Penjara Suci

"Salah satu naskah Challenge ke-3 NarasiPost.Com dalam rubrik True Story"


Oleh: Azeeza

NarasiPost.Com-Selama tiga tahun, aku menjadi salah satu penghuni penjara suci di sebuah pondok pesantren di Cianjur. Karena jurusan keagamaan yang kupilih, maka aku harus mondok. Di sinilah aku mendapat berbagai ilmu tentang agama, Bahasa Arab dan pembahasan-pembahasan kitab kuning tentang ilmu nahwu dan shorof.

Di tempat ini pulalah, aku belajar kemandirian dan arti sebuah perjuangan. Hidup ini seolah-olah terasingkan dari hiruk-pikuk kehidupan dunia luar. Hanya sesekali saja kami diizinkan untuk pulang jika hari libur sekolah tiba. Itu pun dengan setumpuk tugas dan berbagai syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan surat izin pulang.

Anehnya lagi, setiap kami pulang atau saat kembali ke tempat ini, kami tak dilepaskan sendiri, harus ada orang tua/wali yang menjemput.

Pengalaman pertama saat masuk ke tempat ini, bagaikan dibuang ke tempat pengasingan, jauh dari
orang-orang tersayang, kasur yang empuk dan berbagai hidangan lezat yang biasa tersedia di rumah.

Hari demi hari kulewati. Minggu demi minggu terlampaui. Banyak sekali isak tangis, teringat akan
kampung halaman. Ingin rasanya pergi menembus pertahanan para Roisah dan Ibu asrama, tetapi apalah
daya. Apalagi saat teringat pesan ibu dan bapak yang mempunyai impian besar tentang masa depanku. Rasanya tak mungkin kalau harus mengecewakan mereka.

Akhirnya, aku mencoba bertahan dan berdamai dengan keadaan, mengikhlaskan diri mengabdi jadi insan rabbani. Rutinitas yang padat membuatku seakan melupakan kesedihan yang kurasa. Perasaan senasib dan sepenanggungan bersama sahabat-sahabat baru di sanalah yang membuatku bertahan.

Mula-mula, aku merasa agak berat dengan habbit baru yang harus kujalani selama berada di penjara suci itu. Aktivitas dimulai dari bangun pagi pukul 03.30 WIB untuk salat Tahajud, dilanjut salat Subuh berjamaah, kemudian ngaji subuh, makan yang harus mengantre, mandi pun tak luput dari antrean, salat Duha, ngaji duha, salat Zuhur berjamaah, berangkat sekolah sampai magrib, dan berakhir saat ngaji isya, barulah bisa beristirahat. Butuh waktu yang cukup lama untuk bisa terbiasa dan menikmati kondisi yang ada, dengan kesungguhan dan tekad yang kuat semata-mata mengharap rida Ilahi.

Setelah sekian purnama berlalu, barulah aku benar-benar meyakini, bahwa inilah tempat terbaik saat
itu. Di penjara suci itulah, aku mendapat banyak ilmu, pengalaman dan kemandirian.

Walau kenangan itu terjadi dua puluh tahun silam, tetapi masih membekas dalam hati, betapa saat itu teramat berharga. Pengalaman berharga ini memberikan warna tersendiri dalam hidupku, menjadi sebuah gambaran yang indah yang bisa kuceritakan kepada anak cucu kelak.

Sangat berbeda kondisinya jika dibandingkan dengan boarding shcool yang saat ini sedang
menjamur. Selain biaya yang mahal, segala fasilitas pun sudah sangat memadai. Zamanku SMA dulu,
saat mondok, setiap santriwati diharuskan mencuci pakaiannya sendiri saat hari libur.

Beda sekali dengan zaman sekarang yang sudah menyediakan layanan laundry. Jadi, santriwati bisa fokus untuk belajar. Hanya saja, dampaknya jadi kehilangan sifat kemandirian, bahkan seolah-olah merasa dimanjakan.

Waktu makan yang tersedia hanya pagi dan sore, sehingga kalau lapar melanda di siang hari, aku harus bisa
menahannya dengan memakan makan-makanan ringan yang tersedia di kantin. Saat itu, kondisi
ekonomi keluarga kami masih lemah, sehingga hal itu menjadi ujian terberat buatku.

Ketika sahabat-sahabat yang lain dijenguk dan dibawakan bekal yang beraneka ragam, maka berbeda halnya denganku yang hanya dibawakan nasi timbel dengan lauk seadanya.

Keadaan inilah yang justru membuatku semakin kuat menghadapi berbagai kesulitan, serta
mengantarkanku untuk memahami makna kebahagiaan yang hakiki. Alhamdulillah, semua berkat pertolongan Allah.[]


Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Previous
Sang Lokawigna
Next
Rindu Baitullah
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram