Sahabat Taat Dunia Akhirat

Sahabat Taat Dunia dan Akhirat

Sungguh, mencari sahabat taat di era liberalisme saat ini bagai mencari jarum dalam jerami. Bukan hal mudah. Namun, jangan pernah menyerah ataupun berputus asa! Berusahalah, kau akan menemukannya suatu saat nanti.

Oleh. Choirin Fitri
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Sahabat juang
Bukan hanya yang beruang
Tapi dialah yang berpeluang
Menghiasi kekosongan ruang

Sahabat taat
Tak cukup punya bakat
Dialah yang punya segudang manfaat
Ajak diri bermartabat dunia akhiratakhirat

Sahabat sejati
Tak boleh berkecil hati
Karena ia selalu berarti
Saat hidup ataupun berkalang mati

Sebagai makhluk sosial, kita tak mungkin mau hidup menyendiri. Maunya ada yang mendampingi. Apalagi memiliki sahabat yang sefrekuensi, ini pasti selalu dinanti. Hidup tanpa sahabat bagai sayur tanpa garam. Rasanya hambar. Tak enak disantap. Kesepian pun bakal melanda.

Sayang seribu sayang, memiliki sahabat dalam taat di era saat ini begitu susah. Mengapa? Karena, banyak yang menggadaikan iman demi nikmat sementara. Hasilnya? Tahu sendiri, ketaatan hanya jadi impian. Kalau masih kuat iman, tak apa. Kita masih bisa menjaga pergaulan. Namun, jika iman sudah sekarat, terjerumus dalam maksiat, mendulang dosa pun tak merasa berat. Astagfirullah!

Sekularisme yang bercokol sungguh sadis. Agama dipisahkan dari kehidupan buat kita meringis. Bahkan, satu saat bakal membuat kita menangis karena iman terkikis.Mau tak mau, saat mencari sahabat taat kita harus berjuang keras. Tak boleh mencukupkan diri hanya sibuk mencari. Sungguh, kita harus menjadi. Ya, menjadi sahabat taat, meski berat.

Tak heran jika Rasulullah mengibaratkan jika kita punya teman taat ibarat berteman dengan penjual minyak wangi. Meski kita tak mampu membeli, minimal kita pun jadi wangi. Sebaliknya, jika kita berteman dengan pandai besi, kalau tak terpercik api, bau tak sedap bakal membanjiri.

Pertanyaannya, kita mau berteman dengan siapa? Yang baik atau buruk saja? Pilihan ada di tangan kita. Nyatanya, setiap pilihan ada pertanggungjawaban. Tak ada satu pun yang luput dalam kehidupan. Baik masa kini atau masa depan, semua bakal dimintai pertanggungjawaban.

Allah Swt. telah mengingatkan. Dia berfirman dalam surah Al-Isra' ayat 36:

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌ ۗاِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ اُولٰۤىِٕكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔوْلًا

"Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawaban."

Ambilah pelajaran! Pendengaran, penglihatan, bahkan hati kita tak luput dari perhatian. Semuanya akan dimintai pertanggungjawaban. Agar tak salah satu-satunya cara kita harus mencari tahu mana yang salah, mana yang benar. Jangan sampai salah langkah! Hidup ini butuh arah.

Arah yang benar adalah jalan Allah. Jalan para sahabat taat yang teladani Rasulullah. Bukan jalan orang-orang yang sombong serta pongah. Merasa mampu membuat aturan sendiri, padahal salah kaprah. Halal haram harusnya jadi standar kehidupan. Halal dikerjakan. Haram ditinggalkan. Pahala jadi harapan. Dosa dienyahkan.

Sungguh, mencari sahabat taat di era liberalisme saat ini bagai mencari jarum dalam jerami. Bukan hal mudah. Namun, jangan pernah menyerah ataupun berputus asa! Berusahalah, kau akan menemukannya suatu saat nanti.

Ayo, cobalah ubah circle diri! Tinggalkan circle negatif  ke positif! Jangan diam ataupun pasif! Ingat, sahabatmu ibarat cermin! Jika ia baik, kau pun baik. Sebaliknya, jika ia tak baik, bersiaplah keburukan jadi predikat diri!

Dari Abu Hurairah ra., dari Nabi Muhammad saw. bersabda,

الْمُؤْمِنُ مِرْآةُ الْمُؤْمِنِ

“Seorang mukmin adalah cermin bagi mukmin yang lain.” (HR. Abu Dawud)

Nah, ayo jadi cermin yang jernih! Selalu bersihkan noda-noda diri. Tebarlah benih kebaikan bukan keburukan! Saat ini juga, tak perlu menunda-nunda. Mengapa? Karena hidup hanyalah sementara.

Tiap detik akan berlalu. Berganti menit yang bertalu. Jam demi jam pun bisa menjadi masa lalu. Rasanya malu jika kita tak mengisinya dengan kebaikan bermutu.

Lihatlah, kematian tak ada rumus pastinya! Si sakit tetap hidup, sementara si sehat menemui ajalnya. Ada pula yang tua renta baik-baik saja, eh yang muda meninggal dunia.

Apa yang akan kita banggakan jika kita masih berkubang maksiat, jauh dari kata taat?

Semua tahu menjadi pribadi taat saat ini memang berat. Agar terasa ringan, ingatlah akhirat. Ada surga yang menanti, seluas langit dan bumi. Pertanyaannya, kita mau atau tak ingin itu?

Allah telah mengingatkan dengan surat cinta-Nya yang sangat amat indah. Kau 'kan temukan dalam Al-Qur'an yang penuh berkah.

وَسَارِعُوْٓا اِلٰى مَغْفِرَةٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمٰوٰتُ وَالْاَرْضُۙ اُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَۙ

"Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa." (Surah Ali-Imran: 133)

Tengoklah, Rabbul Izzati meminta kita bersegera! Bergegaslah raih ampunan-Nya! Berbondong-bondonglah menuju surga-Nya. Telah Dia siapkan seluas langit dan bumi yang tak berpenyangga. S dan K, syarat dan ketentuan berlaku. Takwa harus ada padaku dan padamu. Ketaatan kepada-Nya tanpa nanti, tanpa tapi tak boleh bertepi.

Takwa itu jalani perintah-Nya, jauhi larangan-Nya. Apa pun yang diperintah Allah, jalani. Apa pun yang dilarang-Nya, jauhi. Hanya itu rumus pasti. Tak boleh ada kata tebang pilih. Yang suka diambil. Yang tak suka ditinggal. Ini salah besar. Bukan takwa namanya.

Islam bukan agama prasmanan. Yang enak dimakan. Yang tak enak ditinggalkan. Islam tak perlu disekularisasi. Tak perlu diliberalisasi. Yang oke, diakuisisi. Yang tak mau, dipersekusi. Islam agama kaffah. Yang salah, tetap salah. Yang benar, hanya sesuai syariat-Nya. Bukan aturan buatan makhluk-Nya.

Jangan mau dibodohi orang-orang kafir! Bicara Islam, tetapi hatinya mangkir. Iman takwa tak pernah terukir. Pantaslah jika mereka Allah sebut kafir.Harus disadari Rasulullah  mengingatkan diri. Menggenggam takwa di akhir zaman ibarat menggenggam bara api. Jika kita lepaskan, ia padam. Jika kita genggam erat, bersiaplah menuai taat.

Kini, tak ada negara yang siap menjaga. Iman dan takwa harus dijaga diri dan keluarga. Meski harus menanggung sakit jiwa raga.Tak seperti dulu saat Rasulullah masih ada, saat para Khalifah masih menjadi perisai agama. Taat, perkara mudah. Maksiat, terasa susah.

Memang, istikamah dalam menerapkan Islam bukan hal mudah. Namun, bukan hal yang salah. Bukan pula hal yang susah. Jika kita niatkan ikhlas, lillah pasti takkan lelah. Tak cukup ikhlas, jadikan Rasulullah teladan utama. Dialah teladan terbaik. Dialah ayah, suami, saudara, kepala negara, hakim, bahkan komandan jihad terbaik. Karya nyatanya diakui dan disukai, baik lawan maupun kawan.

Follow-lah Rasulullah saat sendiri atau bersama kawanmu! Saat tersungkur, terjatuh, ataupun diberi nikmat tak berujung oleh Zat Yang Maha Agung.Langitkan doa agar kita kuat menggenggam taat. Di sepertiga malam terakhir, doa mesti terukir. Pikiran buruk tersingkir. Iman takwa pun 'kan terus mutakhir. Mau tak mau, bergandengantanganlah bersama sahabat taat. Kau 'kan nikmati dunia akhirat bersama meskipun berat. Namun, nikmatnya takkan pernah berkarat.

Batu, 25 Juli 2023

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com
Choirin Fitri Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Di Balik Kegarangan si Ibu Angin
Next
Dosen Kematian
4 4 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

8 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Firda Umayah
Firda Umayah
1 year ago

Mencari sahabat taat memang butuh filter biar gak terbawa arus yang buruk.

Hanum Hanindita
Hanum Hanindita
1 year ago

Semoga Allah Swt. mengumpulkan kita dalam lingkaran orang-orang yang taat agar kita pun istiqomah berada di jalan-Nya

Mimy Muthamainnah
Mimy Muthamainnah
1 year ago

Hanya sahabat yg benar2 mencintai kita yg mau menasihati dan dinasihati

Asma Faoriyah
Asma Faoriyah
1 year ago

Naskahnya keren, diksinya indah. Barakallah, Mba.

Sartinah
Sartinah
1 year ago

Masyaallah ... benar-benar sulit mencari sahabat sedunia seakhirat ya. Apalagi di tengah kehidupan yang jauh dari Islam. Terima kaaih motivasinya mbak. Barakallah

Hanimatul Umah
Hanimatul Umah
1 year ago

Terus mencari dan bergabung dengan circle salihah jangan berhenti taat syariat untuk bekal akhirat, (muhasabah diri)

Atien
Atien
1 year ago

Masyaallah. Naskah motivasinya membuat diri semangat untuk mencari teman-teman sholihah. Teman yang tidak hanya membenarkan semua perbuatan kita, Namun juga mengingatkan agar selalu ada di jalan yang benar. Barakallah mba Fitri.

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram