Ikhas Menerima Takdir_Nya

"Salah satu naskah True Story yang mengikuti Challenge Ke-3 NarasiPost.Com sesuai naskah asli penulisnya(tanpa editan dari Admin Narasipost.Com)


Oleh Ummu Fay

NarasiPost.Com-Bismillahirrahmanirrahiim

Segala puji syukur kepada Allah, Sholawat serta salam kita sampaikan pada Baginda Muhammad Rosulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam.  

Ingin berbagi cerita dan pengalaman saja, siapa tahu berguna untuk yang lainnya.  Tak ada maksud untuk mengenalkan diri, semata-mata hanya ingin meng-Agung-kan Asma Nya, mensyukuri nikmatNya yang banyak dan mentadaburi kesempurnaan ciptaanNya.  Semoga setiap aktivitas kita dinilai ibadah kepada Allah Subhanallahu Wa Ta’ala.

Robbana maa kholaqta hadza bathila Subhanaka wa qina adza bannar

Ya Alloh, sesungguhnya tidaklah semua ini Engkau ciptakan dengan sia-sia.

Putra sulungku belum bisa bicara dan terlalu aktif melelahkan raga.  Tapi aku tetap yakin bahwa anak ini diciptakan dengan tujuan yang pasti oleh Yang Maha Sempurna. Tidak sia-sia penciptaannya, aku harus merawatnya dan mendidiknya dengan sebaik-baiknya, menerima takdirNya dengan penuh keikhlasan dan hati yang harus seluas samudra.

Tak ada pembantu (khadimat) yang mau mengasuhnya karena capek oleh keaktifannya ke sana kemari, lihatnya saja capek kata tetangga bagaimana mengasuhnya.  Masyaa Alloh.

Akhirnya Ibunya sendiri yang harus mengalah setelah shalat istikharoh tentunya, memutuskan berkhidmat di rumah saja, melupakan cita-citanya beraktivitas keluar rumah. Berhusnudzon kepada Allah bahwa Allah telah memilihkan peran terbaiknya, karier tebaik dan termulia sebagai Ummu Wa Robbatul Baith.  Mencari surga Nya dari rumah saja. Terimakasih anakku, sudah memaksaku mengasuh dan mendidikmu langsung dari tanganku. Mengabdi di rumah saja, menciptakan rumah kita menjadi surga, rumahku surgaku, Baiti Jannati.  Terimakasih Yaa Allah, sudah meyelamatkan aku dari silaunya tipu daya dunia fana.

Meski suara-suara di luar sana riuh tentunya. Ah, buat apa sekolah tinggi-tinggi toh akhirnya ke dapur juga. Wajar memang mereka berpendapat seperti itu karena di era kapitalistik seperti saat ini peran wanita diukur dari seberapa banyak kontribusinya menghasilkan uang.  Kontribusinya mendidik generasi kurang diperhatikan sepenuh waktunya. Ada teori  menyatakan yang penting kualitas dari pada kuantitas waktu bersama anak.  Kadang aku berpikir lagi bagaimana bisa bicara kualitas, sedang kuantitas waktu untuk anak pun tak ada. Ah, manusia modern ada-ada saja.  Ada saran juga, tidak apa-apa di rumah, sambil bekerja dari rumah.  Teorinya sih mudah ya, tetapi ternyata tak semudah yang diduga, untuk sekedar mandi saja butuh ada yang menjaga supaya anak tidak terjadi kenapa-kenapa. Untuk sholat khusyu saja, sesuatu yang istimewa karena anak harus selalu dijaga agar tidak mengganggu kita.  Ah, biarlah, toh orang lain hanya melihat saja, tidak merasakannya.  Alhamdulillah ibuku tak memintaku berkarier untuk membalas jasa orang tua, orang tua hanya memberi tak harap kembali katanya.  Alhamdulillah bapakku pun pernah berkata demikian, “Aku mensekolahkan kamu agar pandai dan berguna untuk yang lainnya, tidak hanya sekedar bisa kerja”.  

Alhamdulillah syukur yang tiada terhingga punya orangtua yang langka cara berpikirnya.  Lurus, ikhlas dan semata-mata karena Allah membesarkan anaknya.  Aku pun ingin demikian juga, mendidik dan membesarkan anak karena Allah semata.  Allah menyuruh kita mendidik sebaik-baiknya, mengenalkan Rabb nya dan mengajarkan bahwa tujuan hidup semata-mata hanya untuk beribadah kepadaNya, tiada Illah selain Dia.  Ashadu alla Illaha Illallah wa asyhadu anna Muhammadan Rasulullah. Alhamdulillah suami juga tidak memaksa harus bekerja, lakukan dulu yang wajib karena sudah melihat repotnya istrinya sepanjang hari sepanjang malam mengurus buah hatinya yang kadang-kadang malam pun mengajak bermain dan rewel.

Mendapat anugrah anak istimewa, menjadikanku harus membuka lagi catatan-catatan tentang rukun iman yang keenam, yaitu iman pada qodlo dan qodar.  Bersyukur aku pernah mempelajarinya dengan detail, mengimaninya dengan dalil naqli dan aqli sehingga bisa membekas di akal dan di dalam dada.  Qodho adalah ketetapan dari Allah mutlak yang kita tak punya pilihan atasnya, termasuk anak yang akan dititipkannya pada kita, diamanahi anak atau tidak, diberi anak laki-laki atau perempuan, diberi yang menawan atau biasa saja, diberi yang sempurna atau ada kurangnya.  Semua mutlak dariNya.  Tanpa campur tangan kita, sepenuhnya hak Nya Yang Maha Kuasa dan Maha Berkehendak serta Maha Memaksa.  

Qodhar adalah khasiat suatu benda, artinya anak kita apa kemampuannya, apa talentanya, apa minat bakatnya, cerdas tidaknya.  

Menghadapi ketetapan yang di luar kuasa kita, kita hanya diperintahkan sabar, ikhlas dan tawakal saja.  Berbaik sangka padaNya.  Apa yang tidak kita sukai boleh jadi baik bagi kita, sedang apa yang  kita sukai boleh jadi  buruk bagi kita.  Allah Maha Mengetahui sedangkan kita tidak mengetahuinya.  Yakin, apa yang diberikan kepadaku adalah yang terbaik untukku.

Kita hanya dinilai dari sikap dan perbuatan terhadap hal-hal yang ada dalam kendali kita.  Diberi anugrah anak istimewa sedih atau bahagia atau biasa saja? Marah atau sabar? Ridlo atau tidak? Bersyukur atau kufur? Barangsiapa yang ridlo terhadap cobaan yang menimpanya maka Alloh akan ridlo dan akan didatangkan pertolongan dari arah yang tidak disangka-sangka.  Barangsiapa yang marah dengan cobaan yang menimpanya maka Alloh akan marah dan tertutuplah pintu-pintu menuju solusi. Masya Alloh, astaghfirullah.

Ketika mendapat masalah apakah kita hanya focus pada masalah sehingga menangis, sedih, meratap mengapa aku diberi masalah seperti ini, apa salahku Ya Allah? Ketika kita hanya focus pada masalah maka kita susah move on nya.  Muka cemberut terus, uring-uringan terus dan akhirnya bisa mempenggaruhi kesehatan psikis dan fisik kita.  

Ada juga yang ketika mendapat masalah, kita langsung sibuk mencari solusi.  Berobat ke sana berobat ke sini, mencari ahli terbaik, dokter terbaik, terapi terbaik, obat terbaik, suplemen terbaik, makanan terbaik, dan semua yang terbaik menurut kita.

Ternyata kita lupa pada Sang Pemberi masalah, yang mengizinkan masalah itu hadir.  Kita lupa datang kepadaNya ketika pukulan yang pertama.  Seharusnya Allah dulu, Allah lagi, dan Allah seterusnya.  Allah yang pertama didatangi dan Allah terus untuk seterusnya. Idrak sillabillah, ketergantungan kita kepada Allah harus dijaga, sinyal kita pada Nya harus kuat dan’on’ terus, tidak boleh ‘off’ meski sekejap saja.

Bersungkur pada Nya, bersujud pada Nya, wudhu dan shalat meminta petunjukNya, jadikan sabar dan shalat sebagai penolong.  Ketika kita bersandar hanya pada Nya, meminta hanya padaNya Yang Maha Kaya, maka Insyaa Allah pertolongan itu tiba.  Kita diberi petunjuk ke mana kita harus berikhtiar, kita akan diberi informasi harus bagaimana, dan kita akan didekatkan dengan ‘malaikat-malaikat’ penolongNya.  Sehingga terbukalah jalan menuju solusi untuk ananda kita tercinta.

Cerita perjalanan hidup ananda sulungku tercinta begitu panjangnya.  Sejak lahirnya hingga dewasa 22 tahun.  Suka duka sejak PAUD, TK, SD, SMP, SMA, Universitas begitu riuhnya.  Tak cukup untuk diceritakan semuanya dalam 1000 kata.  Alhamdulillah kini sudah sarjana Teknik Informatika.  Meski ada yang menanyakan setelah itu ‘ngapain’? Ya, tentu saja berkarya dalam rangka beribadah dan bersyukur atas karuniaNya.  Beramal dan berguna untuk sesama semampunya, dan yang terpenting berguna untuk agamanya. Berkontribusi untuk menyambut masa depan peradaban yang mulia. Mohon doanya dari pembaca semua. Allahu Akbar[]


Photo : Pinterest

Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Previous
Petani Milenial antara Harapan dan Kenyataan
Next
Menepis Kerikil di Jalan Hijrah
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

2 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Irma elfina
Irma elfina
3 years ago

MasyaAllah...semangat umi yg sdh teruji 22 thn lama nya bln sebanding dgn saya yg baru 6 thn diuji seperti umi...pengalaman umi tentunya sgt dibutuhkan tuk kami2 ini yg mendptkan ujian yg serupa dgn umi...smoga tulisan umi ga berakhir disini..bisa lanjut menjadi motivator bg kami yg masih minim ilmu ini..doa kami smoga umi sklrga selalu diberkahi Allah dan jd manfaat byk orang...Amin Ya Allah

hazimah
hazimah
3 years ago

MaashaAllah, dari uraian Ummu Fay, sptnya anaknya ummu Fay memiliki sesuatu hal di luar anak2 kebanyakan, shgg hrs ada perhatian khusus dan ekstra.
Baarakallahu fiik buat Ummu Fay, smoga Allah meninggikan derajat ummu Fay di sisiNya, aamiiin...

Tp afwan, sy msh penasaran dg true story nya... sebenernya bgmn kondisi anak sulungnya Ummu Fay? Belum tergambar. Jd ingin mengambil ibrahnya, tp engga tau situasi spt apa y dihadapi oleh ummu Fay?

Maaf jika kurg berkenan....

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram