yang seharusnya dimanfaatkan para pengemban dakwah, sebagai sarana perjuangan penegakan Islam. Wallahu a’lam bishawab.
syukron motivasinya Mbak...
Naskahnya keren bangeet. Barakallah ❤️
Hayuk, fyp jalur langit ❤️
MasyaAllah... Pengingat bagi para pemuda yang senang bermedsos. Kejarlah jalur langi.
Seharusnya inilah yang kita butuhkan, menjadikan Islam sebagai tujuan hidup.
Saya garis bawahi kalimat ini "....fokus utamanya tetap pada tersampainya dakwah meluas hingga ke seluruh penjuru dunia."
Tak mesti terkenal di dunia, tetapi harus terkenal di dunia langit. Yuk, belajar dari kisah Uwais.
Pengingat yang bagus, khususnya untuk anak-anak muda sekarang. Barakallahu fiik untuk penulis.
Masyaallah, jadi pengingat untuk kita dan para pengguna media sosial nih untuk memaksimalkan dakwah lewat sosmed. Tapi memang banyak sih orang yang memanfaatkan medsos untuk keuntungan pribadi, bukan untuk kebaikan agama.
Masya Allah, tulisannya benar- benar menjadi pengingat untuk bisa memaksimalkan media sosial sebagai tempat menyebarkan kebaikan
Aamiin Ya Allah, tugas utama kita di dunia kak, sebagai penyampai agama Allah.
Sosok Uwais di zaman sekarang sulit kita temukan. Namun, usaha agar dikenal oleh penduduk mungkin masih bisa kita lakukan dengan menghiasi kehidupan kita pada ketaatan dan dakwah.
Penduduk langit.
Masya Allah, dakwah adalah jalan hidup manusia.