Valentine's Day sendiri bukanlah bagian dari tradisi atau budaya umat Islam. Valentine Day mutlak sebagai salah satu hari besar umat nonmuslim.
Oleh. Ummu Syam (Aktivis Muslimah Majalengka)
NarasiPost.Com-Tak terasa bulan Februari telah tiba. Konon, bulan ini juga dinamakan dengan bulan cinta, bulan penuh kasih sayang. Karena di bulan ini ada satu hari yang dikeramatkan oleh sejumlah orang, hari itu adalah Valentine's Day.
Valentine's Day atau Hari Kasih Sayang jatuh pada 14 Februari, dimana di hari ini orang-orang kerap menunjukkan perhatiannya sebagai bentuk kasih sayang. Perhatian tersebut dilakukan dengan memberikan hadiah spesial, yang pada umumnya berupa boneka, cokelat, bunga dan kartu ucapan.
Tak ayal, pada tahun lalu menjelang perayaan Valentine's Day, toko yang menjual pernak-pernik Valentine mengalami kenaikan omzet penjualan. Tak hanya pernak-pernik Valentine, alat kontrasepsi pun banyak dicari menjelang perayaan Valentine Day.
Oleh sebab itu, untuk mengantisipasi perayaan Valentine's Day yang mengarah pada pergaulan bebas, di beberapa kota diberlakukan pembatasan untuk pembelian alat kontrasepsi dan alat bantu seksual.
Seperti di Mojokerto, Satpol PP, Dinas Perindustrian dan Perdagangan serta Dinas Kesehatan melakukan inspeksi mendadak ke sejumlah toko modern. Hal tersebut dilakukan untuk memberikan surat imbauan agar toko modern membatasi display dan penjualan alat kontrasepsi serta alat bantu seksual. Juga sekaligus untuk tidak memajang alat kontrasepsi dan alat bantu seksual secara terbuka (ditempatkan di tempat khusus).
Selain itu, pemerintah Mojokerto memberlakukan aturan setiap pembelian alat kontrasepsi dan alat bantu seksual untuk juga menyertakan serta kartu identitas. Hal tersebut dilakukan guna memastikan jika pembeli tepat sasaran. (Radar Mojokerto, 13/2/2020)
Sungguh miris, perayaan Valentine Day membeberkan fakta bahwa bukan hanya sebatang cokelat yang diberikan, namun mereka pun tidak sungkan untuk memberikan 'kehormatan' yang mereka sebut sebagai pembuktian cinta. Yang membuat lebih miris lagi, bahwa para pembeli alat kontrasepsi tersebut mayoritas adalah muda-mudi yang masih duduk di bangku sekolah.
Maka, tidaklah patut Valentine's Day dijuluki sebagai Hari Kasih Sayang karena faktanya hari tersebut digunakan sebagai ajang untuk merusak moral dan kehormatan. Pantasnya, Valentine Day dijuluki sebagai Hari Maksiat Internasional.
Padahal, Valentine's Day sendiri bukanlah bagian dari tradisi atau budaya umat Islam. Valentine Day mutlak sebagai salah satu hari besar umat nonmuslim.
The World Book Encyclopedia (1998) telah menuliskan banyaknya versi mengenai sejarah Valentine's Day. Salah satunya adalah bahwa Valentine's Day berkaitan dengan perayaan Lupercalia, yaitu rangkaian upacara penyucian di zaman Romawi Kuno (13-18 Februari). Dua hari pertama dipersembahkan untuk Dewi Cinta (Queen of Feverish Love), Juno Februata.
Pada hari ini, para pemuda mengundi nama-nama gadis di dalam sebuah kotak. Lalu, setiap pemuda mengambil nama gadis tersebut secara acak dan gadis yang namanya keluar harus menjadi pasangannya selama setahun untuk bersenang-senang dan menjadi objek hiburan.
Pada 15 Februari, mereka meminta perlindungan Dewa Lupercalia dari gangguan serigala. Selama upacara ini, kaum muda mencambuk orang dengan kulit binatang dan wanita berebut untuk dicambuk karena dianggap cambukan tersebut dapat membuat mereka lebih subur.
Ketika agama Kristen Katolik masuk Roma, mereka mengadopsi upacara ini dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani, antara lain mengganti nama-nama gadis dengan nama Paus dan Pastor. Di antara pendukungnya adalah Kaisar Konstantine dan Paus Gregory I. (Lihat: The Encyclopedia Britannica, sub judul: Christianity).
Agar lebih mendekatkan lagi pada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine's Day untuk menghormati St. Valentine yang kebetulan meninggal pada 14 Februari.
Untuk itu, Majelis Ulama Indonesia (MUI) sendiri telah mengeluarkan fatwa haram umat Islam merayakan Valentine Day. Fatwa tersebut dikeluarkan oleh MUI Jawa Timur dengan Nomor: Kep.3/SKF.MUI/JTM/I/2017.
Setidaknya ada tiga alasan yang membuat MUI mengeluarkan fatwa tersebut. Pertama, perayaan tersebut bukanlah termasuk tradisi Islam. Kedua, perayaan Valentine's Day menjurus pada pergaulan bebas seperti mabuk-mabukan, narkoba bahkan sampai pada hubungan badan. Ketiga, jika umat Islam merayakannya, itu artinya sama saja dengan menoleransi kemaksiatan yang akhirnya mendorong kepada kebiasaan untuk melakukan kemaksiatan tersebut.
Bagaimana Pandangan Islam?
Islam adalah seperangkat aturan yang lengkap. Islam mencakup Fikrah (pemikiran) dan Thariqah (metode), karenanya Islam bukan hanya agama yang mengatur aspek ruhaniyah (kerohanian). Lebih dari itu, Islam merupakan sistem nilai dan sistem hidup (ideologi).
Karena kesempurnaan itulah, sejak kemunculannya Islam menjadi ancaman besar bahkan sampai saat ini. Karena ajaran Islam dianggap mampu menggeser eksistensi ideologi-ideologi kufur yang mereka emban dan terapkan.
Maka tidak aneh, jika begitu banyak sikap antipati terhadap ajaran Islam bahkan hal tersebut datang dari umat Islam sendiri. Berbagai cara mereka lakukan untuk menghancurkan Islam. Di antaranya dengan memboikot, menjajah, membantai, mempersekusi, dan memenjarakan aktivis dakwah.
Selain dengan cara-cara kasar tersebut, mereka pun menghancurkan Islam dengan cara halus. Cara halus itu disebut Ghazwul Fikr (perang pemikiran), dimana mereka mencuci otak umat Islam untuk mengaburkan ajaran agama Islam, agar umat Islam jauh dari agamanya.
Hal tersebut sebagaimana yang pernah disampaikan oleh Samuel Zwemer dalam konferensi Al-Quds untuk para pastur pada tahun 1935. Ia mengatakan, “Sebenarnya tugas kalian bukan mengeluarkan orang-orang Islam dari agamanya menjadi pemeluk agama kalian. Akan tetapi menjauhkan mereka dari agamanya (Al-Qur’an dan Sunnah)”.
Dan salah satu momen untuk menjauhkan umat Islam dari agama Islam adalah Valentine's Day. Hal ini seperti yang pernah dikatakan oleh Rasulullah Saw,
“Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta sampai jika orang-orang yang kalian ikuti itu masuk ke lubang biawak, pasti kalian pun akan mengikutinya.” Kami (para sahabat) berkata,
“Wahai Rasulullah, apakah yang diikuti itu adalah Yahudi dan Nasrani?” Beliau menjawab, “Lantas siapa lagi?” (HR. Muslim no. 2669).
Berbicara Valentine's Day berarti kita berbicara mengenai kasih sayang. Islam sendiri adalah agama yang menyebarkan kasih sayang, hal tersebut bisa dibuktikan dari setiap peperangan atau penaklukan yang dilakukan oleh prajurit Islam. Di antaranya tidak boleh membunuh orang tua, perempuan, anak-anak, tidak boleh merusak fasilitas umum (termasuk tempat ibadah) dan merusak tumbuhan/tanaman.
Allah Swt pun menyifati diri-Nya dengan Ar-Rahman (Maha Penyayang) dan Ar-Rahim (Maha Pengasih). Karenanya Islam mengajarkan kepada para pemeluknya untuk memiliki sifat penyayang kepada sesama makhluk ciptaan Allah Swt.
Rasulullah Saw bersabda,
"Orang-orang yang penyayang akan disayangi oleh Dzat yang Maha Penyayang. Hendaklah kalian sayangi orang yang ada di bumi, niscaya Dzat yang ada di langit akan mencintai kalian" (HR. Tirmidzi)
Islam pun tidak menafikan cinta karena cinta adalah bagian dari Gharizah Nau' (naluri melestarikan jenis manusia). Adalah sunatullah jika manusia dihiasi dengan perasaan cinta (tertarik) kepada perhiasan-perhiasan dunia seperti kepada perempuan-perempuan, anak-anak, emas, perak, binatang ternak, sawah dan ladang.
Namun, selain menciptakan cinta, Allah Swt pun menciptakan aturan untuk menyalurkan perasaan cinta kepada perhiasan-perhiasan dunia tersebut. Di sinilah letak kesempurnaan Islam. Islam tidak hanya menganggap Allah Swt sebagai Maha Pencipta, namun juga mengakui eksistensinya sebagai Maha Pengatur kehidupan.
Islam telah mengatur cara untuk menyalurkan perasaan cinta kepada perhiasan-perhiasan dunia tersebut, yaitu dengan cara yang haq (benar). Untuk memenuhi perasaan cinta kepada lawan jenis, umat Islam dianjurkan untuk menikah jika belum mampu maka dianjurkan untuk berpuasa, karena berpuasa dapat membentengi umat Islam dari hawa nafsu. Yang artinya, bahwa merayakan Valentine's Day bukanlah cara yang dianjurkan oleh Islam untuk memenuhi dan merayakan perasaan cinta. Karena faktanya, perayaan Valentine's Day telah menodai hakikat cinta itu sendiri dan di dalamnya juga tersimpan banyak kemudaratan.
Jangan sampai, kita tidak diakui oleh Rasulullah Saw sebagai umatnya hanya karena kita latah merayakan Valentine Day.
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Ahmad).
Wallahu a'lam bish-shawab.[]