Salah satu naskah True Story Challenge ke-3 Narasipost.com.
Naskah sesuai asli si penulis(tanpa editan dari admin NarasiPost.Com)
Oleh : Yuli Ummu Raihan
NarasiPost.Com-Manusia hanya bisa berencana, tapi Allah swt. yang menentukan bu semuanya. Saya dulu bercita-cita ingin menjadi guru. Alhamdulillah sejak SD selalu masuk peringkat 3 besar, sehingga selalu dapat beasiswa dan meringankan beban orang tua saya.
Pas di Madrasah Aliyah saya mencoba ikut tes PMDK di sebuah universitas negeri di Padang. Alhamdulillah ternyata saya dinyatakan lulus tes dan diminta untuk daftar ulang segera. Namun, waktu itu ada biaya administrasi yang harus saya sediakan yang jumlahnya mungkin tidak banyak tapi karena kondisi ekonomi kami yg tidak baik biaya itu terasa sangat berat. Akhirnya saya tidak ikut daftar ulang dan mengubur impian saya untuk bisa kuliah. Banyak yang menyayangkan keputusan saya ini terutama guru-guru di sekolah dan teman-teman yang ikut daftar. Bahkan ada yang mengatakan kalau orang lain saja mau keluar uang lebih untuk bisa diterima di sana.
Sebenarnya paman-paman saya waktu itu bersedia patungan untuk biaya daftar ulangnya, hanya saja saya memikirkan biaya selanjutnya, untuk kos, makan, dan lainnya. Orang tua saya tentu tidak akan sanggup membiayai semuanya.
Kemudian paman saya menawarkan untuk kuliah di kampung saja. Kebetulan ada dan biayanya relatif terjangkau meski tetap saja saya sering kali kesulitan untuk biaya sehari-hari. Karena bukan jurusan yang saya suka selama belajar saya juga tidak maksimal.
Masuk semester kedua, sahabat saya mengenalkan saya pada sepupunya. Saya yang masih jahiliyah berpikir kalau ini saatnya saya pacaran. Tapi ternyata lelaki ini malah mengajak saya menikah. Saya waktu itu galau antara tetap kuliah atau menikah muda. Tapi dengan beberapa pertimbangan saya memilih menerima lamarannya.
Lagi-lagi banyak yang menyayangkan keputusan saya. Banyak yang tidak percaya termasuk orang tua dan keluarga, apalagi teman-teman saya. Menikah muda bukan sesuatu yang aneh di kampung saya. Bahkan banyak yang usianya di bawah saya sudah menikah dan punya anak. Tapi jujur menikah muda itu bukan cita-cita saya. Saya dulu berencana menikah saat saya sudah bekerja, menghasilkan uang dan membahagiakan orang tya. Apalagi saya anak pertama, saya pengen membantu orang tua saya.
Tidak butuh waktu lama, kami langsung menikah, hanya butuh waktu 3 bulan persiapan kami sah jadi suami istri. Setelah menikah saya diajak suami merantau ke Banten.
Alhamdulillah sebelum menikah suami sudah ikutan kajian Islam kaffah meski masih belum intensif. Suami meminta saya memakai gamis( jilbab). Sebelumnya Saya berpakaian layaknya gadis pada umumnya, belum sesuai syariat Islam yaitu jilbab dan kerudung. Saya awalnya merasa berat, karena merasa pasti gerah dan ribet kalau harus berpakaian seperti itu. Tapi karena ini keinginan suami akhirnya saya ikut.
Kemudian saya dikenalkan pada seorang akhwat yang sudah aktif di gerakan dakwah Islam kaffah. Berawal dari silaturahmi biasa akhirnya berlanjut dalam berbagai diskusi sampai akhirnya saya ikut kajian rutin.
Di gerakan dakwah ini saya menemukan keluarga, ilmu, dan semangat baru. Pertanyaan dari mana, untuk apa kita hidup, dan kemana setelah mati terjawab sudah. Saya jadi tau bahwa saat ini kita hidup dalam aturan jahiliyah. Kita harus bangkit dan berjuang menegakkan Khilafah.
Seiring berjalan waktu kehidupan kami berubah seiring perubahan pemikiran kami. Dakwah adalah poros hidup kami saat ini. Meski tidak mudah, tapi insya Allah kami akan berusaha istiqomah di jalan ini.
Kami mulai meninggalkan hal-hal yang dilarang oleh Syara', belajar untuk hidup sesuai aturan Islam.
Dakwah ini menuntun saya menemukan potensi saya. Saya mulai bertemu dan berinteraksi dengan banyak orang. Salah satunya dengan para penulis ideologis. Saya yang penasaran kenapa mereka bisa menulis, membuat buku, bahkan tulisan mereka tayang di media online dan cetak mulai mencari tahu. Akhirnya saya bertemu sebuah group kepenulisan. Dari komunitas ini saya akhirnya belajar menulis, tulisan saya alhamdulillah tayang di berbagai media online termasuk di Narasi post. Alhamdulillah saya juga sudah membuat dua buku Solo dan satu buku Antologi. Saya tergabung menjadi kontributor di beberapa media online.
Di dunia nyata saya juga diamanahi mengisi kajian Islam kaffah. Cita-cita saya menjadi seorang guru akhirnya terwujud. Saya juga mendapat pembinaan yang ilmunya tidak kalah dari apa yang di dapat di bangku kuliah. Saya sekarang bersyukur keputusan yang saya ambil berbuah manis. Saya tetap bisa produktif dan bermanfaat meski tidak kuliah. Saya bangga jadi pejuang Islam kaffah.
Sungguh saya sangat merasa beruntung berada dalam barisan ini. Islam kaffah membuat saya menjadi jauh lebih baik dalam segala hal.
Dulu saya sempat berpikir kalau saya tidak kuliah masa depan saya akan suram, saya hanya akan jadi ibu rumah tangga biasa yang pekerjaannya hanya seputar kasur, sumur dan dapur.
Menikah jadi wasilah saya menemukan Islam kaffah. Ikut menjadi pejuangnya, dan semoga saya istiqomah dan dapat diberi kenikmatan bisa melihat Khilafah tegak dan merasakan hidup dibawah naungannya aamiin.[]
Photo : google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]