Sesungguhnya Kita di Perahu yang Sama

Sesungguhnya kita di perahu yang sama

Sesungguhnya kita di perahu yang sama. Perbedaan organisasi hanyalah wadah kita berjuang, tak selayaknya menjadi penghalang umat untuk bersatu.

Oleh. Aya Ummu Najwa
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Hari ini dapat kita saksikan perkembangan dakwah kian pesat. Indahnya Islam semakin diminati dan mulai masuk ke dalam relung hati umat. Banyaknya kelompok-kelompok hijrah dari berbagai kalangan, seakan membawa angin segar bahwa geliat dakwah mulai diterima di masyarakat. Tak hanya kalangan kebanyakan, namun fenomena hijrah pun telah merambah kepada kalangan atas, seperti pengusaha, artis, tokoh masyarakat, serta Gen Z tentunya. Meski fokus mereka bermacam-macam, dari fokus perbaikan ruhiyah, bisnis syariat, akhlak, hingga hijrah total dengan mempelajari Islam secara kaffah.

Walaupun berbeda latar belakang hijrah, organisasi, dan fokus dakwah yang dituju, namun sejatinya fenomena ini menggambarkan semangat memperbaiki diri, dan semangat untuk mengenal Islam telah mencapai peningkatan yang cukup signifikan. Perasaan empati dan simpati kepada saudara muslim yang masih terzalimi juga menjadi salah satu alasan dalam berhijrah. Dengan semangat ini pula harusnya menjadi motivasi umat untuk mulai bersatu menyuarakan Islam. Perasaan bersaudara dalam ikatan akidah akan mengesampingkan segala perbedaan. Organisasi dan mazhab yang berbeda mestinya menjadi bumbu perekat ukhuwah islamiah bukan sebagai penghalang persatuan. Sesungguhnya meski berbeda kita ada di perahu yang sama.

Umat Islam adalah Umat yang Satu

Umat Islam adalah umat yang satu. Akidah yang satu telah menyatukan umat ini. Meski berbeda bangsa, bahasa, budaya, ras, warna kulit, namun umat Islam tetap saudara. Al-Qur'an telah mengingatkan kita, bahwa setiap individu mempunyai kekurangan dan kelebihan masing-masing, namun dengan ukhuwah dan kebersamaan, semua bisa saling melengkapi dan saling menyempurnakan. Meski begitu, banyak kita jumpai orang-orang yang rela mengorbankan ukhuwah hanya karena berbeda dalam menafsirkan agama, atau karena adanya kepentingan-kepentingan duniawi, padahal jelas dalam Al-Qur'an Allah telah mengingatkan kita, ”Sesungguhnya orang beriman itu adalah saudara.” (QS. Al-Hujurat ayat 10)

Sudah menjadi sunatullah umat Islam berbeda-beda. Akan tetapi, perbedaan masalah cabang tak seharusnya menjadi dasar untuk saling berpecah. Ibarat satu perahu yang memiliki banyak nakhoda. Sungguh miris melihat pemandangan yang sedang terjadi hari ini, di mana ada salah satu ulama yang menyampaikan pandangannya tentang hukum musik, kemudian ramai-ramai ulama lain, bahkan orang awam dari kelompok berbeda ikut-ikutan menghujat tanpa ilmu, hanya karena meyakini paham yang berbeda. Perbedaan pandangan masalah cabang keagamaan, selama bukan masalah akidah adalah wajar, karena perbedaan itu adalah keniscayaan, dan tak mungkin disatukan. Seharusnya tak perlu diributkan. Bukankah semestinya, makin luas ilmu dan pemahaman seorang muslim terhadap agamanya, makin mudah pula menerima perbedaan dalam masalah cabang dengan dalilnya masing-masing?

Begitu memilukan, di satu sisi kondisi saudara-saudara kita di Palestina dan di belahan bumi lainnya terus berjuang sendiri menghadapi penjajahan, tanpa ada pembelaan nyata kecuali kecaman dan pemboikotan setengah hati dari kaum muslim. Belum lagi, terhadap penerapan hukum kufur serta kebijakan publik yang tak sesuai aturan Islam dan sangat menyengsarakan rakyat, kita diam seribu bahasa dengan dalih ketaatan kepada ulil amri. Akan tetapi, di sisi lain, sebagian kita atau bahkan orang yang telah dianggap ulama begitu mudah tersulut emosi hingga mencaci, menghina, menistakan, bahkan mengkafirkan saudaranya seiman, hanya karena masalah yang seharusnya menjadi kekayaan Islam tersebut.

Umat Islam Bersatu Pasti Menang

Dalam ayat lain, sungguh Allah mengingatkan kepada umat ini untuk berpegang teguh dengan agama-Nya, dan melarang kita untuk bercerai-berai. Karena dengan berpecah belah, umat ini akan kalah dan hancur. Umat Islam akan mudah dimangsa oleh musuh-musuhnya. Sejarah telah membuktikan, bahwa kegemilangan peradaban Islam tak bisa lepas dari persatuan umat. Kemenangan demi kemenangan yang telah ditorehkan generasi terdahulu umat ini, mengajarkan kepada kita bahwa dengan bersatu dan menjaga ukhuwah, Allah akan memenangkan umat ini. Sementara itu, memelihara ukhuwah sendiri merupakan refleksi tingkat keimanan seorang hamba.

"Dan berpeganglah kamu sekalian kepada tali agama Allah, dan janganlah berpecah belah, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu di kala kamu dahulu saat masih jahiliah saling bermusuhan, maka Allah mempersatukan hati kalian, lalu karena nikmat Allah kalian menjadi orang-orang yang bersaudara; dan ketika kalian telah berada di tepi jurang neraka, kemudian Allah menyelamatkan kalian. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya kepadamu, supaya kamu memperoleh petunjuk." (QS. Ali Imran ayat 103)

Setelah pada ayat sebelumnya Allah memerintahkan untuk bertakwa, kemudian pada ayat di atas Allah memerintahkan umat Islam untuk bersatu dalam menaati ajaran-Nya berupa Al-Qur’an dan Sunah, yaitu Islam itu sendiri. Dengan demikian, bersatu menaati ajaran Allah adalah refleksi ketakwaan. Bisa dikatakan juga, bahwa takwa tidak akan tercapai apabila umat Islam tidak bersungguh-sungguh untuk bersatu dalam menjalankan setiap kewajibannya kepada Allah. Hal ini menunjukkan bahwa umat Islam tidak akan pernah mencapai kejayaannya jika tidak satu barisan menegakkan ajaran Allah.

Sesungguhnya Kita Ada di Perahu yang Sama

Dalam suatu majelis, Rasulullah saw. pernah bersabda dalam hadis riwayat Imam Ahmad, dan Ibnu Majah, "Bahwa akan datang suatu zaman di mana keadaan umatku layaknya buih di lautan. Kemudian para sahabat bertanya, 'Bagaimana bisa demikian ya Rasul?' Beliau pun menjelaskan, bahwa di masa itu umat Islam akan berjumlah sangat besar, namun sangat rapuh, dan mudah terpecah. 'Nyaris saja bangsa-bangsa memangsa kalian seperti orang-orang yang lapar menghadapi meja penuh sajian.'
Seseorang lalu bertanya, 'Apa jumlah kami saat itu sedikit?' Beliau menjawab, 'Bahkan jumlah kalian pada saat itu sangatlah banyak, namun kalian laksana buih di laut. Allah sungguh akan mencabut rasa takut dari dada musuh kalian, dan sebaliknya, Allah akan menghunjamkan penyakit wahn ke dalam hati kalian.' Seseorang kembali bertanya, 'Ya Rasulullah, apakah arti wahn itu?'
Beliau menjawab, 'Cinta dunia dan takut mati.'”

Persaudaraan dan persatuan kaum muslim adalah sumber kekuatan umat Islam yang sangat ditakuti musuh-musuhnya. Sedangkan perpecahan merupakan penyebab lemahnya umat Islam di hadapan umat lain. Hari ini, banyaknya kelompok dan organisasi dakwah yang ada di tengah-tengah umat, seharusnya menjadi khazanah tersendiri di dalam Islam, dan bukan alasan kita untuk berpecah, saling sikut, saling serang, bahkan saling bermusuhan.

https://narasipost.com/motivasi/05/2024/wahai-diri-bermuhasabahlah/

Hal ini menjadi alasan urgensi kehadiran institusi pemersatu umat Islam. Ialah Khilafah Islamiah, institusi yang akan mengayomi segala hal yang berbeda, menjadi satu kesatuan yang harmoni di bawah komando seorang khalifah yang mumpuni, yang memimpin umat dengan tegas dan fakih. Menjadikan Islam sebagai landasan negara, menjadikan umat kuat dalam persatuan. Seorang khalifah yang keras terhadap musuh Islam, dan kasih sayang terhadap umat. Khalifah yang dikabarkan oleh Rasulullah sebagai perisai umat Islam, di mana umat akan berperang melawan musuh-musuhnya di belakangnya. Tidakkah kita rindu bersatu mengayuh perahu yang sama bernama Khilafah?

Khatimah

Untuk itu wahai umat Islam, sesungguhnya kita ada di perahu yang sama. Perbedaan organisasi dan gerak dakwah hanyalah wadah kita berjuang, tak selayaknya menjadi penghalang umat untuk bersatu. Jangan hanya karena kepentingan pribadi atau golongan, membuat kita mudah untuk menikam saudara sendiri. Sejatinya musuh kita sama, yaitu orang-orang kafir yang menghalangi Islam tegak kembali. Oleh karena itu, agenda umat selanjutnya adalah menjalin persatuan dalam jalinan ukhuwah islamiah agar dakwah Islam makin solid, sehingga semangat kebangkitan pun makin membara. Sungguh kebangkitan itu telah ada di depan mata. Bersatulah wahai umat! Bergabunglah dalam satu perahu!
Wallahu a'lam bishshawab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Aya Ummu Najwa Salah satu Penulis Tim Inti NP
Previous
Kelaparan Global, Hanya Islam yang Menjadi Harapan
Next
Study Tour Maut Makin Bergelayut
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

2 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Netty al Kayyisa
Netty al Kayyisa
6 months ago

Sampai mengkafirkan dan memviralkan ustad2 yang tdk sama dengan kelompoknya. Ya Allah miris

Bedoon Essem
Bedoon Essem
6 months ago

Its time to be one umah.

bubblemenu-circle

You cannot copy content of this page

linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram